Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Bitcoin 2025 Diprediksi Melejit Berkat Efek Trump ke Rp3,2 Miliar, Siapkah Kita?

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 01 January 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Bitcoin 2025 Diprediksi Melejit Berkat Efek Trump ke Rp3,2 Miliar, Siapkah Kita?

KABARBURSA.COM - Tahun 2024 Bitcoin mencatatkan kenaikan harga luar biasa. Setelah menembus level USD100.000 (sekitar Rp1,6 miliar) pada Desember, optimisme terus menguat. Banyak pelaku industri dan analis meyakini Bitcoin bisa mencapai rekor harga baru di tahun 2025. Di sisi lain, Donald Trump yang kembali memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat mengumbar janji kebijakan pro-kripto hingga menghembuskan angin segar ke pasar digital ini.

Kemenangan Trump membawa harapan akan lingkungan regulasi yang lebih ramah bagi aset digital. Selama kampanye, Trump menyatakan niatnya mengganti Ketua Securities and Exchange Commission (SEC), Gary Gensler, yang dikenal keras terhadap perusahaan kripto. Gensler dijadwalkan mundur dari jabatannya pada 2025. Tak hanya itu, Trump juga mengusulkan pembentukan cadangan strategis Bitcoin yang dibiayai dari dana hasil penyitaan aktivitas kriminal. Ide ini semakin memperkuat ekspektasi komunitas kripto terhadap dukungan kebijakan pemerintah Amerika Serikat di masa depan.

Persetujuan ETF Bitcoin berbasis spot oleh SEC pada 2024 menjadi tonggak penting yang memperluas akses investor arus utama ke cryptocurrency ini. Bersamaan dengan itu, peristiwa halving yang memangkas suplai Bitcoin ke pasar juga mendorong kenaikan harga. Kedua faktor ini membantu Bitcoin menghapus bayangan gelap skandal yang mendominasi tahun 2023, seperti kasus hukum terhadap Sam Bankman-Fried (FTX) dan Changpeng Zhao (Binance).

Sebagai hasil dari perkembangan ini, Bitcoin mencatat lonjakan harga yang luar biasa, lebih dari dua kali lipat sepanjang 2024. Banyak analis percaya tren ini masih jauh dari kata selesai. Mereka pun memprediksi harga di 2025 mencapai USD200.000 (sekitar Rp3,2 miliar dengan kurs Rp16.000).

Namun, di tengah lonjakan harga yang spektakuler dan proyeksi optimis untuk tahun depan, pertanyaan besar tetap menggantung: apakah Bitcoin benar-benar siap mempertahankan level USD100.000 (Rp1,6 miliar) sebagai pijakan stabil, atau justru ini adalah awal dari tantangan baru yang akan menguji kekuatan pasar?

Bitcoin dan Drama Level USD100.000

[caption id="attachment_109592" align="alignnone" width="1804"] Analisis Harga Bitcoin. Sumber: TradingView[/caption]

Kembali ke level support USD100.000 (Rp1,6 miliar) mungkin terasa seperti mimpi yang mulai memudar bagi Bitcoin. Harga yang terus bermain-main di bawah angka tersebut selama beberapa hari terakhir. Per hari ini saja, berdasarkan data Coinmarketcap pukul 18.52 WIB, primadona kripto ini berfluktuasi dari rentang harga tertinggi USD95.941 (Rp1,535 miliar) sebelum akhirnya longsor ke level USD93.297 (Rp1,492 miliar).

Menurut analis teknis dan on-chain di BeInCrypto, Aaryamann Shrivastava, harga Bitcoin yang malu-malu kucing ini mengisyaratkan keraguan pasar dalam jangka pendek. Meski begitu, jika dipandang dari kacamata yang lebih luas, tahun 2025 seperti menyimpan harapan besar untuk si raja kripto ini.

“Bitcoin tetap siap untuk meraih keuntungan signifikan di tahun 2025 dengan sentimen bullish yang perlahan menguat,” kata Shrivastava, dilansir dari BeInCrypto di Jakarta, Rabu 1 Januari 2025.

