Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Emas Spot dan Berjangka Naik Signifikan: Sentimen Positif BRMS dan ANTM

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 09 January 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Harga Emas Spot dan Berjangka Naik Signifikan: Sentimen Positif BRMS dan ANTM

KABARBURSA.COM - Harga emas mencatatkan kenaikan signifikan pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat, 8 Januari 2025, atau Kamis, 9 Januari 2025. Emas dijual dengan harga yang mencapai level tertinggi dalam hampir empat minggu terakhir.

Laporan tenaga kerja swasta Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah dari perkiraan, menjadi pemicu utama optimisme pasar terhadap kemungkinan kebijakan yang lebih hati-hati dari Federal Reserve (The Fed), terkait kenaikan suku bunga pada tahun ini.

Harga emas spot naik sebesar 0,4 persen dan ditutup di level USD2.659,16 per ons, sementara kontrak berjangka emas AS juga meningkat ke posisi USD2.676,9 per ons. Ini merupakan capaian tertinggi sejak pertengahan Desember 2024.

Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, menekankan laporan tenaga kerja yang mengecewakan menimbulkan persepsi bahwa ekonomi AS mungkin tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Data dari laporan ADP National Employment menunjukkan hanya ada penambahan 122 ribu pekerjaan sektor swasta pada Desember, jauh di bawah ekspektasi para ekonom yang memprediksi peningkatan sebesar 140 ribu pekerjaan.

Di sisi lain, klaim pengangguran mingguan yang dirilis Departemen Tenaga Kerja menunjukkan angka yang lebih baik dari perkiraan, yakni hanya 201 ribu klaim, dibandingkan estimasi 218 ribu klaim. Meski angka tersebut memberikan sedikit optimisme, fokus utama pasar kini tertuju pada laporan ketenagakerjaan nonfarm payrolls yang dijadwalkan rilis pada Jumat, 10 Januari 2025.

Jika laporan tersebut menunjukkan pertumbuhan pekerjaan yang lebih besar dari perkiraan, harga emas bisa mengalami tekanan balik.

Perhatian investor juga terpusat pada risalah rapat The Fed Desember lalu. Meski dianggap sebagai referensi penting dalam mengantisipasi kebijakan bank sentral, risalah ini dinilai memiliki dampak yang relatif kecil terhadap pasar emas.

Ketidakpastian terkait kebijakan pemerintahan baru dan indikasi sebelumnya bahwa The Fed telah memasuki fase pelonggaran yang lebih moderat, membuat banyak analis percaya bahwa arah kebijakan sudah cukup terprediksi.

Namun, ketegangan baru mulai muncul setelah pemerintah Trump mengusulkan tarif impor tambahan yang bisa memicu inflasi di dalam negeri. Langkah tersebut, jika diimplementasikan, dapat membatasi ruang gerak The Fed dalam menurunkan suku bunga lebih lanjut. Dalam skenario ini, emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dapat kembali diuntungkan.

Gubernur The Fed Christopher Waller, meski optimistis bahwa inflasi akan terus menurun sepanjang 2025, tetap berhati-hati mengenai kecepatan pelonggaran suku bunga di masa mendatang. Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendorong daya tarik emas, tetapi emas juga menghadapi tekanan ketika tingkat bunga yang tinggi membuatnya kurang kompetitif dibandingkan aset lain yang memberikan imbal hasil.

Selain emas, harga perak spot turut mengalami kenaikan 0,7 persen menjadi USD30,20 per ons, didorong oleh prospek permintaan logam industri yang meningkat. Namun, komoditas logam lainnya bergerak di zona merah. Platinum turun sebesar 0,2 persen ke USD948,58 per ons, sementara paladium melemah tajam sebesar 0,9 persen ke level USD917,65 per ons.

Kenaikan emas ini menggambarkan ketidakpastian pasar dalam membaca data ekonomi dan potensi kebijakan moneter di masa depan. Sementara investor terus mencermati perkembangan ini, posisi emas sebagai aset aman tetap solid di tengah ketegangan inflasi dan kemungkinan kebijakan fiskal kontroversial dari pemerintah baru AS.

Pergerakan Saham BMRS dan ANTM

Saham BMRS sepanjang perdagangan pasar Rabu, 8 Januari 2025, mengalami fluktuasi.

Saham ini dibuka di level Rp432,00, yang juga menjadi level tertinggi pada sesi tersebut, sebelum sempat mengalami tekanan hingga menyentuh titik terendah di Rp398,00. Meskipun fluktuasi cukup signifikan, valuasi pasar perusahaan tetap berada pada angka impresif sebesar Rp56,71 triliun.

Salah satu indikator penting yang mencerminkan kinerja perusahaan adalah rasio harga terhadap laba (P/E ratio), yang tercatat berada di angka 176,53. Rasio ini jauh lebih tinggi dari rata-rata industri dan mengindikasikan bahwa investor memiliki ekspektasi pertumbuhan yang sangat tinggi terhadap perusahaan. Namun, rasio P/E yang tinggi juga bisa menandakan potensi risiko jika kinerja perusahaan tidak memenuhi harapan pasar.

Selain itu, volatilitas harga saham yang signifikan dalam rentang sesi ini mencerminkan dinamika pasar yang sensitif terhadap berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Hal ini dapat mencerminkan perubahan sentimen investor yang didorong oleh berita perusahaan, kondisi ekonomi makro, atau faktor global lainnya yang memengaruhi sektor industri terkait.

Hal yang sama terjadi pada pergerakan saham ANTM kemarin. Saham ini menunjukkan pergerakan yang stabil namun dinamis.

Dibuka di level Rp1.445,00, harga saham berhasil mencapai level tertinggi di Rp1.465,00 sebelum akhirnya menyentuh titik terendah di Rp1.425,00. Rentang pergerakan ini menunjukkan adanya fluktuasi moderat, yang mungkin mencerminkan respons investor terhadap faktor fundamental maupun sentimen pasar secara umum.

Kapitalisasi pasar saham ini mencapai Rp34,36 triliun, menempatkannya sebagai salah satu pemain yang cukup signifikan dalam sektornya. Dengan rasio harga terhadap laba (P/E ratio) di angka 14,14, saham ini memberikan gambaran valuasi yang lebih seimbang dibandingkan dengan rata-rata pasar, mengindikasikan bahwa harganya mencerminkan tingkat laba yang wajar tanpa terlalu banyak spekulasi. Angka ini juga menunjukkan bahwa investor mungkin memiliki kepercayaan terhadap fundamental perusahaan, sembari tetap realistis terhadap prospek pertumbuhannya.

Daya tarik lain dari saham ini adalah imbal hasil dividen (dividend yield) yang tercatat sebesar 8,96 persen. Tingkat dividen yang cukup tinggi ini menjadi salah satu faktor kunci yang menarik bagi para investor yang mengutamakan pendapatan pasif melalui investasi mereka. Dalam lingkungan suku bunga yang fluktuatif, dividen yang besar dari saham ini dapat menjadi penyeimbang, memberikan stabilitas pendapatan bagi pemegang saham.(*)