KABARBURSA.COM - Pemerintah tengah giat melakukan kerja sama dengan Korea Selatan (Korsel) melalui Program Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (UMKM BISA Ekspor).
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, hubungan perdagangan dan investasi Indonesia dan Korsel selama Januari hingga November 2024 telah mencapai USD18,37 miliar.
Sementara total nilai perdagangan RI dan Korsel selama lima tahun terakhir (2019-2023) tumbuh sebesar 12,6 persen. Pada tahun 2023, Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan Korea Selatan sebesar USD734 juta.
Korsel juga menempati posisi ke-5 sebagai negara tujuan ekspor Indonesia. Sementara dalam hal mitra impor, Korea Selatan menempati posisi ke-8.
Menanggapi terkait kerja sama antara Indonesia-Korsel, Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy mengatakan, kerja sama dagang dengan Korea Selatan menunjukkan kemampuan Indonesia dalam perdagangan internasional yang cukup baik.
“Saya kira dalam kondisi saat ini, di mana perekonomian global punya kecenderungan terfragmentasi, maka inisiasi hubungan dagang bilateral antara Indonesia dengan negara lain menjadi penting untuk menunjukkan bahwa Indonesia membuka diri terhadap siapapun dalam konteks perdagangan internasional dan patut di apresiasi,” kata Yusuf saat dihubungi kabarbursa.com, Selasa, 28 Januari 2025.
Yusuf menilai, Korsel sebagai negara potensial terutama untuk meningkatkan hubungan dagang dan juga dalam meningkatkan investasi.
Menurutnya, Indonesia membutuhkan pengalaman Korsel yang cukup panjang dalam mendorong peran aktif UMKM dalam mendorong pangsa pasar ekspor.
“Indonesia menjalankan kebijakan yang tepat untuk menggandeng Korea Selatan dalam meningkatkan strategi hubungan bilateral,” jelasnya.
Di sisi lain, Indonesia memiliki peran penting bagi Korsel karena merupakan negara berkembang. Menurutnya, posisi Indonesia cukup strategis sebagai tujuan investasi manufaktur, contohnya di bidang otomotif dan elektronik.
Selain itu, besarnya pasar Indonesia menjadi daya tawar utama untuk menjalin hubungan dengan Korsel. “Kita juga tahu bahwa beberapa perusahaan asal Korea Selatan juga memandang Indonesia sebagai negara dengan potensi investasi yang besar,” tuturnya.
Sehingga Yusuf menilai, kerja sama Indonesia dan Korsel memiliki prospek yang baik dan menguntungkan kedua belah pihak.
“Dengan hal tersebut saya kira prospek kerja sama RI dan Korea Selatan seharusnya bisa menghasilkan mutual benefit antar kedua negara,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendukung pertemuan pengusaha Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) di berbagai forum bisnis. Dukungan ini diberikan untuk meningkatkan ekspor produk Indonesia ke Korsel.
Pertemuan pengusaha ini juga akan mendukung program-program prioritas dari Kemendag, seperti perluasan pasar ekspor dan peningkatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (UMKM BISA Ekspor).
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Fajarini Puntodewi mengatakan bisnis antara Indonesia dan Korea Selatan berjalan seimbang serta saling menguntungkan.
“Perdagangan yang seimbang ini menunjukkan bagaimana Indonesia dan Korea Selatan tumbuh bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama,” sebutnya.
Ia memperkirakan bahwa Korea Selatan akan tetap menjadi salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Untuk menjaga posisi tersebut, perlu adanya dorongan terhadap kinerja ekspor produk unggulan Indonesia ke Korea Selatan, seperti batu bara, minyak kelapa sawit, produk kimia, dan produk kayu.
Langkah ini menjadi krusial mengingat persaingan dari negara lain semakin ketat. Selain itu, produk-produk berpotensi juga harus dipromosikan guna meningkatkan performa ekspor Indonesia.
Beberapa produk potensial yang dimaksud antara lain karet, bubur kayu dan kertas, kayu olahan, bungkil, pakan ternak, serta produk plastik.
Atase Perdagangan Seoul, Eko Prilianto Sudradjat, menyampaikan bahwa tingginya komitmen perdagangan pada 2024 tidak lepas dari sinergi antara Kemendag dan fungsi ekonomi KBRI Seoul melalui diplomasi di sektor perdagangan.
Eko menjelaskan bahwa strategi pertama yang diterapkan adalah meningkatkan promosi dengan melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan.
Strategi kedua adalah memperluas komunikasi serta memberikan pendampingan kepada pelaku usaha Indonesia yang ingin memasuki pasar Korea Selatan. Selain itu, kerja sama dengan asosiasi pengusaha juga menjadi faktor penting dalam penyelenggaraan kegiatan promosi.
Keempat, mendorong kolaborasi dengan instansi terkait, BUMN, serta pihak swasta guna mendukung kegiatan promosi dan kurasi bagi pelaku usaha yang berpotensi mengekspor produknya.
“Strategi-strategi ini kami jalankan untuk mendukung ekspor produk-produk Indonesia ke Korea Selatan dan membuka jalan bagi UMKM Indonesia yang ingin merambah pasar Korea Selatan,” ujar Eko. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.