Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Data Ketenagakerjaan AS Membaik, Suku Bunga Terancam Tetap Tinggi

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 11 January 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Data Ketenagakerjaan AS Membaik, Suku Bunga Terancam Tetap Tinggi

KABARBURSA.COM - Pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan taji. Di bulan terakhir masa jabatan Presiden Joe Biden, tercatat ada penambahan 256.000 lapangan kerja baru—angka yang jauh melampaui ekspektasi ekonom yang hanya mematok angka 160.000. Angka pengangguran pun turun tipis dari 4,2 persen menjadi 4,1 persen.

Dilansir dari Reuters di Jakarta, Sabtu 11 Januari 2025, sebuah survei dari University of Michigan mengungkapkan konsumen AS memperkirakan inflasi setahun ke depan akan naik menjadi 3,3 persen—lonjakan yang cukup mengkhawatirkan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Hal ini menjadi pukulan telak bagi harapan dunia soal pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve (The Fed).

Di sisi lain, ketidakpastian kebijakan ekonomi Presiden terpilih Donald Trump—yang siap dilantik 20 Januari mendatang—makin memusingkan bank sentral. Trump telah berjanji akan memberlakukan tarif impor yang lebih luas, memangkas pajak, dan membatasi imigrasi. Banyak analis yang mulai memprediksi pertumbuhan ekonomi lebih cepat dan inflasi yang merangkak naik.

Namun, penguatan pasar kerja ini justru menjadi dilema baru bagi The Fed. Sebab, kondisi ini bisa mengindikasikan tekanan inflasi yang belum sepenuhnya terkendali. Situasi tersebut berpotensi menciptakan ketegangan dengan Trump yang sejak awal sudah mengkritik bahwa suku bunga terlalu tinggi.

Wakil Ketua Evercore ISI, Krishna Guha, menulis mencatat data ini bisa membuat The Fed makin resah. “Ada kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja kembali memanas setelah pemilu yang berpotensi mengetatkan kondisi pasar tenaga kerja,” ujarnya.

Guha memperingatkan, jika tren positif ini terus berlanjut, The Fed kemungkinan akan menunda pemangkasan suku bunga hingga setidaknya Juni 2025 atau bahkan lebih lama lagi. Hal ini sejalan dengan ekspektasi pasar keuangan yang kini memperkirakan hanya akan ada satu pemangkasan suku bunga pada pertengahan tahun ini.

Akibat laporan tersebut, pasar saham langsung melemah dan imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak. Di pasar saham, misalnya, Dow Jones anjlok 696,75 poin atau 1,63 persen ke level 41.938,45, sementara S&P 500 turun 1,54 persen ke 5.827,04. Indeks Nasdaq Composite ikut ambles 1,63 persen ke 19.161,63. Pelemahan ini membuat seluruh indeks utama AS mencatatkan kerugian sejak awal 2025.

Namun, di tengah kekhawatiran itu, Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, tetap optimistis. Ia menegaskan inflasi yang mulai mendingin masih memberi ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut. “Jika ekspektasi tetap sesuai, suku bunga kebijakan bisa jauh lebih rendah dalam 12 hingga 18 bulan ke depan,” katanya, dikutip dari Consumer News and Business Channel.

Gerak-gerik Pemangkasan Suku Bunga

[caption id="attachment_8737" align="alignnone" width="653"]Suku Bunga The Fed Gedung The Federal Reserve (Dok.The Fed)[/caption]

The Fed mulai memangkas suku bunga sejak September tahun lalu dengan menurunkan setengah poin persentase demi melindungi pasar tenaga kerja. Data saat itu menunjukkan tingkat pengangguran melonjak menjadi 4,3 persen pada Juli.

Namun, hingga Desember lalu, ketika bank sentral menurunkan suku bunga acuannya ke kisaran 4,25 hingga 4,50 persen, kekhawatiran tersebut mulai mereda karena data ekonomi menunjukkan penguatan. Bahkan, revisi terbaru data pasar tenaga kerja yang dirilis Jumat kemarin menunjukkan tingkat pengangguran tahun lalu tidak pernah melewati angka 4,2 persen.

Sejumlah pejabat The Fed mulai mengendus tanda-tanda pasar kerja yang kembali bergeliat. Presiden The Fed Richmond, Thomas Barkin, mengatakan, “Dengan optimisme bisnis yang begitu tinggi dan suplai tenaga kerja yang tampaknya tidak akan bertambah signifikan, pasar tenaga kerja saat ini kemungkinan besar lebih condong ke arah perekrutan daripada pemutusan hubungan kerja.”

Barkin mengacu pada survei chief financial officer yang diadakan oleh bank The Fed wilayahnya yang menunjukkan lonjakan optimisme pasca pemilu.

Tak hanya Barkin, pejabat bank sentral lainnya seperti Gubernur The Fed Michelle Bowman dan Presiden The Fed St. Louis Alberto Musalem juga menyatakan hari-hari pemangkasan suku bunga mungkin sudah mendekati akhir, jika belum benar-benar selesai.

Namun, keputusan akhir akan sangat bergantung pada data inflasi mendatang, termasuk laporan inflasi konsumen untuk Desember yang dijadwalkan rilis pekan depan. Beberapa pejabat menyebut, tren perlambatan inflasi sudah cukup kentara.

Menurut Goolsbee, satu-satunya alasan inflasi belakangan terlihat susah melambat adalah karena lonjakan signifikan pada awal 2024. The Fed pun hampir dipastikan tidak akan mengutak-atik suku bunga jangka pendek dalam pertemuan kebijakan mereka pada 28-29 Januari mendatang.(*)