KABARBURSA.COM - Indonesia mencatatkan kinerja perdagangan yang positif pada Desember 2024, dengan surplus sebesar 2,24 miliar USD. Ekonom senior Masyita Crystallin, menilai capaian ini sebagai indikator positif walaupun masih memiliki tantangan lainnya.
Adapun ekspor nasional tumbuh 4,8 persen secara tahunan (yoy) menjadi 23,46 miliar USD, sementara impor meningkat lebih signifikan sebesar 11,1 persen yoy menjadi 21,22 miliar USD.
"Surplus perdagangan ini mencerminkan daya tahan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Namun, perlu ada langkah strategis untuk mempertahankan momentum ini," ujar Masyita, dalam keterangan tertulis, Jakarta, Minggu, 19 Januari 2024.
Ekspor tahunan mengalami pertumbuhan yang didorong utama oleh sektor nonmigas yang naik sebesar 4,8 persen, menyumbang 93 persen dari total ekspor. Sektor migas juga mencatatkan peningkatan moderat sebesar 4,1 persen. Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami lonjakan signifikan hingga 63,2 persen.
“Peningkatan besar di sektor pertanian ini memberikan harapan besar, tetapi harus didukung dengan perbaikan logistik agar distribusi produk lebih efisien,” kata Masyita.
Lanjutnya pada sektor manufaktur mencatat pertumbuhan 12,2 persen, sementara sektor pertambangan menghadapi kontraksi tajam hingga 23,3 persen.
"Penurunan di sektor pertambangan menjadi alarm bagi pemerintah dan pelaku usaha. Kita perlu mencari cara untuk meningkatkan nilai tambah di sektor ini agar lebih tahan terhadap fluktuasi global," tambahnya.
Pada sisi impor, barang modal menjadi faktor utama yang mendorong dengan lonjakan signifikan sebesar 19,6 persen, pulih dari penurunan 0,8 persen pada bulan sebelumnya. Sementara itu, barang konsumsi dan bahan mentah masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 12,4 persen dan 8,8 persen.
“Kenaikan barang modal adalah sinyal baik bagi investasi domestik. Ini menandakan industri kita mulai mempersiapkan diri untuk meningkatkan kapasitas produksi,” jelas Masyita.
Sebelumnya harga komoditas global pada Desember 2024 menunjukkan kenaikan, dipengaruhi oleh faktor musiman seperti musim dingin dan periode liburan akhir tahun.
"Berdasarkan data Bank Dunia, harga gas alam mencatat kenaikan signifikan, sementara batubara dan minyak mentah relatif stabil," ungkap Masyita.
Komoditas agrikultur seperti kopi dan cokelat juga menunjukkan lonjakan harga yang mencerminkan peningkatan permintaan global.
"Di sektor minyak nabati, harga minyak kelapa, sawit, dan kernel sawit mengalami kenaikan, menambah tekanan pada pasar komoditas pangan," papar Masyita.
Sementara pada harga daging sapi dan beras terus merangkak naik, sementara kedelai dan daging ayam justru mencatatkan penurunan harga.
Komoditas lain seperti pupuk, logam industri, serta produk perkebunan seperti tembakau dan gula menunjukkan kestabilan sepanjang Desember. Di sisi lain, harga karet serta logam mulia seperti emas dan perak tetap menunjukkan kenaikan yang stabil sepanjang tahun.
Menurut Masyita, kenaikan harga yang konsisten pada beberapa komoditas, khususnya logam mulia, menandakan bahwa logam mulia tetap menjadi aset yang tangguh dan andal sebagai safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global.
"Dengan berbagai dinamika harga ini, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan momentum untuk mendorong ekspor komoditas unggulan dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional," tutup Masyita.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyatakan, Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD31,04 miliar pada 2024. Surplus tersebut dihasilkan dari surplus nonmigas sebesar USD51,44 miliar dan defisit migas sebesar USD20,40 miliar.
Budi Santoso, yang akrab disapa Mendag Busan, menambahkan, surplus tahunan ini melanjutkan tren surplus untuk lima tahun berturut-turut sejak 2020. “Perolehan surplus perdagangan Indonesia pada 2024 adalah sebesar USD31,04 miliar. Surplus ini telah mencapai target surplus neraca perdagangan untuk 2024, yaitu USD30,30miliar, USD38,80 miliar. Surplus tahun ini melanjutkan tren surplus tahunan selama lima tahun terakhir sejak 2020,”ujar Mendag.
Lebih lanjut, dari sisi perdagangan nonmigasnya, Busan menjelaskan, surplus nonmigas Indonesia 2024 sebagian besar disumbang oleh perdagangan dengan beberapa negara mitra dagang. Amerika Serikat (AS) menjadi mitra dagang terbesar dan penyumbang surplus terbesar dengan USD16,84 miliar, diikuti India USD15,39 miliar, Filipina USD8,85 miliar, Malaysia USD4,13 miliar, dan Jepang USD3,71 miliar.
membukukan surplus sebesar USD2,24 miliar. Dengan capaian surplus ini, neraca perdagangan Indonesia meneruskan tren surplus selama 56 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus Desember 2024 didorong surplus nonmigas sebesar USD4,00 miliar dan defisit migas sebesar USD1,76 miliar.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.