KABARBURSA.COM - Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, menyampaikan kepada mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bahwa kerajaan berencana mengucurkan investasi senilai USD600 miliar untuk memperluas perdagangan dan investasi bilateral selama empat tahun mendatang. Informasi ini dilaporkan oleh kantor berita pemerintah Saudi pada Kamis pagi.
Dalam percakapan telepon antara kedua pemimpin, Bin Salman menegaskan bahwa reformasi ekonomi yang diusung Trump berpotensi menciptakan kemakmuran ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Arab Saudi berkomitmen memanfaatkan peluang yang muncul dari kondisi tersebut. Menurut laporan yang dikutip Reuters dari Jakarta, Kamis 23 Januari 2024.
Namun, laporan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai asal dana tersebut—apakah dari anggaran publik, investasi swasta, atau kombinasi keduanya—serta detail penggunaan dana dalam proyek investasi ini. Bin Salman juga menyebutkan bahwa jumlah investasi dapat meningkat jika peluang baru yang menjanjikan teridentifikasi.
Selama masa jabatan pertamanya, Trump dikenal menjaga hubungan erat dengan negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi. Salah satu buktinya adalah investasi sebesar USD2 miliar yang diberikan Arab Saudi kepada perusahaan yang didirikan Jared Kushner, menantu sekaligus mantan penasihat Trump, pasca Trump meninggalkan Gedung Putih.
Setelah dilantik kembali pada Senin lalu, Trump menyatakan rencana untuk menjadikan Riyadh sebagai destinasi kunjungan luar negeri pertamanya, dengan syarat Arab Saudi bersedia membeli produk-produk Amerika senilai USD500 miliar. Hal ini mengingat kesepakatan serupa pernah dilakukan pada masa jabatan pertamanya.
“Saya melakukannya dengan Arab Saudi sebelumnya karena mereka sepakat membeli produk kami senilai USD450 miliar. Saya mengatakan hal yang sama, mereka harus membeli produk Amerika, dan mereka setuju,” ujar Trump, merujuk pada kunjungannya ke Arab Saudi pada 2017.
Langkah ambisius ini mempertegas hubungan erat kedua negara dan menunjukkan keseriusan Arab Saudi dalam memperkuat posisinya sebagai mitra strategis AS di kawasan Teluk.
Pada hari pertamanya kembali di Gedung Putih, Donald Trump menandatangani lebih dari seratus perintah eksekutif. Di tengah kesibukan itu, ia kembali mengenang kunjungannya ke Arab Saudi pada 2017, sebuah langkah yang dianggap tidak lazim dalam tradisi diplomatik Amerika.
Kepada seorang reporter di Ruang Oval, Trump menjelaskan alasan kunjungan tersebut: komitmen pemerintah Saudi untuk membeli barang-barang Amerika senilai ratusan miliar dolar. Perjalanan tersebut menghasilkan salah satu foto ikonik, yang memperlihatkan Trump bersama Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sissi dan Raja Salman bin Abdul-Aziz Al Saud menyentuh bola dunia yang menyala.
Meskipun komentar Trump kerap sulit dipastikan keseriusannya, pernyataannya itu menggarisbawahi pendekatannya terhadap kebijakan luar negeri yang berfokus pada prioritas perdagangan dan ekonomi domestik, mengesampingkan isu-isu lain.
Namun, dinamika hubungan AS-Saudi berubah drastis di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden. Kritik Biden terhadap pembunuhan kolumnis Saudi, Jamal Khashoggi, memperburuk hubungan kedua negara. Upaya perbaikan di paruh kedua masa jabatan Biden pun tidak mampu mengembalikan kehangatan relasi bilateral seperti di era Trump.
Pada masa kepemimpinan Trump, hubungan AS-Saudi lebih bersahabat. Jared Kushner, menantu sekaligus penasihat senior Trump, memiliki hubungan pribadi yang erat dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Persahabatan ini menjadi sorotan saat pembunuhan Khashoggi, yang dilakukan oleh agen Saudi, menciptakan gelombang kecaman di Washington.
Meski menghadapi tekanan domestik, pemerintahan Trump tidak mengubah sikap terhadap Riyadh. Bahkan, Trump memveto langkah bipartisan Kongres yang berupaya menghentikan dukungan AS terhadap perang yang dipimpin Saudi di Yaman.
Selain hubungan politik, Trump Organization turut mempererat ikatan bisnis dengan Arab Saudi. Sebelum kembali ke Gedung Putih, organisasi tersebut menandatangani kesepakatan merek untuk proyek menara mewah di Arab Saudi bersama Dar Al Arkan, perusahaan pengembang real estat ternama.
Setelah kekalahannya pada pemilu 2020, Trump beberapa kali terlihat bersama Yasir al-Rumayyan, kepala dana kekayaan negara Saudi dan promotor LIV Golf, menandai hubungan erat yang terus terjalin antara Trump, kerajaan, dan kepentingan ekonomi bilateral.(*)