KABARBURSA.COM - Bursa saham Eropa mencatat kenaikan signifikan pada perdagangan Rabu waktu setempat, 15 Januari 2025, atau Kamis dinihari WIB, 16 Januari 2025, mengakhiri tren penurunan selama tiga hari berturut-turut. Indeks acuan Stoxx 600 pan-Eropa menguat 1,3 persen, menjadikannya kinerja terbaik sejak Agustus 2024.
Semua sektor diperdagangkan di zona hijau, dengan saham ritel memimpin lonjakan sebesar 2,7 persen.
Di London, indeks FTSE 100 turut menguat 1,2 persen didorong penurunan tajam imbal hasil obligasi pemerintah Inggris, setelah data inflasi bulan Desember menunjukkan perlambatan ke level 2,5 persen. Angka ini lebih baik dari proyeksi ekonom yang memprediksi inflasi tetap berada di 2,6 persen, seperti bulan November.
Imbal hasil obligasi 10 tahun Inggris turun 16 basis poin menjadi 4,725 persen, level terendah dalam seminggu terakhir. Sementara itu, imbal hasil obligasi 2 tahun juga merosot sebesar 16 basis poin ke level 4,44 persen.
Saham-saham perusahaan konstruksi Inggris, yang sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga, turut menjadi pusat perhatian investor. Vistry Group, perusahaan pembangunan rumah, mencatat lonjakan saham hingga 15,7 persen setelah memperbarui laporan perdagangan yang mengonfirmasi panduan laba meskipun sebelumnya telah direvisi turun pada Desember.
Selain faktor domestik, sentimen positif juga diperkuat oleh laporan laba sejumlah bank besar di Amerika Serikat. JPMorgan Chase mencatatkan laba tertinggi dalam sejarahnya, sementara Citigroup dan Goldman Sachs berhasil melampaui ekspektasi pasar, mengirimkan sinyal optimisme ke pasar global.
Sementara itu, indeks DAX Jerman menjadi salah satu bursa dengan kinerja terbaik, naik sebesar 1,5 persen. Bursa Prancis, CAC 40, menguat 0,69 persen seiring berlanjutnya minat beli terhadap saham-saham unggulan. Saham Bayer di Jerman tercatat naik tipis 0,7 persen pada perdagangan pagi waktu London.
Fokus pelaku pasar selanjutnya akan tertuju pada rilis data penting yang dijadwalkan esok hari. Inflasi Desember Jerman, data GDP November Inggris, serta neraca perdagangan zona Euro diharapkan menjadi penggerak signifikan. Jika hasilnya memberi indikasi positif terhadap stabilitas ekonomi kawasan, bursa saham Eropa berpeluang melanjutkan tren penguatan.
Dengan stabilnya inflasi di beberapa negara utama dan kabar baik dari sektor korporasi, optimisme investor terhadap prospek ekonomi zona Euro kembali meningkat. Hal ini memberikan pijakan kuat bagi bursa saham Eropa untuk mencatatkan reli lebih lanjut dalam waktu dekat.
Pasar saham Asia-Pasifik menunjukkan pergerakan bervariasi pada Rabu, 15 Januari 2025, setelah sesi perdagangan yang penuh dinamika di Wall Street. Dow Jones Industrial Average mencatatkan lonjakan signifikan, sementara Nasdaq Composite mengalami penurunan, mencerminkan perubahan minat investor yang mulai meninggalkan saham teknologi dan beralih ke sektor lain.
Di Asia, indeks utama Australia melanjutkan tren positif dengan kenaikan sebesar 0,36 persen pada awal perdagangan. Indeks Nikkei di Jepang turut bergerak positif, meskipun hanya mencatat kenaikan tipis sebesar 0,02 persen.
Sentimen pasar di kawasan ini juga dipengaruhi oleh pergerakan mata uang rupee India, yang melemah ke level terendah sepanjang sejarah terhadap dolar AS. Di tengah pelemahan ini, data inflasi India untuk Desember menunjukkan tren penurunan tahun ke tahun selama dua bulan berturut-turut, mencapai level 5,22 persen.
Angka ini sedikit lebih rendah dari ekspektasi analis dan membuka peluang bagi Reserve Bank of India untuk mempertimbangkan kebijakan penurunan suku bunga guna mendukung pemulihan ekonomi domestik.
Sementara itu, perhatian pelaku pasar di Thailand terfokus pada rilis indeks keyakinan konsumen untuk bulan Desember, yang akan memberikan gambaran lebih lanjut tentang tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Data ini diantisipasi untuk memberikan pengaruh pada pergerakan bursa saham setempat.
Di Amerika Serikat, Dow Jones Industrial Average naik 0,86 persen, ditutup di level 42.297,12, dipimpin oleh penguatan saham nonteknologi seperti Caterpillar, JPMorgan, dan UnitedHealth. Sebaliknya, Nasdaq Composite, yang didominasi saham teknologi, turun 0,38 persen menjadi 19.088,10, mencerminkan aksi jual besar-besaran di sektor teknologi. S&P 500 menguat tipis 0,16 persen dan mengakhiri sesi di level 5.836,22.
Meskipun Dow berhasil mencatat kenaikan signifikan, ketiga indeks acuan AS masih mengalami penurunan selama dua pekan terakhir. Saham teknologi menjadi sorotan utama sebagai kontributor utama kerugian ini, seiring dengan rotasi sektor oleh para investor yang mulai menjauhi sektor tersebut, yang sebelumnya memimpin penguatan pasar saham.
Di tengah dinamika ini, investor global terus memantau pergerakan data ekonomi utama untuk mencari petunjuk terkait tren kebijakan moneter dan potensi pemulihan ekonomi di tahun 2025.(*)