KABARBURSA.COM - Direktur Riset Bright Institute Muhammad Andri Perdana, menyebut proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1 persen yang disampaikan oleh IMF dan Bank Dunia lebih realistis ketimbang target ambisius Presiden Prabowo Subianto.
Muhammad Andri mengatakan, proyeksi tersebut masih tergolong optimis, karena nilainya tidak jauh dengan rata-rata negara emerging di Asia. Walaupun tentu 5,1 persen ini jauh dari target Presiden Prabowo. Hal ini disampaikannya kepada Kabarbursa.com di Jakarta, saat dihubungi melalui telepon, Selasa, 21 Januari 2025.
Terkait mega target pertumbuhan ekonomi 8 persen seperti yang disampaikan Presiden, menurut dia sulit tercapai dengan arah kebijakan ekonomi saat ini.
“Misi pertumbuhan 8 persen di 2029 dengan arah kebijakan ekonomi saat ini pada dasarnya memang terlampau naif jika dikatakan plausibel. Kita lihat dari Nota Keuangan APBN 2025 sendiri, yang biasanya dalam sepuluh tahun terakhir jarang mencapai target, hanya menaruh pertumbuhan 6,2 persen di 2029,” kata Andri.
Lebih lanjut, Andri menjelaskan, proyeksi dari lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia terhadap Indonesia masih berada dalam kerangka optimis, tanpa memperhitungkan kemungkinan terjadinya guncangan eksternal.
IMF sendiri memproyeksikan bahwa transaksi berjalan Indonesia akan mengalami defisit yang meningkat secara signifikan hingga 2029.
“Tumbuh dari -0,15 persen dari PDB di 2023 menjadi -1,43 persen di 2029. Secara nominal akan semakin lebar. Ini menunjukkan ketahanan yang tidak kuat jika terjadi guncangan eksternal tak terduga,” ucap dia.
Seperti diberitakan Kabarbursa.com presiden terpilih Prabowo Subianto menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Untuk mencapai sasaran tersebut, Prabowo telah merancang berbagai strategi.
Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran Laode M Kamaluddin, mengatakan untuk mencapai target tersebut, maka target investasi harus ditingkatkan. Dia menyebutkan, rasio investasi terhadap produk domestik bruto (PDB) harus mencapai 40,6 persen.
“Jika Indonesia ingin mencapai pertumbuhan ekonomi antara 6 hingga 8 persen, itu artinya keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap), maka rasio investasi terhadap PDB harus mencapai 40,67 persen. Peningkatan investasi menjadi strategi yang sangat penting,” kata Laode Kamaluddin di Ayana MidPlaza, Jakarta Pusat, Kamis, 29 Agustus 2024.
Dia membeberkan, salah satu fokus investasi di era pemerintahan Prabowo Subianto nanti adalah meningkatkan investasi pada ekonomi hijau melalui karbon. Kata dia, investasi hijau sejalan dengan target pengurangan emisi karbon 30 persen pada 2030.
Selain itu, proyek perdagangan karbon itu juga dapat meningkatkan investasi asing langsung di tengah terbatasnya pembiayaan domestik. Kata Laode, Indonesia berpotensi mendapatkan sebesar Rp416 triliun per tahun dari proyek tersebut.
Selain itu, lanjut Laode, proyek lainnya yang disiapkan untuk menarik investasi asing, seperti pembangunan artificial intelligence (AI) data center, pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), hingga hilirisasi tembaga, nikel, timah, dan bauksit.
“Digitalisasi yang diharapkan bukan seperti digitalisasi offline menjadi online, tapi menggunakan sistem IT. Yang akan berkembang pembangunan big data yang dijalankan oleh artificial intelligence. Kemudian blockchain, remote sensing, dan cyber security sebagai backbone dari basis data informasi,” terangnya.
Strategi dari sisi penguatan industri dalam negeri, Laode menyebutkan, akan dilakukan dengan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), pengolahan bioetanol dan biodiesel, perdagangan karbon, pengembangan proyek tanggul laut, serta penguatan food estate.
Tak lupa, UMKM juga akan dilibatkan dalam program Makan Bergizi Gratis. Kemudian ada renovasi rumah dan sekolah, pengembangan infrastruktur, serta hilirisasi pangan.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa dunia saat ini sedang bertransformasi ke ekonomi hijau. Dia menegaskan, Indonesia tidak ingin kehilangan momentum.
Ungkap Jokowi, Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi hijau, yaitu sekitar lebih 3.600 GW, baik dari energi air, matahari, panas bumi, gelombang laut dan bio energi.
“Kita terus konsisten mengambil bagian dalam langkah dunia melakukan transisi energi secara hati-hati dan bertahap,” kata Jokowi dalam Pidato Kenegaraan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 16 Agustus 2024.
Jokowi memaparkan, transisi energi yang ingin diwujudkan adalah transisi Nusantara Baru Indonesia Maju Energi yang berkeadilan, yang terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat.
Sebelumnya, Jokowi pernah menyampaikan Indonesia punya kekuatan besar untuk mengembangkan ekonomi hijau. Indonesia memiliki sumber daya energi yang diyakini berdaya saing tinggi.
“Kita punya hampir semua jenis energi hijau, mulai dari energi panas bumi, energi surya, energi air, energi angin, dan energi ombak. Kita juga punya hasil kebun yang bisa diolah menjadi biodiesel, bioetanol, dan bioavtur,” ujarnya.
Dengan potensi kekayaan alam yang melimpah dan beragam di Indonesia, Jokowi menyatakan keyakinannya bahwa negara ini memiliki peluang besar untuk menarik investasi di sektor industri hijau.
Menurutnya, pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan dan ramah lingkungan akan menjadi daya tarik utama bagi para investor global yang semakin peduli terhadap isu-isu lingkungan. Oleh karena itu, Jokowi menegaskan pentingnya melanjutkan upaya transisi energi yang sudah mulai berjalan.
Dia menekankan bahwa transformasi ini harus terus didorong agar Indonesia bisa memainkan peran kunci dalam perekonomian global yang berfokus pada energi bersih dan berkelanjutan, sekaligus mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang selama ini mendominasi.
Jokowi juga menegaskan bahwa keberlanjutan proses transisi energi ini akan menjadi prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional, dengan harapan dapat menciptakan lapangan kerja baru serta meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan industri hijau yang berdaya saing tinggi di pasar internasional.
“Kekuatan energi hijau ini akan mengundang industri hijau akan mengundang pembiayaan ekonomi hijau, menghasilkan green food pangan hijau dan membuka peluang-peluang bagi green jobs, menyejahterakan dan sekaligus berkelanjutan. Maka dari itu transisi energi harus dilanjutkan,” ujarnya. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.