Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga BBM Stabil, Biaya Logistik Diprediksi Naik Tipis pada 2025

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 21 January 2025 | Penulis: Citra Dara Vresti Trisna | Editor: Redaksi
Harga BBM Stabil, Biaya Logistik Diprediksi Naik Tipis pada 2025

KABARBURSA.COM – Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Sugi Purnoto mengungkapkan, memprediksi industri logistik pada tahun 2025 akan tumbuh 15 persen dibanding tahun lalu.

Meski demikian, ia tidak melihat peluang kenaikan biaya logistik secara signifikan pada tahun ini karena belum ada triger yang menjadi pemicu.

“Tidak ada triger kenaikan harga BBM. Kenaikan (biaya logistik) hanya sekitar 1-2 persen saja. Itu lebih pada pengaruh kenaikan upah atau kenaikan UMR,” kata Sugi kepada kabarbursa.com, Senin, 20 Januari 2025.

Sugi menyebut, kenaikan cost logistik tertinggi berada di level 3 persen yang dipicu oleh kenaikan BBM. Menurutnya, kenaikan UMR pada awal tahun 2025 bakal berdampak kepada biaya logistik karena semua operator menggunakan tenaga manusia, baik yang ada di warehouse dan juga di transport.

Pertumbuhan di Sektor Logistik

Mantan Wakil Ketua II Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) menyatakan bahwa pertumbuhan industri logistik di Indonesia berkaitan dengan kondisi ekonomi makro, terutama terkait inflasi, kenaikan PPN, dan program makan gratis.

Sugi mengapresiasi keberhasilan pemerintah dalam menjaga tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2024 sebesar 1,57 persen dan menjadi yang terendah dalam sejarah. Sementara itu, ia menilai bahwa kenaikan PPN hanya berdampak pada beberapa segmen di industri logistik.

“Kalau untuk kenaikan PPN dari 11 persen menjadi 12 persen itu mempengaruhi. Tapi, untuk industri logistik, ada yang mengenakan PPN dan ada juga tidak mengenakan PPN,” jelasnya.

Menurutnya, penerapan PPN bergantung pada strategi masing-masing perusahaan logistik atau transporter dalam memilih segmen bisnisnya. Ia juga menyebutkan bahwa kenaikan PPN sempat menimbulkan kekhawatiran di pasar domestik, khususnya pada sektor bahan pokok, makanan-minuman, atau consumer goods.

“Itu juga berpengaruh kepada demand yang relatif stabil. Yang utama memang adalah pemicunya adalah daya beli masyarakat. Ini yang wajib dijaga oleh pemerintah,” ujarnya.

Sugi menekankan bahwa daya beli masyarakat memiliki pengaruh besar terhadap perusahaan logistik. Semakin tinggi konsumsi, semakin besar peluang pertumbuhan sektor logistik, begitu pula sebaliknya.

“Logistik itu kan turunan kedua atau ketiga sebagai dampak dari peningkatan daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat meningkat, penjualan meningkat, maka aliran barang, karena kita bicara logistik, akan mengalami peningkatan,” tambahnya.

Lebaran yang jatuh pada Maret 2025 diperkirakan akan meningkatkan intensitas pengiriman barang. Sugi menjelaskan bahwa meskipun terjadi peningkatan, terdapat tantangan dalam distribusi barang, terutama untuk produk di luar kebutuhan pokok, yang selalu menjadi kendala tahunan saat lebaran.

Ia memperkirakan lonjakan pengiriman barang ke luar pulau akan terjadi pada akhir Januari, terutama dari Jakarta ke Sulawesi dan Kalimantan untuk produk consumer goods, dengan volume pengiriman yang diprediksi lebih besar dibanding tahun sebelumnya.

“Berarti posisinya adalah di awal Maret. Maka seluruh barang-barang itu sudah tersedia adalah satu minggu sebelum Puasa dimulai untuk kebutuhan pokok. Bahkan ada yang dua minggu sebelum. Artinya, itu di posisi pertengahan Januari ini atau paling lambat sampai akhir Januari, pengiriman barang atau volume logistik ke luar pulau itu sudah mulai mengalami peningkatan yang sangat signifikan,” jelasnya.

Program makan bergizi gratis dalam pemerintahan Prabowo menjadi faktor pendukung pertumbuhan industri logistik. Sugi menjelaskan bahwa program ini akan meningkatkan kebutuhan distribusi bahan baku ke berbagai wilayah di Indonesia.

“Karena untuk bisa jadi makanan, itu kan dari sentral-sentral produksinya, baik itu berasnya, baik itu lauk-lauknya, bahkan sampai susu, itu harus dilakukan distribusi. Tidak bisa langsung ada,” ungkapnya.

Selain itu, sektor e-commerce juga diproyeksikan mengalami pertumbuhan lebih dari 20 persen. Menurut Sugi, industri logistik akan berkembang di tiga tahap utama, yakni first mile dari gudang besar ke hub, medium mile dari hub besar ke hub lebih kecil, dan last mile yang langsung menuju konsumen akhir.

“Jadi 3 komponen itu juga akan mengalami pertumbuhan di industri logistiknya karena secara efek multiplier-nya, itu dari mulai hulu sampai hilir akan mengalami pertumbuhan, baik untuk transport-nya, untuk warehouse-sorter-nya, itu mereka akan mengalami peningkatan,” katanya.

Meskipun distribusi dalam skala besar tidak begitu signifikan, pengiriman barang dipastikan tetap berlangsung secara kontinu.

Lebih lanjut, program makan gratis juga berpotensi mendukung perkembangan sektor e-commerce yang semakin bergantung pada layanan logistik. Oleh karena itu, Sugi optimistis bahwa pertumbuhan industri logistik akan lebih pesat dibandingkan dua tahun sebelumnya. (*)