Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Insentif KLM Capai Rp295 Triliun, BI Optimalkan Penyaluran Kredit ke Sektor Strategis

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 15 January 2025 | Penulis: Deden Muhammad Rojani | Editor: Redaksi
Insentif KLM Capai Rp295 Triliun, BI Optimalkan Penyaluran Kredit ke Sektor Strategis

KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di tahun 2025. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa BI memperkuat efektivitas implementasi Kebijakan Makroprudensial yang Longgar (KLM) guna mendorong penyaluran kredit dan pembiayaan perbankan ke sektor-sektor strategis.

Sejak 1 Januari 2025, insentif KLM difokuskan pada sektor-sektor yang memiliki kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Sektor-sektor tersebut mencakup pertanian, perdagangan, manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, konstruksi, real estate dan perumahan rakyat, serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Ultra Mikro, dan sektor ekonomi hijau.

Per minggu kedua Januari 2025, total insentif KLM yang telah disalurkan mencapai Rp295 triliun, mengalami peningkatan Rp36 triliun dibandingkan Rp259 triliun pada akhir Oktober 2024. 

Penyaluran insentif tersebut terbagi ke dalam beberapa kelompok perbankan, yaitu Bank BUMN Rp129,1 triliun, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Rp130,6 triliun, Bank Pembangunan Daerah (BPD) Rp29,9 triliun, dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) Rp5 triliun,” jelas Perry saat Konferensi Pers Hasil RDG Januari 2025, di Gedung Thamrin Lantai 1 Bank Indonesia, Rabu 15 Januari 2025.

Perry Warjiyo menegaskan bahwa Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan pemerintah, otoritas keuangan, kementerian/lembaga, perbankan, dan pelaku usaha untuk mengoptimalkan penyaluran kredit dan pembiayaan.

Langkah ini diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi sekaligus membuka lebih banyak peluang kerja di berbagai sektor.

Ketahanan Sistem Keuangan Tetap Kuat

Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, ketahanan sistem keuangan nasional juga terjaga dengan baik. Likuiditas perbankan tetap memadai, tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) pada Desember 2024 yang tinggi, di angka 25,59 persen. Ini menunjukkan kesiapan perbankan dalam memenuhi kewajiban dan mendukung ekspansi kredit.

Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada November 2024 juga tercatat tinggi di level 26,89 persen, mencerminkan kemampuan perbankan dalam menyerap risiko sekaligus mendukung pertumbuhan kredit. Sementara itu, risiko kredit tetap terkendali, terlihat dari rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) yang rendah di angka 2,19 persen (bruto) dan 0,75 persen (neto).

Hasil uji ketahanan (stress-test) Bank Indonesia menunjukkan bahwa perbankan Indonesia tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko eksternal maupun internal. Hal ini didukung oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang stabil.

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam mengantisipasi berbagai potensi risiko yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan nasional.

KLM untuk Bank Swasta Nasional

Pada minggu kedua Januari 2025, Bank Indonesia (BI) mencatatkan penyaluran insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) mencapai Rp295 triliun, menunjukkan lonjakan signifikan sebesar Rp36 triliun dari jumlah yang tercatat pada akhir Oktober 2024, yang sebesar Rp259 triliun.

Lonjakan ini menunjukkan dampak positif dari kebijakan tersebut dalam mendorong pembiayaan yang lebih besar melalui sektor perbankan.

Perry Warjiyo menjelaskan bahwa insentif ini terbagi antara beberapa kelompok perbankan utama, dengan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) menerima bagian terbesar, yakni Rp130,6 triliun, diikuti oleh Bank BUMN yang mendapatkan Rp129,1 triliun. Sementara itu, Bank Pembangunan Daerah (BPD) menerima insentif sebesar Rp29,9 triliun, dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) sebesar Rp5 triliun.

Pembagian yang merata ini menunjukkan bagaimana insentif KLM diperuntukkan untuk memperkuat seluruh struktur perbankan di Indonesia, dengan fokus utama pada sektor-sektor ekonomi yang vital.

Dengan fokus pada sektor-sektor yang berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan lapangan kerja, insentif ini diharapkan mampu mempercepat pemulihan ekonomi pasca-pandemi, memperkuat daya saing, dan menumbuhkan potensi sektor-sektor domestik.

Perry Warjiyo menekankan pentingnya upaya Bank Indonesia dalam mendukung penyaluran kredit untuk memperkuat sinergi dengan pemerintah, otoritas keuangan, kementerian/lembaga terkait, serta pelaku usaha, guna mendorong penciptaan peluang ekonomi yang lebih luas.

Bank Indonesia tidak hanya berfokus pada pemulihan ekonomi jangka pendek, tetapi juga menjaga ketahanan sistem keuangan yang terjaga dengan baik. Hal ini terlihat dari rasio likuiditas perbankan yang tetap kuat, dan kemampuan perbankan Indonesia untuk menanggulangi risiko-risiko yang muncul.

BI berkomitmen untuk terus melakukan pemantauan dan memperkuat koordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam menghadapi tantangan ekonomi domestik dan eksternal, dengan harapan menciptakan dasar yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dengan demikian, Bank Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai pengelola kebijakan moneter, tetapi juga sebagai pendorong stabilitas ekonomi makro dan penciptaan peluang kerja.

Kebijakan insentif KLM adalah langkah konkret untuk memacu ekspansi kredit yang signifikan dalam perekonomian Indonesia, sambil mendukung pembangunan di berbagai sektor yang menjadi tulang punggung pertumbuhan nasional.(*)