[caption id="attachment_109593" align="alignnone" width="1755"] Jurnalis yang juga analis di BeInCrypto, Aaryamann Shrivastava. Foto: Coincentral.[/caption]

Mari kita mulai dari biaya dasar agregat holder jangka pendek (STH), yang saat ini berada di sekitar USD86.800 (Rp1,388 miliar). Sementara harga Bitcoin saat ini bermain di level USD94.170 (Rp1,506 miliar), para holder ini biasanya dikenal mudah tergoda untuk menjual ketika fluktuasi harga terasa begitu intens. Tapi, kali ini situasinya berbeda. Dengan keuntungan yang belum direalisasi sebesar 7,9 persen, banyak di antara mereka memilih untuk tetap bertahan karena didorong oleh keyakinan bahwa harga Bitcoin akan terus naik.

Optimisme ini, meski berhati-hati, muncul dari meningkatnya kepercayaan pada prospek makro Bitcoin. Dukungan pasar terhadap sentimen bullish semakin kuat membuat STH tampaknya lebih siap menjaga posisi mereka. Dengan harga Bitcoin mendekati level resistance kritis, ekspektasi target harga yang lebih tinggi menahan godaan untuk keluar terlalu cepat.

Bahkan, Crypto Rover—analis kripto yang cukup ternama—menyebut dalam sebuah tweet bahwa “lonjakan Bitcoin dari level USD94.000 (Rp1,504 miliar) bisa menciptakan jutawan baru.” Pendapat ini tidak sepenuhnya berlebihan, mengingat harga USD94.000 telah menjadi zona pertahanan kuat selama enam minggu terakhir. Jika Bitcoin terus bertahan di atas level ini, bukan tidak mungkin kita akan melihat angka USD112.000 (Rp1,792 miliar) dalam waktu dekat.

Momen Parabola Menuju USD120.000

Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di level USD94.000-an. Target berikutnya? Berdasarkan analisis Shrivastava harganya akan menyentuh level USD120.000 (Rp1,92 miliar). Sebuah angka yang terdengar fantastis, namun bukan mustahil jika kita melihat grafik mingguan yang menunjukkan pola parabola. Momentum bullish ini memperlihatkan potensi yang sangat besar, sejalan dengan ekspektasi banyak pihak bahwa Bitcoin akan melampaui all-time high (ATH) sebelumnya di USD108.384 (Rp1,734 miliar).

Dalam kerangka waktu makro, Bitcoin tampaknya sedang membangun fondasi kokoh, khususnya antara kuartal kedua dan ketiga tahun 2024. Fondasi ini akan menjadi batu loncatan penting bagi Bitcoin untuk melaju lebih tinggi. Jika tren ini terus berlanjut, melampaui USD120.000 dalam beberapa bulan mendatang bukan sekadar angan-angan.

Namun, tidak ada perjalanan tanpa risiko. Jika para holder jangka pendek memutuskan untuk menjual kepemilikan mereka, Bitcoin bisa saja terperosok ke level support di USD89.586 (Rp1,433 miliar). Jika level ini gagal dipertahankan, skenario terburuk membawa Bitcoin ke angka USD72.569 (Rp1,161 miliar), yang berarti pembatalan narasi bullish yang saat ini mengemuka.

Tentu saja, kondisi pasar jangka pendek akan sangat menentukan arah Bitcoin. Namun, dengan dukungan sentimen bullish yang semakin kuat dan formasi parabola yang terlihat, Bitcoin masih memiliki peluang besar untuk kembali bersinar.

Di dunia kripto, harapan selalu berdampingan dengan risiko. Jadi, apakah ini waktunya membeli atau menunggu? Seperti biasa, pasar Bitcoin tidak pernah memberikan jawaban mudah. Tapi satu hal yang pasti, kisah Bitcoin menuju USD120.000 (Rp1,92 miliar) adalah drama yang layak untuk terus diikuti. Beragam pandangan analis pun bermunculan yang menawarkan optimisme sekaligus peringatan soal risiko yang membayangi.

CoinShares: Bitcoin di Rentang USD80.000 hingga USD150.000

Kepala Riset CoinShares, James Butterfill, menawarkan analisis yang sedikit lebih konservatif. Ia memproyeksikan harga Bitcoin di 2025 berada di rentang USD80.000 hingga USD150.000 (Rp1,28 miliar hingga Rp2,4 miliar). Namun, jika Trump gagal memenuhi janji-janji pro-kripto, target USD80.000 dianggap lebih realistis.

“Kekecewaan terhadap kebijakan kripto yang dijanjikan Trump dan keraguan atas implementasinya dapat memicu koreksi pasar signifikan,” ujar Butterfill, dikutip dari CNBC International.

