Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Aksi Unjuk Rasa Jelang Pelantikan Trump: Harapan terhadap Stabilitas Ekonomi

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 20 January 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Aksi Unjuk Rasa Jelang Pelantikan Trump: Harapan terhadap Stabilitas Ekonomi

KABARBURSA.COM - Menjelang pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 20 Januari 2025, Washington DC menjadi pusat perhatian dengan berbagai aksi unjuk rasa dan pertemuan akbar, baik dari para pendukung maupun penentangnya.

Pada Sabtu, 18 Januari 2025, ribuan orang dari seluruh penjuru AS berkumpul di Tugu Peringatan Lincoln yang ikonik untuk mengikuti aksi People’s March atau Pawai Rakyat. Massa yang hadir menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap pemerintahan Trump yang dianggap akan membawa kemunduran pada berbagai isu penting seperti hak reproduktif, demokrasi, kesetaraan gender, dan hak-hak kelompok LGBT. Selain itu, mereka juga menyerukan keprihatinan terkait kebijakan imigrasi dan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina.

Salah satu pengunjuk rasa, Nadine Seiler dari Maryland, membawa spanduk bertuliskan, “Amerika, serius nih, seorang diktator?” Nadine menyuarakan keresahannya terkait kepemimpinan Trump yang akan segera dimulai.

“Apakah kita akan memiliki seorang diktator yang menjabat di sini, di Amerika? Negara mana pun yang didatangi AS untuk membahas demokrasi setelah tanggal 20 Januari pukul 12:01 siang, Amerika akan menjadi bahan tertawaan. Akan ditertawakan!” tegasnya dalam wawancara dengan VOA.

Protes dalam skala besar seperti ini sebenarnya sudah pernah terjadi sebelumnya. Pada 2017, sehari setelah pelantikan pertama Trump, ribuan orang turut serta dalam Women’s March atau Pawai Perempuan, yang saat itu memprotes kebijakan serta retorika Trump terkait perempuan dan kesetaraan gender.

Kyler Dineen, seorang pengunjuk rasa dari New Jersey yang juga delegasi Partai Demokrat pada Konvensi Nasional Partai Demokrat tahun lalu, mengaku prihatin melihat jumlah massa yang lebih sedikit di People’s March kali ini dibandingkan Women’s March delapan tahun lalu.

“Bahkan ketika kita kalah dalam pemilu, bagaimana kita bisa membuat orang-orang lebih terlibat? Rasanya sedih melihat unjuk rasa ini dibandingkan dengan Women’s March. Saya hadir pada kedua aksi tersebut, dan jumlah massa kali ini jauh lebih sedikit, meskipun telah diperluas menjadi Pawai Rakyat, yang diharapkan dapat menggalang lebih banyak kelompok,” ungkap Kyler.

Sementara itu, sehari setelah People’s March, yakni pada Minggu, 19 Januari 2025, Trump menggelar pertemuan akbar bertajuk Victory Rally atau Pawai Kemenangan di Capital One Arena, Washington DC. Acara ini dihadiri puluhan ribu pendukungnya yang datang dari berbagai daerah. Para peserta terlihat mengenakan atribut khas MAGA (Make America Great Again) yang menjadi slogan kampanye Trump sejak 2016.

Susan Reneau, salah satu pendukung yang hadir, menyatakan bahwa ini adalah acara Trump ke-11 yang diikutinya.

“Saya sangat senang Trump terpilih. Saya sungguh lega, karena empat tahun terakhir adalah mimpi buruk bagi kami semua. Sementara pada masa pemerintahan Trump sebelumnya, ia melakukan pekerjaan yang luar biasa,” ujar Susan.

Di tengah suhu nol derajat Celsius dengan hujan rintik, pendukung lain bernama Dan terlihat mengenakan jas hujan merah, warna khas Partai Republik, sambil mengantre masuk ke arena.

“Saya berharap akan ada banyak perubahan ketika Trump menjabat. Saya tidak suka dengan apa yang terjadi selama empat tahun terakhir, jadi saya berharap Trump bisa menawarkan gagasan baru untuk menurunkan inflasi, memperbaiki perekonomian, dan sebagainya,” harap Dan.

Pada hari pelantikannya, 20 Januari 2025, pendukung Trump kembali dijadwalkan memenuhi Capital One Arena. Upacara inagurasi yang semula direncanakan berlangsung di luar Gedung Kongres AS, US Capitol, akhirnya dipindahkan ke dalam arena tersebut karena prakiraan suhu udara yang sangat rendah. Hal ini menyebabkan ratusan ribu masyarakat umum yang biasanya dapat menyaksikan pelantikan dari Alun-alun Nasional harus menerima pembatasan kapasitas hingga hanya 20.000 orang di dalam arena.

Selain itu, berbagai aksi unjuk rasa juga direncanakan berlangsung pada hari yang sama. Salah satu aksi utama adalah yang digelar oleh National Action Network untuk memperingati Hari Libur Nasional Martin Luther King, Jr. Aksi ini juga ditujukan sebagai bentuk penolakan terhadap pemerintahan Trump yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai perjuangan mendiang aktivis hak-hak sipil tersebut.

Biasanya, pada hari libur federal ini, banyak warga AS, termasuk presiden, menjadi relawan dalam berbagai kegiatan sosial untuk mendukung isu-isu yang relevan. Namun, hingga saat ini belum ada informasi apakah Trump akan mengikuti tradisi tersebut. Hari pelantikannya yang bertepatan dengan libur nasional menjadi sorotan, mengingat keputusan-keputusan Trump selama masa kampanyenya sering dianggap kontroversial.

Dengan suasana yang penuh ketegangan, pelantikan Trump kali ini mencerminkan kondisi politik AS yang masih sangat terpolarisasi. Aksi protes dan dukungan yang bergulir ini menggambarkan perbedaan pandangan yang tajam di tengah masyarakat. (*)