Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Bursa Asia Menguat, Didukung Reli Wall Street dan Komentar Positif AS-China

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 20 January 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Bursa Asia Menguat, Didukung Reli Wall Street dan Komentar Positif AS-China

KABARBURSA.COM - Bursa Asia menguat pada awal perdagangan Senin, 20 Januari 2025, setelah indeks saham di AS mencatat pekan terbaiknya dalam dua bulan terakhir. Sementara itu, kontrak berjangka AS dan harga minyak hanya mencatatkan sedikit perubahan.

Dilansir dari AP di Jakarta, Senin, di Hong Kong, indeks Hang Seng melonjak 2,3 persen ke level 20.041,09 setelah bank sentral Tiongkok mempertahankan suku bunga pinjaman utamanya. Indeks Shanghai Composite juga menguat 0,5 persen ke level 3.257,24.

Sentimen positif di kawasan ini juga didorong oleh keputusan pengadilan Hong Kong untuk memperpanjang tenggat waktu bagi pengembang properti bermasalah, Country Garden, untuk mencapai kesepakatan dengan krediturnya hingga bulan depan. Langkah ini dianggap sebagai upaya lambat namun penting menuju pemulihan dari krisis sektor real estate di China.

Komentar positif dari pejabat AS dan China menjelang pelantikan Presiden terpilih Donald Trump pada Senin juga membantu meningkatkan sentimen pasar. Kedua pihak berjanji untuk memperbaiki hubungan bilateral, yang sedikit meredakan kekhawatiran akan ketegangan perdagangan. Hal ini penting bagi bisnis yang tengah bersiap menghadapi kemungkinan kenaikan tarif atas ekspor Tiongkok ke AS.

Di Tokyo, indeks Nikkei 225 naik 1,2 persen ke level 38.914,60. Dolar AS melemah terhadap yen Jepang, diperdagangkan pada level 156,02 yen, turun dari 156,31 yen. Harapan bank sentral Jepang mungkin akan menaikkan suku bunga utama pada pertemuan kebijakan moneter pekan ini turut memperkuat nilai yen terhadap dolar.

Sementara itu, euro menguat ke USD1,0304 dari sebelumnya USD1,0281.

Di tempat lain, indeks Kospi di Korea Selatan hampir tidak bergerak di level 2.524,12. Di Australia, indeks S&P/ASX 200 menguat 0,5 persen ke level 8.354,90. Saham-saham di Taiwan, India, dan Thailand masing-masing mencatatkan kenaikan 0,5 persen, 0,2 persen, dan 0,3 persen.

Pada pasar komoditas, harga minyak mentah AS turun tipis 2 sen ke level USD77,37 per barel, sedangkan Brent, standar internasional, melemah 13 sen menjadi USD80,66 per barel.

Pada Jumat sebelumnya, indeks S&P 500 naik 1 persen ke level 5.996,66, mencatatkan pekan positif pertama dalam tiga minggu terakhir. Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,8 persen ke 43.487,83, sementara Nasdaq melesat 1,5 persen ke 19.630,20.

Saham SLB, penyedia jasa ladang minyak, memimpin kenaikan pasar setelah mencatatkan laba dan pendapatan akhir tahun 2024 yang lebih besar dari perkiraan analis. Sahamnya melonjak 6,1 persen setelah perusahaan itu juga mengumumkan kenaikan dividen sebesar 3,6 persen dan rencana pembelian kembali saham senilai USD2,3 miliar.

Selain itu, semua perusahaan teknologi besar yang dikenal sebagai “Magnificent Seven” mencatatkan kenaikan. Saham Alphabet, Amazon, Apple, Meta Platforms, Microsoft, Nvidia, dan Tesla bergerak naik, memberikan pengaruh besar pada pergerakan indeks S&P 500 dan indeks lainnya karena ukuran mereka yang masif.

Namun, saham-saham teknologi ini telah berada di bawah tekanan karena kekhawatiran bahwa harganya mungkin telah melambung terlalu tinggi setelah memimpin pasar selama bertahun-tahun. Kekhawatiran ini semakin meningkat setelah imbal hasil obligasi AS melonjak di pasar. Imbal hasil yang lebih tinggi cenderung menekan harga berbagai jenis investasi, terutama yang dianggap paling mahal.

Namun demikian, laporan inflasi AS yang menggembirakan pekan ini memberi dorongan pada saham secara keseluruhan. Hal ini meningkatkan harapan bahwa Federal Reserve mungkin akan kembali memangkas suku bunga tahun ini. Pemangkasan suku bunga yang dimulai pada September lalu dapat mengurangi tekanan pada ekonomi dan meningkatkan harga investasi, meskipun juga bisa memicu kenaikan inflasi lebih lanjut.

Wall Street Terombang-ambing oleh Ekspektasi Fed

[caption id="attachment_59527" align="alignnone" width="450"] Wall Street (Foto: Getty Images)[/caption]

Wall Street belakangan ini bergerak naik-turun tajam seiring laporan ekonomi yang memaksa para pelaku pasar merevisi ekspektasi mereka terhadap langkah Federal Reserve terkait suku bunga. Kekhawatiran yang lebih rendah tentang inflasi telah menekan imbal hasil obligasi Treasury dan mendorong saham naik. Sebaliknya, ketika kekhawatiran inflasi meningkat, saham cenderung tertekan.

Imbal hasil obligasi Treasury mengalami penurunan tajam sepanjang pekan ini. Pada Jumat, imbal hasil Treasury bertenor 10 tahun turun menjadi 4,61 persen, sedikit lebih rendah dari 4,62 persen pada Kamis malam dan jauh dari 4,76 persen pada pekan sebelumnya.

Salah satu yang mencatatkan kenaikan signifikan adalah Truist Financial yang melesat 5,9 persen pada Jumat setelah melaporkan laba kuartal akhir 2024 yang melampaui ekspektasi analis. Perusahaan ini juga mengumumkan bahwa rata-rata deposito mereka naik 1,5 persen selama kuartal tersebut.

Laporan positif Truist mengikuti deretan laporan keuntungan dari raksasa perbankan lain seperti Wells Fargo, Citigroup, dan beberapa lainnya.

Namun, tidak semua kabar baik. J.B. Hunt Transport Services mencatat penurunan terbesar di indeks S&P 500, dengan sahamnya anjlok 7,4 persen setelah hasil keuangannya tidak memenuhi harapan analis. Biaya peralatan dan asuransi yang lebih tinggi menjadi penyebab utama tertekannya kinerja perusahaan tersebut.(*)