Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Nasdaq Melemah, S&P 500 Bangkit Tipis Dibayangi Dua Sentimen

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 14 January 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Nasdaq Melemah, S&P 500 Bangkit Tipis Dibayangi Dua Sentimen

KABARBURSA.COM - Indeks Nasdaq Composite mencatat pelemahan pada perdagangan Senin, 13 Januari 2025, sementara S&P 500 berhasil bangkit dari posisi terendah dua bulan dengan kenaikan tipis. Pergerakan ini terjadi di tengah imbal hasil Treasury Amerika Serikat (AS) yang terus meningkat, seiring dengan investor yang menurunkan ekspektasi terkait pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed).

Seperti dikutip dari Reuters, Dow Jones Industrial Average mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 358,67 poin (0,86 persen) ke level 42.297,12. S&P 500 naik tipis 9,18 poin (0,16 persen) menjadi 5.836,22, sementara Nasdaq Composite melemah 73,53 poin (0,38 persen) ke level 19.088,10.

Secara keseluruhan, saham yang melemah lebih banyak dibandingkan saham yang menguat dengan rasio 1,02 banding 1 di NYSE, dan 1,4 banding 1 di Nasdaq. S&P 500 mencatatkan tiga level tertinggi baru dan 23 level terendah baru dalam 52 minggu terakhir. Sementara itu, Nasdaq mencatatkan 23 level tertinggi baru dan 252 level terendah baru.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 14,88 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata harian 20 hari terakhir yang mencapai 15,73 miliar saham.

Adapun data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa ekonomi AS masih cukup tangguh, meskipun tekanan harga yang terus berlanjut memberikan beban pada pasar saham. Pernyataan pejabat Federal Reserve mendorong imbal hasil obligasi ke level yang lebih tinggi, mempertegas ekspektasi bahwa inflasi masih menjadi isu utama.

Imbal hasil obligasi 10-tahun mencatatkan kenaikan ke level tertinggi 14 bulan di 4,805 persen sebelum menetap di 4,79 persen, naik 1,6 basis poin. Pasar saat ini memperkirakan pemotongan suku bunga sebesar 27 basis poin oleh Fed pada tahun ini, dengan peluang 52,9 persen untuk pemotongan pertama pada bulan Juni.

Menurut Tim Ghriskey, Senior Portfolio Strategist di Ingalls & Snyder, “Ada kekhawatiran bahwa inflasi akan meningkat lebih tinggi. Ini membuat investor bersikap hati-hati, meskipun saya tidak sepenuhnya yakin bahwa inflasi akan melonjak lagi.” Ia menambahkan bahwa imbal hasil yang lebih tinggi secara umum memberikan tekanan negatif bagi pasar obligasi dan saham.

Investor akan mengawasi rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) dan Beige Book dari Federal Reserve pada hari Rabu, 15 Januari 2025. Data ini diperkirakan akan memberikan wawasan tambahan terkait prospek kebijakan moneter Fed.

Sektor kesehatan menjadi salah satu penggerak utama di S&P 500 dengan kenaikan 1,27 persen. Saham CVS Health dan Humana masing-masing melonjak sekitar 7 persen. Sebaliknya, sektor utilitas dan teknologi memimpin penurunan. Saham Edison International terjun bebas hingga 11,89 persen setelah laporan Bloomberg News menyebutkan bahwa perusahaan tersebut digugat atas dugaan peran perangkatnya dalam memicu kebakaran hutan di California Selatan.

Di sisi lain, sektor energi menjadi pemenang terbesar hari itu, mencatat kenaikan 2,25 persen. Harga minyak mentah terus naik di tengah ekspektasi bahwa sanksi AS terhadap minyak Rusia akan memaksa India dan China mencari pemasok alternatif.

Penguatan Dow didukung oleh kenaikan saham UnitedHealth Group sebesar 3,93 persen. Saham ini terdongkrak oleh usulan tarif penggantian Medicare Advantage yang diajukan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden, yang diperkirakan akan meningkatkan pembayaran sebesar 2,2 persen mulai 2026.

Saham Moderna merosot tajam sebesar 16,8 persen, menjadi penurun terbesar di S&P 500. Perusahaan ini memangkas perkiraan penjualan tahun 2025 sebesar USD1 miliar, yang memicu kekhawatiran investor.

Ekspektasi Kebijakan The Fed

Saat ini, para trader memperkirakan Fed baru akan menurunkan suku bunga pada Juni. Sebelumnya, mereka berharap pemotongan pertama akan terjadi pada Mei, dengan peluang sekitar 50 persen untuk pemotongan kedua sebelum akhir tahun. J.P. Morgan dan Goldman Sachs juga menunda perkiraan pemotongan suku bunga menjadi Juni, dari yang sebelumnya diproyeksikan pada Maret.

Kekhawatiran akan kebangkitan inflasi bahkan meningkatkan kemungkinan Fed justru menaikkan suku bunga dalam langkah berikutnya, skenario yang sebelumnya dianggap tidak mungkin beberapa bulan lalu. Saat ini, suku bunga Fed berada di kisaran 4,25-4,5 persen.

"Kasus dasar kami adalah Fed akan mempertahankan suku bunga untuk waktu yang lama. Namun, kami melihat risiko pergerakan berikutnya lebih condong pada kenaikan," tulis analis BofA Securities dalam sebuah catatan pada Jumat, 10 Januari 2025.

Imbal Hasil Obligasi dan Dampaknya

Imbal hasil Treasury AS bertenor panjang, yang bergerak berlawanan dengan harga, melonjak ke level tertinggi sejak November 2023. Obligasi 10-tahun mencapai 4,79 persen, naik 20 basis poin sejak awal tahun, di tengah aksi jual obligasi global yang juga memukul obligasi pemerintah Inggris, dengan imbal hasil obligasi 30-tahun mencapai level tertinggi sejak 1998.

Banyak pelaku pasar obligasi khawatir bahwa pelemahan lebih lanjut akan terjadi, terutama karena kebijakan fiskal dan perdagangan di bawah pemerintahan Donald Trump yang baru dapat mendorong penerbitan obligasi Treasury lebih banyak dan meningkatkan inflasi. Sebuah survei klien BMO Capital Markets sebelum laporan pekerjaan menunjukkan 69 persen responden memperkirakan imbal hasil 10-tahun akan mencapai 5 persen pada suatu titik tahun ini. (*)