KABARBURSA.COM - Harga emas turun lebih dari satu persen pada Senin, 27 Januari 2025, mundur dari level tertinggi mendekati rekor yang terlihat pada sesi sebelumnya, ketika investor melikuidasi posisi emas mereka di tengah penjualan besar-besaran di pasar saham yang dipicu oleh meningkatnya minat pada startup AI asal China, DeepSeek.
Seperti dilansir dari Reuters, harga emas spot turun 1,3 persen menjadi USD2.736,75 per ons. Harga sebelumnya telah mencapai level mendekati rekor tertinggi pada hari Jumat, 24 Januari 2025. Kontrak berjangka emas AS ditutup turun 1,5 persen pada USD2.738,40 per ons.
Penurunan tajam di pasar ekuitas global mendorong langkah-langkah penghindaran risiko di kelas aset lainnya, dengan imbal hasil Treasury AS turun ke level terendah dalam tiga minggu dan indeks dolar mencapai level terendah sejak 18 Desember.
“Penjualan ini lebih banyak dipengaruhi oleh pasar ekuitas secara luas daripada hanya suku bunga atau mata uang. Kita sedang melihat sedikit tekanan likuiditas,” kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.
“Beberapa orang mungkin perlu menciptakan likuiditas di pasar, terutama jika saham-saham yang mereka gunakan sebagai margin atau leverage mengalami pergerakan besar. Jadi saya pikir ini adalah masalah likuiditas, dan emas dijual bersama dengan aset berisiko lainnya,” tambahnya.
Penjualan terjadi menjelang pertemuan kebijakan pertama Federal Reserve AS (The Fed) tahun ini, di mana para pembuat kebijakan sebagian besar diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap pada hari Rabu, menurut alat CME FedWatch.
Namun, fokus investor akan tertuju pada petunjuk mengenai keputusan kebijakan di masa depan, mengingat Presiden AS Donald Trump memulai masa jabatan keduanya, dengan kebijakan tarifnya yang kemungkinan akan memicu inflasi.
“Emas tetap cukup diminati. Permintaan aset safe haven akan terus mendukung... Kita pada akhirnya akan mencapai rekor tertinggi baru mengingat ketidakpastian yang sedang berlangsung terkait agenda kebijakan pemerintahan Trump,” kata Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals.
Harga spot perak turun 1,7 persen menjadi USD30,10 per ons, setelah mencatat kenaikan 0,9 persen pekan lalu. Palladium turun 2,9 persen menjadi USD959 per ons, dan platinum turun 0,3 persen menjadi USD945,80 per ons.
Dua indeks di Wall Street, S&P 500 dan Nasdaq ditutup melemah tajam pada Senin, 27 Januari 2025 setelah saham Nvidia dan produsen chip lainnya mengalami aksi jual. Hal ini dipicu oleh meningkatnya popularitas model kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) berbiaya rendah dari China, yang memunculkan kekhawatiran investor mengenai prospek pemimpin AI yang berbasis di Amerika Serikat (AS).
Seperti dilansir dari Reuters, berdasarkan data awal, indeks S&P 500 kehilangan 87,85 poin, atau 1,44 persen, menjadi 6.013,39 poin. Nasdaq Composite turun 607,47 poin, atau 3,04 persen, menjadi 19.346,83. Sebaliknya, Dow Jones Industrial Average naik 291,54 poin, atau 0,67 persen, menjadi 44.715,79.
Saham Nvidia turun signifikan, sementara indeks saham semikonduktor mencatat penurunan persentase harian terbesar sejak Maret 2020. Startup China bernama DeepSeek meluncurkan asisten gratis yang menggunakan chip lebih murah dan lebih sedikit data, sehingga memunculkan pertanyaan tentang ekspektasi investor bahwa AI akan mendorong permintaan sepanjang rantai pasok dari produsen chip hingga pusat data.
Aplikasi AI Asisten dari DeepSeek melampaui ChatGPT dari AS dalam jumlah unduhan di App Store milik Apple. Kim Forrest, Chief Investment Officer di Bokeh Capital Partners, Pittsburgh, mengatakan masih ada banyak pertanyaan tentang model DeepSeek dan dampaknya.
“Hari ini adalah pukulan keras untuk saham-saham ini, tetapi saya tidak berpikir apa yang terjadi dalam beberapa hari ke depan mencerminkan nilai sebenarnya mereka,” katanya.
Saham Nvidia dan perusahaan teknologi besar lainnya telah menjadi pendorong utama kenaikan tajam pasar saham dalam beberapa tahun terakhir. Namun, saham Microsoft dan induk perusahaan Google, Alphabet, juga melemah, sementara pembuat server AI, Dell Technologies, mengalami penurunan tajam.
Indeks Volatilitas Cboe, yang dikenal sebagai “pengukur ketakutan” Wall Street, meningkat. Laporan pendapatan beberapa perusahaan teknologi besar, termasuk Microsoft, dijadwalkan rilis minggu ini.
Di sisi lain, pasar keuangan juga mencerna berita bahwa AS dan Kolombia berhasil menghindari perang dagang pada hari Minggu, 26 Januari 2025 setelah Gedung Putih menyatakan bahwa Kolombia setuju menerima pesawat militer yang membawa migran yang dideportasi.
Investor juga menantikan keputusan Federal Reserve atau The Fed, yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pinjamannya dalam keputusan pertama tahun ini pada hari Rabu, 29 Januari 2025. (*)