Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Proyek Infrastruktur Digarap Swasta, Prabowo: Mereka Lebih Pengalaman!

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 17 January 2025 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Redaksi
Proyek Infrastruktur Digarap Swasta, Prabowo: Mereka Lebih Pengalaman!

KABARBURSA.COM – Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa pemerintahannya akan melibatkan sektor swasta secara besar-besaran dalam proyek infrastruktur.

Hal ini disampaikan Prabowo dalam pidatonya di Musyawarah Nasional Konsolidasi Persatuan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia yang digelar di The Ritz-Carlton, Jakarta, Kamis 16 Januari 2025.

"Infrastruktur sebagian besar saya berikan kepada swasta. Mereka lebih efisien, efektif, dan berpengalaman. Swasta silakan bergerak semuanya, mulai dari bandara, pelabuhan, hingga jalan tol," ujar Prabowo.

Prabowo menegaskan bahwa pemerintah akan memprioritaskan peran swasta dalam pengembangan infrastruktur, sementara pemerintah hanya akan fokus pada proyek-proyek yang bersifat penting untuk perlindungan masyarakat.

"Pemerintah hanya mengerjakan yang penting-penting untuk perlindungan rakyat. Yang bisa dikerjakan oleh swasta, biarkan swasta yang bantu," tambahnya.

Lebih lanjut, Prabowo menyoroti pentingnya peran Kadin sebagai motor penggerak ekonomi nasional. Ia mendorong Kadin untuk menjadi organisasi yang dinamis dan inovatif, serta mendorong kerja sama antar pelaku usaha di dalam negeri.

"Kita butuh Kadin yang dinamis, inovatif. Kerja sama Indonesia in cooperation. Bersaing, tetapi tidak saling mematikan, semua untuk kemakmuran," katanya.

Menurut Prabowo, kemakmuran rakyat tidak dapat tercapai tanpa keterlibatan aktif dari para pengusaha.

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa pemerintah akan terus membuka ruang sebesar-besarnya bagi dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional.

"Rakyat butuh kemakmuran. Dan kemakmuran itu membutuhkan peran para pengusaha," tutupnya.

Dukung Pembangunan Infrastruktur

Chief Investment Officer untuk Asia Tenggara dan ASEAN di Private Banking and Wealth Management HSBC, James Cheo, memperkirakan perekonomian Indonesia akan tetap stabil pada 2025. Menurutnya, kestabilan ini didukung oleh pembangunan infrastruktur yang terus berjalan, ekspor yang semakin beragam, serta daya beli masyarakat yang kuat.

James juga menekankan pentingnya kesinambungan kebijakan pemerintah sebagai pondasi utama pertumbuhan ekonomi yang solid. Ekonomi Indonesia, kata dia, kemungkinan akan mengalami investasi signifikan di sektor infrastruktur dan permintaan domestik tetap sehat.

“Aktivitas manufaktur di Indonesia yang tercermin dari Purchasing Manager Index (PMI) menunjukkan tanda-tanda awal pemulihan,” kata James dalam acara Media Briefing HSBC: Indonesia & Asia (Investment & Economic) Outlook 2025 di Jakarta, Kamis 9 Januari 2025.

James mengatakan inflasi Indonesia diperkirakan akan tetap berada di bawah target tengah Bank Indonesia sebesar 2,5 persen. Selain itu, kebijakan fiskal yang hati-hati dinilai mampu menjaga defisit anggaran tetap di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Hal tersebut memungkinkan pemerintah untuk terus meningkatkan belanja infrastruktur  dan program kesejahteraan sosial tanpa menimbulkan tekanan fiskal yang berlebihan. “Kebijakan fiskal yang cernat ini akan memberikan fondasi yang stabil untuk pertumbuhan,” katanya.

Meski nilai tukar rupiah diperkirakan menghadapi tekanan akibat penguatan dolar AS, James tetap optimis dengan rupiah. “Daya tarik imbal hasil rupiah tetap menjadi keunggulannya. Kami memperkirakan USD-IDR akan mencapai level Rp16.300 pada akhir tahun,”jelas James.

James pun memprediksi Bank Indonesia akan melakukan tiga kali pemotongan suku bunga acuan pada tahun 2025. Penurunan sebesar 35 basis point (bps) di kuartal pertama dan 50 bps di kuartal kedua akan menurunkan suku bunga acuan dari sebelumnya berada di kisaran 6 persen menjadi 5,25 persen pada Juni 2025 mendatang. Langkah ini diperkirakan akan mendukung investasi di obligasi Rupiah dan surat hutang berkualitas tinggi.

“Penurunan suku bunga di awal tahun ini semakin memperkuat rekomendasi kami [HSBC] untuk berinvestasi lebih banyak pada obligasi Rupiah dan obligasi berkualitas tinggi yang diterbitkan oleh BUMN,” kata James.

Tahun 2025 diperkirakan menjadi periode penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Berbagai faktor seperti daya beli masyarakat, potensi inflasi, dan ketegangan perdagangan global diprediksi akan memengaruhi situasi ekonomi.

Lonjakan Konsumsi Masyarakat

Pengamat pasar uang, Ibrahim Asuaibi, menyebut inflasi kemungkinan meningkat pada kuartal pertama 2025 karena lonjakan konsumsi masyarakat selama perayaan hari besar.

“Dari benang merah dari tahun sebelumnya, inflasi akan tinggi, terutama bersamaan dengan perayaan hari-hari besar,” ujar Ibrahim dalam wawancara dengan kabarbursa.com, Jumat, 3 Januari 2025.

Menurut Ibrahim, inflasi pada Januari 2025 diperkirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan Desember 2024. Kondisi tersebut terjadi akibat perubahan tren inflasi, yang sebelumnya dipicu oleh peningkatan pembelian logam mulia atau perhiasan. Pembelian ini marak dilakukan karena kekhawatiran masyarakat terhadap potensi pecahnya perang dunia ketiga. Akibatnya, inflasi lebih banyak terdorong oleh kenaikan harga barang konsumsi, terutama kebutuhan pangan.

“Kalau dulu-dulu sebelum-sebelumnya itu inflasi disebabkan oleh masyarakat yang melakukan pembelian terhadap perhiasan logam mulia, karena ada ketakutan dari perang dunia ketiga, tetapi di bulan Desember, inflasi naik ini disebabkan oleh barang konsumsi,” katanya.

Ibrahim berpendapat tingginya konsumsi selama periode ini akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Ia memperkirakan peningkatan konsumsi masyarakat akan mendorong PDB menuju angka yang lebih baik.

Namun,inflasi diprediksi akan mengalami penurunan pada kuartal kedua 2025, seiring berkurangnya konsumsi setelah tidak ada lagi perayaan besar yang memicu peningkatan pengeluaran. Ia menjelaskan setelah momen-momen tersebut berlalu, daya beli masyarakat cenderung melemah sehingga inflasi ikut melandai.

Meski demikian, Ibrahim mengatakan situasi tersebut tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Pasalnya, daya beli masyarakat dan inflasi masih berada dalam kondisi yang terkendali.(*)