KABARBURSA.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan adanya inflasi signifikan pada beberapa sektor ekonomi Indonesia pada Desember 2024. Salah satu yang menarik adalah sektor pertanian yang mencatatkan inflasi cukup tinggi pada bulan tersebut.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menjelaskan, bahwa pada bulan Desember 2024, inflasi Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) secara bulanan (month-to-month/mtm) tercatat sebesar 0,39 persen. Secara tahunan (year-on-year/yoy) dan tahun kalender (year-to-date/ytd), inflasi IHPB mencapai 1,98 persen.
“Jika dilihat secara mtm, seluruh sektor mengalami inflasi IHPB, dan sektor yang mengalami inflasi tertinggi adalah pertanian, yaitu sebesar 1,36 persen,” kata Pudji dalam konferensi pers, di kantornya, Kamis, 2 Januari 2025.
Namun, sektor pertanian tidak menjadi sektor yang paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor industri dan pertambangan dalam hal inflasi secara tahunan. Secara tahunan (yoy), sektor pertanian masih konsisten dengan angka inflasi 1,35 persen, memberikan andil sebesar 0,25 persen.
Di sisi lain, sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami inflasi sebesar 1,91 persen secara yoy, dengan andil hanya sebesar 0,02 persen.
“Sementara itu, sektor industri masih mencatatkan inflasi tertinggi, yakni sebesar 2,12 persen, dengan andil 1,71 persen,” tambah Pudji.
Harga Gabah Naik
Sebelumnya, BPS juga melaporkan bahwa harga gabah dan beras di tingkat petani, penggilingan, grosir, dan eceran menunjukkan pergerakan yang bervariasi pada Desember 2024.
Harga gabah kering panen tercatat meningkat sebesar 0,87 persen secara bulanan (mtm). Meski demikian, harga gabah kering turun sebesar -5,47 persen secara tahunan (yoy).
Begitu juga dengan harga gabah kering giling juga naik secara bulanan sebesar 0,71 persen (mtm), namun secara tahunan merosot sebesar 8,90 persen yoy.
“Kenaikan harga gabah kering panen dan gabah kering giling menjadi salah satu faktor yang memengaruhi dinamika harga pangan pada akhir tahun ini,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, di Jakarta, Kamis, 2 Januari 2025.
Sementara itu, harga beras di penggilingan pada Desember 2024 tercatat naik sebesar 0,89 persen mtm dan secara tahunan turun sebesar 3,63 persen yoy.
Pudji mengungkapkan, inflasi beras juga tercatat terjadi di tingkat grosir dan eceran. Pada tingkat grosir, inflasi beras tercatat sebesar 0,24 persen mtm dan 0,20 persen yoy, sementara di tingkat eceran inflasi tercatat lebih tinggi, yakni 0,25 persen mtm dan 2,58 persen yoy.
“Perlu dicatat bahwa harga beras yang kami sampaikan di sini mencakup rata-rata harga beras dengan berbagai kualitas yang ada di seluruh wilayah Indonesia,” tambah Pudji.
Luas Panen Menurun
Namun, di balik pergerakan harga yang signifikan secara bulanan, BPS mencatat adanya penurunan dalam luas panen padi di 2024. Puncak musim kemarau yang terjadi pada Juli hingga Agustus 2024 berdampak pada produksi tanaman pangan, termasuk padi.
Selain itu, terjadi pergeseran puncak panen dari bulan Maret 2023 ke April 2024. Pudji memprakirakan, penurunan luas panen pada sebesar 1,54 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
“Penurunan luas panen padi ini dipengaruhi oleh musim kemarau yang lebih panjang, serta perubahan pola curah hujan yang mempengaruhi hasil pertanian,” pungkas Pudji.
Tingkat Inflasi Desember 2024
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Desember 2024 mencapai 0,44 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Inflasi ini disebabkan oleh peningkatan permintaan barang dan jasa menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini mengatakan, kenaikan ini mendorong Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,33 pada November 2024 menjadi 106,80 di Desember 2024.
“Pada Desember 2024 terjadi inflasi sebesar 0,44 persen secara bulanan atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 106,33 pada November 2024 menjadi 106,80 pada Desember 2024,” ujar Pudji dalam konferensi pers secara hibrida di Kantor BPS, Jakarta, pada Kamis, 2 Januari 2025.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi pada Desember 2024 tercatat sebesar 1,57 persen. Pudji menjelaskan bahwa angka inflasi tahunan tersebut sejalan dengan inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) karena menggunakan pembanding yang sama, yakni Desember tahun sebelumnya.
“Secara tahun kalender atau year-to-date terjadi inflasi sebesar 1,57 persen. Pada Desember year-on-year atau year-to-date akan sama karena pembandingnya sama, yakni Desember tahun lalu,” tambahnya.
Pudji menekankan bahwa inflasi bulanan pada Desember 2024 lebih tinggi dibandingkan November 2024 serta Desember 2023. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.