Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

BI Sebut Stabilitas Rupiah Lewat Jalur Suku Bunga Berjalan Baik

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 15 January 2025 | Penulis: Deden Muhammad Rojani | Editor: Redaksi
BI Sebut Stabilitas Rupiah Lewat Jalur Suku Bunga Berjalan Baik

KABARBURSA.COM - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, mengatakan stabilitas rupiah lewat jalur suku bunga berjalan baik. Instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) menjadi andalan dalam memperkuat aliran modal asing ke Indonesia.

Hingga 14 Januari 2025, posisi outstanding SRBI mencapai Rp914,72 triliun, SVBI sebesar USD1,96 miliar, dan SUVBI sebesar USD436 juta. Penerbitan SRBI berhasil meningkatkan aliran dana asing dan menopang penguatan Rupiah, dengan kepemilikan nonresiden di SRBI mencapai Rp228,85 triliun atau 25,02 persen dari total outstanding.

Sejak implementasi dealer utama (primary dealer) pada Mei 2024, transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antar pelaku pasar mengalami peningkatan signifikan. Hal ini memperkuat efektivitas instrumen moneter dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan mengendalikan inflasi.

Ke depan, BI berkomitmen mengoptimalkan inovasi instrumen pro-pasar dari sisi volume dan imbal hasil untuk mempercepat pendalaman pasar uang dan valas serta menarik lebih banyak aliran modal asing.

Stabilitas Suku Bunga Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga, berjalan efektif. Suku bunga pasar uang (IndONIA) tercatat di level 6,03 persen pada 14 Januari 2025, selaras dengan BI-Rate.

Suku bunga SRBI tenor 6, 9, dan 12 bulan per 10 Januari 2025 masing-masing berada di level menarik, yaitu 7,06 persen, 7,10 persen, dan 7,23 persen. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 2 tahun dan 10 tahun juga meningkat menjadi 6,98 persen dan 7,25 persen, menjaga daya tarik instrumen keuangan domestik di tengah ketidakpastian global.

“Suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada Desember 2024 tercatat masing-masing sebesar 4,87 persen dan 9,20 persen, relatif stabil dibandingkan dengan level bulan sebelumnya,” papar Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG Januari 2025.

Menurut Perry, likuiditas perbankan yang memadai dan efisiensi dalam pembentukan harga mendukung stabilitas suku bunga perbankan. Suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit per Desember 2024 tercatat masing-masing sebesar 4,87 persen dan 9,20 persen, relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya.

Pertumbuhan Kredit Tetap Solid, Dorong Ekonomi 2025

Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit pada 2024 sebesar 10,39 persen (yoy), sesuai dengan target BI di kisaran 10-12 persen. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ini didorong oleh tingginya minat penyaluran kredit perbankan, realokasi alat likuid ke kredit, dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK).

Dari sisi permintaan, kredit didukung oleh kinerja korporasi yang kuat di tengah konsumsi rumah tangga yang terbatas.

Pertumbuhan kredit berdasarkan penggunaan menunjukkan tren positif. Kredit Modal Kerja tumbuh 8,35 persen (yoy), Kredit Investasi tumbuh 13,62 persen (yoy), Kredit Konsumsi tumbuh 10,61 persen (yoy).

Selain itu, pembiayaan syariah mencatat pertumbuhan 9,87 persen (yoy), sementara kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tumbuh 3,37 persen (yoy).

Memasuki 2025, pertumbuhan kredit diperkirakan meningkat di kisaran 11–13 persen, sejalan dengan prospek ekonomi yang positif dan dukungan kebijakan makroprudensial Bank Indonesia. Insentif pemerintah juga diproyeksikan mendorong peningkatan permintaan kredit di berbagai sektor. 

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, sempat melaporkan bahwa pertumbuhan kredit pada November 2024 mencapai 10,79 persen (year on year/YoY). Hal itu disampaikan Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Rabu, 18 Desember 2024.

Perry mengungkapkan bahwa pertumbuhan kredit dipicu oleh dukungan DPK dan KLM yang disalurkan ke sektor prioritas, yakni pangan, hilirisasi minerba, otomotif. Pertumbuhan kredit juga dipicu oleh perdagangan listrik, gas dan air, pariwisata, ekonomi kreatif dan UMKM.

“Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja usaha korporasi yang terjaga, termasuk pada korporasi yang berorientasi ekspor,” kata Perry dalam konferensi pers RDG BI, Rabu, 18 Desember 2024.

Sementara untuk berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit modal kerja (8,92 persen), kredit konsumsi (10,94 persen) dan kredit investasi (13,77 persen) pada 2024.

“Pertumbuhan kredit pada 2024 diprakirakan tetap berada pada kisaran 10–12 persen dan akan meningkat pada 2025 pada kisaran 11-13 persen,” ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya mendorong pertumbuhan kredit melalui KLM mulai Januari 2025 bakal diarahkan mendorong pembiayaan yang mendukung dan pembangunan di lapangan kerja.

BI juga mengoptimalkan instrumen moneter pro-market guna memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dan menjaga pencapaian sasaran inflasi. Kebijakan ini juga bertujuan mempercepat pendalaman pasar uang dan pasar valas, serta menarik aliran modal asing ke dalam negeri.

“Hingga 16 Desember 2024, posisi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tercatat mencapai Rp940,67 triliun. Sementara itu, posisi Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) tercatat sebesar 2,08 miliar dolar AS, dan Sekuritas Valas Bank Indonesia dengan Underlying (SUVBI) sebesar 386 juta dolar AS,” kata Perry.(*)