[caption id="attachment_109594" align="alignnone" width="980"] Kepala Riset CoinShares, James Butterfill. Foto: Financial Investigator.[/caption]

Meski begitu, ia tetap optimis untuk jangka panjang. Menurutnya, tidak mustahil Bitcoin mencapai 25 persen pangsa pasar emas dari sekitar 10 persen saat ini. Jika itu terjadi, harga Bitcoin bisa mencapai USD250.000 (sekitar Rp4 miliar). Namun, skenario ini diperkirakan belum akan terwujud pada 2025.

Matrixport: Target Rp2,56 Miliar

Markus Thielen dari Matrixport—perusahaan layanan keuangan kripto di Singapura—mengajukan prediksi yang lebih bullish. Ia menyebut Bitcoin bisa mencapai USD160.000 (sekitar Rp2,56 miliar) pada 2025. Proyeksi ini didukung oleh tingginya permintaan terhadap ETF Bitcoin, tren makroekonomi yang positif, dan likuiditas global yang meluas.

“Basis investor yang semakin besar dan dukungan institusi yang kuat akan mengurangi risiko koreksi besar pada 2025,” kata Thielen.

[caption id="attachment_109595" align="alignnone" width="1200"] Head of Research and Strategy Matrixport, Markus Thielen. Foto: X @Matrixport_EN[/caption]

Meski volatilitas masih menjadi ciri khas Bitcoin, Thielen yakin penurunan di 2025 tidak akan sedalam tahun-tahun sebelumnya. Matrixport sendiri sebelumnya memproyeksikan Bitcoin mencapai USD125.000 (sekitar Rp2 miliar) pada 2024 dan membuka jalan menuju target lebih tinggi di tahun berikutnya.

Galaxy Digital: Bitcoin Tembus Rp2,96 Miliar

Alex Thorn, Kepala Riset Galaxy Digital—perusahaan keuangan yang berfokus pada aset digital di New York—melihat Bitcoin bisa melewati USD150.000 (sekitar Rp2,4 miliar) di paruh pertama 2025 dan mencapai USD185.000 (sekitar Rp2,96 miliar) di kuartal keempat.

Menurut Thorn, adopsi oleh institusi, perusahaan, dan bahkan negara-negara akan mendorong Bitcoin ke level baru. “Sepanjang keberadaannya, Bitcoin telah mengungguli semua kelas aset lainnya, termasuk S&P 500 dan emas. Tren ini akan berlanjut di 2025,” tulisnya dalam catatan risetnya.

[caption id="attachment_109596" align="alignnone" width="800"] Kepala Riset Galaxy Digital, Alex Thorn. Foto: Yahoo[/caption]

Thorn juga memprediksi total dana kelolaan untuk produk ETF Bitcoin di AS akan menembus USD250 miliar (sekitar Rp4.000 triliun). Selain itu, Galaxy Digital memproyeksikan lima perusahaan Nasdaq 100 dan lima negara akan menambahkan Bitcoin ke neraca keuangan atau dana kekayaan negaranya.

Standard Chartered: Target USD200.000

Geoffrey Kendrick, Kepala Riset Aset Digital di Standard Chartered—Bank internasional yang berbasis di London—memproyeksikan Bitcoin akan menggandakan harganya menjadi USD200.000 (sekitar Rp3,2 miliar) pada akhir 2025. Bank ini percaya arus investasi institusional ke Bitcoin akan terus berlanjutvdengan kecepatan yang setara atau bahkan lebih tinggi dari tahun 2024.

[caption id="attachment_109597" align="alignnone" width="1536"] Kepala Riset Aset Digital di Standard Chartered, Geoffrey Kendrick. Foto: CCN.[/caption]

MicroStrategy, yang dikenal sebagai proxy Bitcoin, pun sudah membeli 683.000 BTC melalui ETF berbasis spot di AS. Pembelian serupa diperkirakan akan terus mendominasi pasar tahun depan. Kendrick juga menyoroti potensi besar dari dana pensiun AS yang memiliki total aset sekitar USD40 triliun. Bahkan alokasi kecil dari dana ini ke Bitcoin bisa memberikan dorongan signifikan pada harga.

Carol Alexander: Bullish hingga USD200.000

Profesor Keuangan di University of Sussex, Carol Alexander, optimistis Bitcoin akan mencapai USD200.000 (sekitar Rp3,2 miliar) pada 2025. “Saya lebih optimis dari sebelumnya untuk 2025,” kata Alexander.

