KABARBURSA.COM - Bursa saham Asia-Pasifik diperkirakan akan menguat pada Selasa, 21 Januari 2025 karena para investor menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai kebijakan yang akan diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setelah pelantikannya.
Berdasarkan data CNBC, Di Jepang, indeks Nikkei 225 mulai hari dengan naik 0,52 persen, sementara Topix naik 0,33 persen.
Sementara itu, Kospi di Korea Selatan dibuka dengan kenaikan 0,97 persen, sedangkan Kosdaq naik 0,62 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia memimpin kenaikan di Asia, dengan peningkatan 1,2 persen.
Futures untuk indeks Hang Seng Hong Kong terakhir diperdagangkan di 20.278, menunjukkan pembukaan yang lebih kuat dibandingkan dengan penutupan HSI di 19.925,81.
Indeks ini mencapai level tertinggi sejak 31 Desember selama perdagangan intraday pada Senin, didorong oleh kenaikan saham-saham konsumer siklikal dan perusahaan-perusahaan kesehatan, menurut data dari LSEG.
Beberapa bank sentral di Asia akan mengadakan pertemuan akhir pekan ini. Bank sentral Malaysia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga kebijakan di 3 persen pada hari Rabu. Bank of Japan akan mengadakan pertemuan kebijakan berikutnya dari 23 Januari hingga 24 Januari — Gubernur BOJ Kazuo Ueda telah memberikan sinyal niat untuk menaikkan suku bunga. Otoritas Moneter Singapura akan mengadakan pertemuan pada hari Jumat.
Di pasar AS, pasar tutup karena libur umum Martin Luther King Jr. Futures saham AS lebih tinggi setelah pelantikan Trump dan janjinya akan membawa "zaman keemasan" baru bagi AS. Ia juga mengeluarkan sejumlah perintah eksekutif, yang secara mencolok tidak mencakup tarif.
Futures yang terkait dengan S&P 500 naik 0,5 persen, sementara futures Nasdaq 100 naik 0,6 persen. Futures Dow Jones Industrial Average menguat 221 poin, atau 0,5 persen.
Pada Senin, 20 Januari 2025, Donald Trump mengumumkan langkah-langkah kebijakan penting setelah dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-47. Salah satu keputusan utama yang diumumkan adalah deklarasi darurat nasional di perbatasan Amerika Serikat dengan Meksiko, sebagai bagian dari upayanya untuk memperketat pengamanan perbatasan dan mengatasi masalah imigrasi ilegal.
Pelantikan Trump berlangsung di Gedung Capitol, bukan di luar gedung seperti biasanya, mengingat suhu di Washington D.C. mencapai minus lima derajat Celsius. Dalam acara tersebut, Trump didampingi oleh sejumlah tamu penting, termasuk keluarganya, beberapa mantan presiden, anggota parlemen, serta CEO dari perusahaan teknologi terkemuka seperti Elon Musk, Mark Zuckerberg, dan Jeff Bezos.
Acara pelantikan ini juga menandai kembalinya Trump ke Gedung Putih, setelah sebelumnya memimpin negara ini pada periode 2017 hingga 2021. Dalam pidato pertamanya sebagai presiden, Trump menyatakan, “20 Januari 2025 adalah hari pembebasan,” menggemakan semangat kebangkitan bagi Amerika.
Trump dengan tegas mengungkapkan bahwa masa depan negara akan memasuki apa yang ia sebut sebagai "zaman keemasan". Dalam pidatonya, ia menyampaikan rencana untuk segera mengimplementasikan sejumlah kebijakan, termasuk mendeklarasikan darurat nasional di perbatasan AS-Meksiko, pengiriman pasukan untuk memperkuat pengawasan perbatasan, serta penetapan beberapa geng dan kartel narkoba sebagai organisasi teroris asing.
Dalam pidato pertamanya sebagai presiden, Trump mengungkapkan rencananya untuk mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi negara. Ia menyoroti masalah inflasi tinggi dan lonjakan harga yang menurutnya disebabkan oleh pengeluaran pemerintah yang berlebihan serta kebijakan energi yang keliru selama pemerintahan sebelumnya.
Trump kembali menegaskan komitmennya untuk meningkatkan produksi minyak dan gas di Amerika Serikat, menyebut negara ini memiliki cadangan energi yang terbesar di dunia. “Amerika Serikat memiliki lebih banyak minyak dan gas alam daripada negara manapun, dan kita akan memanfaatkannya,” ujarnya dengan percaya diri, sembari mengulang slogan populernya, “bor, sayang, bor.”
Trump juga menekankan visinya untuk mengembalikan Amerika menjadi negara industri dan penghasil minyak serta gas terbesar, dengan tujuan untuk mengekspor energi ke seluruh dunia. Ia menyatakan, "Kami akan kembali menjadi negara manufaktur," dan bertekad untuk memimpin pasar energi global.
Selain itu, Trump juga berjanji untuk menghidupkan kembali industri otomotif dengan membatalkan kebijakan yang mendukung kendaraan listrik yang diterapkan pemerintahan Biden. Trump berencana untuk mendorong produksi mobil dengan skala yang jauh lebih besar, yang ia sebut "akan melampaui apa yang sebelumnya tidak bisa dibayangkan dalam beberapa tahun terakhir."
Dalam hal perdagangan internasional, Trump mengungkapkan rencana untuk mendirikan “Layanan Pajak Eksternal” guna mengumpulkan bea masuk dan pajak lainnya. Dengan kebijakan ini, ia bertekad untuk mengubah sistem yang ada, mengatakan, "Alih-alih membebani warga negara kita dengan pajak untuk memperkaya negara asing, kita akan mengenakan bea dan pajak terhadap negara-negara asing untuk memperkaya rakyat kita." (*)