KABARBURSA.COM – Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menilai masuknya Indonesia ke dalam poros ekonomi BRICS bakal memperbesar peluang memasarkan komoditi utamanya di perdagangan internasional.
Menurutnya, pasar yang terintegrasi dengan anggota BRICS mendorong fleksibilitas perdagangan menggunakan mata uang lokal.
“Ini akan dimanfaatkan untuk anggota BRICS yang begitu besar sehingga perdagangan ini lebih fleksibel dengan mata uang lokal,” ujar Ibrahim kepada kabarbursa.com, Senin 13 Januari 2025.
Kendati demikian, Ibrahim meyakini jika kekuatan ekonomi yang ada di dalam BRICS tidak dapat mengimbangi kekuatan dolar AS. Menurutnya, dolar AS tetap kuat karena keuntungan transaksi dari setiap perdagangan adalah 0,1 persen.
“Itu sangat luar biasa, sehingga Amerika disebut negara adikuasa, dengan ekonomi terbesar di dunia,” tambahnya.
Kripto di Tengah Dominasi Dolar
Ibrahim menilai, kripto merupakan salah satu instrumen yang dapat menantang dolar. Namun, menurutnya, ancaman ini tidak akan dibiarkan begitu saja oleh Amerika Serikat.
“Ini pun juga ditentang oleh bank sentral Amerika, karena seandainya nanti negara menggunakan kripto sebagai mata uangnya, kemungkinan besar Amerika tidak akan mendapatkan keuntungan transaksi,” ujar Ibrahim.
Di tengah meningkatnya potensi kripto untuk menggoyang dominasi dolar di kancah global, bergabungnya Indonesia sebagai anggota BRICS juga memperkuat upaya menuju dedolarisasi.
Meski demikian, baik BRICS maupun kripto hingga kini belum mampu sepenuhnya menandingi kekuatan dolar. Namun, langkah Indonesia masuk ke BRICS membuka peluang baru bagi komoditas lokal untuk memperluas daya saing di pasar internasional.
“Setelah menjadi angota BRICS banyak sekali barang barang komoditas yang memang cukup berukualitas,” ungkapnya.
Tantangan Ekonomi Global
Ibrahim menilai, langkah Indonesia untuk memanfaatkan peluang BRICS dianggap sebagai tantangan sekaligus strategi dalam menghadapi ekonomi global yang semakin kompetitif.
Ia menilai, masuknya Indonesia ke dalam BRICS sebagai upaya berani untuk memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan internasional, meskipun dominasi dolar masih sulit tergoyahkan.
“Amerika tidak akan runtuh atau bangkrut karena sistem dolar ini. Tapi, dengan langkah ini, Indonesia menunjukkan keberanian untuk memanfaatkan potensi lokalnya,” ujarnya.
Upaya Melawan Trump
Di tengah ancaman sanksi Amerika Serikat terhadap negara-negara yang menggunakan mata uang lokal selain dolar, keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dinilai memicu respons positif dari pasar.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menilai, keputusan bergabung dengan BRICS merupakan cara Prabowo menunjukkan keberanian terhadap dominasi Amerika Serikat (AS) usai Donald Trump kembali terpilih.
“Setelah Trump terpilih, dia mengeluarkan pernyataan bahwa negara mana pun, baik anggota BRICS maupun lainnya, yang tidak menggunakan dolar sebagai alat transaksi akan dikenakan sanksi 100 persen. Ini menciptakan gejolak yang luar biasa,” ujar Ibrahim.
Menurutnya, ancaman tersebut sempat memicu ketakutan di kalangan investor global, terutama karena Trump juga mengumumkan kebijakan perang dagang dengan berbagai negara.
Trump menyatakan bakal memulai perang dagang dengan China, Kanada, Meksiko dan Eropa. Selain negara tersebut, negara yang memiliki surplus perdagangan seperti Taiwan dan Vietnam juga tak lolos dari tarif tinggi.
Ibrahim menilai Prabowo memiliki cukup keberanian dengan bergabung dengan BRICS. Menurutnya, langkah ini merupakan simbol ketegasan dalam mendukung perdagangan global yang lebih inklusif dan tidak bergantung kepada dolar.
“Keputusan ini membuat pasar optimistis. Investor melihat Indonesia tidak gentar menghadapi ancaman Trump dan justru mengambil langkah strategis untuk memperkuat posisinya di panggung ekonomi global,” ungkapnya.
Ia juga melihat langkah Indonesia masuk BRICS sebagai strategi menghadapi gejolak geopolitik yang melibatkan Timur Tengah dan Eropa. Menurutnya, selama ini Trump memanfaatkan isu-isu tersebut sebagai alat kampanye dengan janji menyelesaikan konflik usai dirinya dilantik.
Meski gejolak politik dan ekonomi ini memperkuat dolar, namun ia melihat pasar Indonesia justru kian bergairah karena investor menilai apa yang dilakukan Prabowo adalah menjaga stabilitas ekonomi domestik.
Di sisi lain, bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS, dipercaya membawa harapan besar untuk memperkuat posisi ekonomi Indonesia di kancah global, termasuk diversifikasi mata uang dalam transaksi internasional.
“Meskipun mata uang rupiah belum kuat, tapi Indonesia sudah mulai melaiukan ekspor impor dengan negara-negara tetangga dengan menggunakan mata uang lokal,” terangnya
Namun, Ibrahim menekankan bahwa pasar akan terus memantau apakah langkah ini benar-benar efektif mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
“Ini bukan hanya soal bergabung dengan BRICS, tapi juga bagaimana Indonesia bisa meningkatkan daya saing ekonomi dan memastikan mata uang lokal lebih berdaya di tengah dominasi dolar,” ujarnya. (*)ayy
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.