Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Trump Berkuasa Lagi, Penambangan Bitcoin Berpotensi Marak

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 21 January 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Trump Berkuasa Lagi, Penambangan Bitcoin Berpotensi Marak

KABARBURSA.COM – Penambangan Bitcoin kembali jadi topik hangat setelah Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden AS ke-47 pada Senin, 20 Januari 2025. Dengan harga Bitcoin yang sempat melesat ke angka USD109.000 saat Trump dilantik, banyak yang bertanya-tanya apakah ini momen terbaik untuk para penambang—terutama mereka yang beroperasi di Amerika Serikat.

Tapi, tunggu dulu. Menurut trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, ada banyak hal yang perlu diperhatikan sebelum terjun ke tambang digital ini. “Kalau bicara tentang penambangan Bitcoin di US, saya harap akan lebih banyak penambang yang ada di sana, terutama dengan regulasi yang lebih ramah. Tapi balik lagi, tergantung biaya untuk menambang si Bitcoin itu sendiri,” kata Fyqieh dalam program acara Kabar Bursa Hari Ini (KBHI) di Channel YouTube KabarBursa.com, Selasa, 21 Januari 2025.

Fyqieh menjelaskan, tarif listrik dan kebijakan pajak menjadi tantangan besar bagi penambang di AS. Untuk menghasilkan satu Bitcoin, biaya di Amerika diperkirakan mencapai USD80.000-90.000 (sekitar Rp1,28-1,44 miliar). Sebagai perbandingan, El Salvador—yang menggunakan energi gunung api—bisa menambang jauh lebih efisien dan murah.

Namun, Fyqieh optimistis harga Bitcoin yang kini di atas USD100.000 akan menarik lebih banyak penambang baru di AS. “Di Indonesia, biaya menambang per satu Bitcoin estimasinya sekitar USD60.000-70.000 (Rp960 juta hingga Rp1,12 miliar). Jadi masih ada profit lumayan,” ujarnya.

Salah satu alasan Bitcoin melonjak ke rekor tertinggi adalah ekspektasi terhadap kebijakan Trump yang diklaim pro-kripto. Ia bahkan sempat menjanjikan pembentukan cadangan Bitcoin strategis nasional yang disebut-sebut akan menciptakan permintaan tambahan di pasar.

“Secara fundamental, ini menciptakan potensi permintaan baru di pasar,” kata Fyqieh. Namun, ia mengingatkan pasar kripto tidak selalu bullish alias bersemangat. “Tentu akan ada beberapa peristiwa-peristiwa kejadian yang mungkin kurang baik di masa depan yang perlu kita antisipasi,” ujarnya.

Ketertarikan Trump pada kripto juga membuka peluang besar untuk negara-negara lain, termasuk Indonesia. Melihat Gary Gensler—mantan Ketua SEC yang terkenal keras terhadap kripto—kini digantikan oleh figur yang lebih ramah, Fyqieh melihat ini sebagai peluang untuk Indonesia memperkuat ekosistem kriptonya.

Apalagi, kata dia, kini aset kripto Indonesia sudah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan yang memberikan rasa aman lebih besar bagi trader dan investor lokal. “Dari situ, Indonesia bisa saja mulai melirik adopsi aset kripto ini untuk dibawa ke Indonesia itu sendiri,” kata Fyqieh.

Selain kebijakan pro-kripto, Trump juga menarik perhatian lewat peluncuran meme koinnya, $TRUMP dan $MELANIA. Meski sempat menyentuh kapitalisasi pasar USD18 miliar, Fyqieh melihat adanya nuansa politik dari koin ini. Pasalnya, peluncuran ini bertepatan pada momen pelantikan Trump sebagai presiden di Negeri Paman Sam.

“Banyak orang yang cukup mendukung peluncuran meme koin ini, terutama investor-investor yang sangat tertarik dengan Trump maupun istrinya, Melanie. Tapi ini juga bisa jadi konflik kepentingan,” kata Fyqieh.

Menurutnya, jika fokus Trump terpecah antara mengurus negara dan proyek pribadinya, ini bisa berdampak buruk. Namun, bagi spekulan, fenomena ini tetap jadi peluang menarik untuk mendulang keuntungan.

Anjlok usai Trump Dilantik

[caption id="attachment_114729" align="alignnone" width="1179"] Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat dalam upacara pelantikan yang digelar di Rotunda Gedung Capitol, Washington, Senin, 20 Januari 2025. Foto: REUTERS/Evelyn Hockstein.[/caption]

Tak seperti yang dikira, harga Bitcoin dan mata uang kripto lainnya, termasuk token terbaru yang memakai nama Donald Trump, terpukul turun pada Selasa, 21 Januari 2025. Pasalnya, kebijakan awal Trump setelah resmi menjabat sebagai Presiden AS ke-47 tidak menyinggung aset kripto sama sekali.

Dilansir dari Reuters di Jakarta, Selasa, Bitcoin yang sempat mencetak rekor tertinggi di angka USD109.071 (sekitar Rp1,7 miliar) pada Senin saat Trump dilantik, kini terkoreksi dan diperdagangkan di kisaran USD101.705,40 (sekitar Rp1,63 miliar). Sementara itu, koin meme bertema Trump, yang diluncurkan Jumat malam, merosot hingga setengah harga puncaknya. Kemarin, koin ini sempat mencapai USD74,59 (sekitar Rp1,2 juta), tetapi kini berada di USD34,4 (sekitar Rp550 ribu), dengan kapitalisasi pasar menyusut dari USD14 miliar (sekitar Rp224 triliun) menjadi lebih rendah.

Pidato pelantikan Trump kemarin disertai dengan segudang kebijakan, mulai dari tarif perdagangan, imigrasi, deregulasi energi, hingga perpanjangan waktu bagi aplikasi video pendek TikTok asal China. Namun, tidak ada satupun kebijakan yang menyebutkan kripto. Hal ini jelas mengecewakan industri yang selama berbulan-bulan berharap bahwa presiden pro-kripto ini akan membawa perubahan besar dalam regulasi aset digital di AS.

Chief Investment Officer di Astronaut Capital, Matthew Dibb, mengatakan absennya kebijakan kripto di hari pertama bisa menjadi sell-the-news event, di mana investor yang sudah terlalu bersemangat menjual aset mereka setelah kenyataan tidak sesuai ekspektasi.

“Pasar punya ekspektasi tinggi soal rencana cadangan strategis Bitcoin atau pelonggaran regulasi aset digital, tetapi tampaknya ini akan dirilis bertahap selama beberapa bulan, bukan langsung di hari-hari awal. Harga Bitcoin sudah mundur… Kami memperkirakan volatilitas lebih lanjut dan kemungkinan aksi jual,” kata Dibb.(*)