[caption id="attachment_109598" align="alignnone" width="800"] Profesor Keuangan di University of Sussex, Carol Alexander. Foto: CNBC International.[/caption]

Ia memproyeksikan pada musim panas—yang terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus)---Bitcoin akan berada di kisaran USD150.000 (sekitar Rp2,4 miliar) dengan fluktuasi sebesar USD50.000 (Rp800 juta) ke atas atau ke bawah. Namun, Alexander mencatat kurangnya regulasi di bursa kripto akan terus memicu volatilitas. Perdagangan dengan leverage tinggi akan membuat harga naik-turun secara drastis.

Bit Mining: Rentang USD180.000 hingga USD190.000

Youwei Yang, Kepala Ekonom Bit Mining—perusahaan teknologi blockchain di Hong Kong—memperkirakan Bitcoin akan mencapai harga USD180.000 hingga USD190.000 (sekitar Rp2,88 miliar hingga Rp3,04 miliar) pada 2025.

Namun, ia juga mengingatkan akan potensi koreksi harga. “Harga Bitcoin kemungkinan besar akan mengalami momentum naik yang signifikan, tetapi juga akan ada koreksi tajam pada momen tertentu,” ujarnya.

Yang menyoroti faktor-faktor seperti suku bunga yang lebih rendah, dukungan kebijakan dari Trump, dan adopsi institusi sebagai pendorong utama kenaikan harga. Tetapi, ia juga mewaspadai risiko dari ketegangan AS-China, gangguan pasar modal global, dan potensi keterlambatan penurunan suku bunga oleh The Fed.

Maple Finance: Terbang hingga USD200.000

Sid Powell, CEO Maple Finance—platform keuangan terdesentralisasi di Australia—memperkirakan Bitcoin akan mencapai USD180.000 hingga USD200.000 (sekitar Rp2,88 miliar hingga Rp3,2 miliar) pada akhir 2025. Powell hakulyalkin persetujuan ETF Bitcoin akan menjadi katalis utama yang mendorong lonjakan harga ini.

“Seperti yang kita lihat pada ETF emas, aliran dana di tahun pertama cenderung meningkat signifikan di tahun-tahun berikutnya,” kata Powell.

Menurutnya, Bitcoin akan menjadi aset inti dalam portofolio pengelola dana institusi. Powell juga melihat kemungkinan pembentukan cadangan strategis Bitcoin di AS sebagai faktor lain yang dapat mendorong harga. Namun, ia mengingatkan pasar kripto masih bersifat siklis. Koreksi harga tetap bisa terjadi, meskipun tren utama cenderung bullish.

2025: Tahun Bersejarah atau Tantangan Baru?

Dengan perkembangan positif dari persetujuan ETF hingga kebijakan pro-kripto Trump, Bitcoin menghadapi peluang besar untuk mencatatkan rekor baru. Namun, risiko tetap ada, terutama jika janji kebijakan tidak terealisasi. Apakah Bitcoin akan menjadi bintang bersinar di tahun 2025 atau justru menghadapi koreksi besar? Seperti biasa, jawabannya ada di pasar.

Analis keuangan dan investasi yang juga penulis “Strategi Mudah Trading dan Investasi Crypto Currency”, Ryan Filbert, melempar perspektif penting tentang bagaimana investor sebaiknya bersikap. “Banyak yang bertanya, ‘Apakah tidak akan ada koreksi?’ Saya rasa penting untuk fokus pada arah besar kripto ini, bukan hanya fluktuasi harga jangka pendek,” ujarnya.

[caption id="attachment_101277" align="alignnone" width="2560"] Ryan Filbert, influencer saham saat berbicara dalam Capital Market Forum Kabar Bursa. Kamis, 21 November 2024, di Auditorium Perpusnas, Jakarta/Kabar Bursa/abbas sandji.[/caption]

Menurut Ryan, kenaikan harga yang tajam selalu membawa risiko koreksi yang besar pula. Namun, optimistis Bitcoin adalah bagian dari masa depan desentralisasi ekonomi. “Jika diatur dengan baik, potensi kripto untuk menjadi aset masa depan sangat besar,” katanya.

Namun, Ryan menekankan pentingnya pemahaman sebagai dasar utama. Ia mengingatkan untuk tidak terjebak dalam godaan Fear of Missing Out (FOMO) saat berinvestasi di Bitcoin, serta memastikan pemahaman yang mendalam tentang inti dan potensi aset ini sebelum mengambil langkah. “Sebagai investor, kita harus ingat bahwa investasi adalah tentang membeli masa depan, bukan masa lalu,” katanya.(*)