Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Ekonom: KSSK Perlu Perkuat Mitigasi Risiko Global

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 28 January 2025 | Penulis: Deden Muhammad Rojani | Editor: Redaksi
Ekonom: KSSK Perlu Perkuat Mitigasi Risiko Global

KABARBURSA.COM – Laporan terbaru Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang berisi koordinasi antara Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global, mendapat tanggapan dari para ekonom.

Pengamat Perbankan & Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo, menilai langkah koordinasi KSSK menunjukkan pendekatan sinergis yang cukup efektif dalam memitigasi dampak risiko global.

“Kolaborasi ini tercermin dalam kebijakan makroprudensial BI yang akomodatif, penguatan pengawasan sektor keuangan oleh OJK, dan strategi stabilisasi sistem perbankan oleh LPS. Namun, efektivitasnya masih memerlukan penguatan pada aspek mitigasi risiko rambatan eksternal, seperti fluktuasi harga komoditas dan pelemahan permintaan ekspor akibat melambatnya ekonomi global,” kata Arianto.

Menurut dia, ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi divergensi pertumbuhan global posisinya relatif tangguh berkat kombinasi pertumbuhan domestik yang solid dan diversifikasi ekspor yang berkembang, terutama di sektor non-komoditas. Namun, daya saing ekonomi Indonesia menghadapi tantangan dari ketergantungan pada ekspor berbasis sumber daya alam, yang membuatnya rentan terhadap fluktuasi harga global.

“Penguatan investasi, hilirisasi industri, dan perbaikan infrastruktur menjadi kunci untuk memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan internasional,” ujar dia.

Meskipun nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar AS, Arianto menilai stabilitasnya tetap terjaga berkat langkah intervensi yang dilakukan BI.

“Stabilitas nilai tukar Rupiah, meskipun melemah terhadap dolar AS, mencerminkan efektivitas kebijakan BI dalam intervensi pasar valas dan operasi moneter. Selain itu, posisi cadangan devisa yang kuat, surplus neraca perdagangan, dan aliran modal yang terjaga turut mendukung stabilitas ini. Faktor lainnya adalah persepsi pasar terhadap kebijakan ekonomi makro Indonesia yang kredibel, meskipun tantangan eksternal seperti penguatan dolar AS dan volatilitas global tetap memerlukan perhatian,” paparnya.

Surplus neraca perdagangan Indonesia selama lima tahun terakhir menjadi salah satu faktor utama dalam menjaga stabilitas ekonomi. Namun, Arianto menekankan bahwa komposisi ekspor yang masih didominasi komoditas mentah menciptakan kerentanan terhadap dinamika harga global.

“Surplus neraca perdagangan Indonesia selama lima tahun terakhir menjadi fondasi penting dalam menjaga stabilitas ekonomi, terutama sebagai buffer terhadap defisit transaksi berjalan. Namun, dominasi ekspor komoditas mentah dalam surplus ini mengindikasikan kerentanan terhadap penurunan harga komoditas global. Untuk mendukung stabilitas ekonomi yang lebih kuat, diperlukan percepatan hilirisasi, diversifikasi produk ekspor, dan peningkatan daya saing manufaktur,” tegas Arianto.

Salah satu poin dalam laporan KSSK adalah pengendalian inflasi yang masih berada dalam target sasaran. Namun, menurut Arianto, tantangan ke depan cukup besar.

“Kendali inflasi di kisaran sasaran mencerminkan keberhasilan sinergi antara BI dan Pemerintah, termasuk dalam menjaga stabilitas harga pangan dan energi. Namun, tantangan utama ke depan adalah fluktuasi harga komoditas global, dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan, dan tekanan imported inflation akibat pelemahan Rupiah,” ungkap dia.

Untuk menjaga stabilitas harga, diperlukan koordinasi yang lebih erat dalam pengelolaan pasokan pangan domestik serta penyesuaian kebijakan subsidi energi.

“Untuk menjaga stabilitas, diperlukan koordinasi yang lebih erat dalam pengelolaan pasokan pangan domestik dan penyesuaian kebijakan subsidi energi,” lanjutnya.

Arianto menyimpulkan bahwa langkah-langkah koordinasi yang diambil oleh KSSK, BI, OJK, dan LPS sudah berada di jalur yang tepat, tetapi masih memerlukan penyempurnaan di beberapa aspek strategis.

“Sinergi kebijakan sudah cukup efektif dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Namun, pemerintah dan otoritas keuangan perlu terus memperkuat respons terhadap potensi risiko eksternal yang dapat mengganggu momentum pertumbuhan ekonomi nasional,” tutupnya.

Rupiah Perkasa

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, nilai tukar rupiah tetap terkendali meskipun menghadapi tingginya ketidakpastian global. Hal ini didukung oleh kebijakan stabilisasi yang dijalankan oleh Bank Indonesia (BI).

“Di tengah ketidakpastian global yang tinggi, nilai tukar rupiah tetap terkendali. Ini tentu didukung oleh kebijakan stabilisasi dari Bank Indonesia,” ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 24 Januari 2025.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2024, nilai tukar rupiah tercatat pada level Rp16.095 per USD pada 31 Desember 2024. Angka ini menunjukkan pelemahan sebesar 4,34 persen secara point-to-point dibandingkan posisi akhir tahun 2023.

Namun, jika dibandingkan dengan mata uang negara lain seperti Korea Selatan dengan won, Meksiko dengan peso, Brasil dengan real, Jepang dengan yen, dan Turki dengan lira, kinerja rupiah tetap lebih baik meskipun mengalami depresiasi.

“Perkembangan rupiah meski tadi mengalami depresiasi 4,34 persen point-to-point, masih lebih baik dibandingkan mata uang negara-negara tersebut,” jelas Sri Mulyani.

Memasuki awal tahun 2025, tekanan dari penguatan indeks dolar AS masih terasa. Pada 23 Januari 2025, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan 1,14 persen secara point-to-point. Kendati demikian, kinerja rupiah menunjukkan stabilitas jika dibandingkan dengan mata uang negara maju di luar dolar AS serta mata uang negara berkembang lainnya.

“Nilai tukar rupiah kita relatif stabil terhadap mata uang kelompok negara-negara berkembang dan juga menguat terhadap kelompok negara maju di luar dolar Amerika,” ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani menegaskan, pemerintah bersama Bank Indonesia terus memantau dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah untuk menghadapi berbagai dinamika global yang memengaruhi pasar keuangan.

“Untuk triwulan IV 2024, menurut kami Komite Stabilitas Sistem Keuangan tetap terjaga di tengah divergensi pertumbuhan ekonomi di dunia,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Kantor Pusat Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 24 Januari 2025.

Ia menjelaskan, perekonomian Indonesia pada triwulan IV 2024 tetap stabil, didukung oleh kenaikan investasi, konsumsi rumah tangga yang terjaga, serta peningkatan belanja pemerintah menjelang akhir tahun.

Faktor tambahan yang turut mendorong ekonomi pada periode ini adalah penyelenggaraan Pilkada serentak pada November 2024 serta musim liburan akhir tahun, termasuk perayaan Natal dan Tahun Baru.(*)