Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

INDEF: Keuangan Syariah jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi RI 8 Persen

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 29 December 2024 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Redaksi
INDEF: Keuangan Syariah jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi RI 8 Persen

KABARBURSA.COM - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai, ekonomi syariah bakal jadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah tantangan besar dari perekonomian global.

INDEF memprakirakan, perekonomian global menghadapi tantangan besar dalam beberapa tahun ke depan dengan proyeksi pertumbuhan yang melambat, baik di negara maju maupun berkembang.

Center of Sharia Economic Development (CSED) INDEF, Abdul Hakam Naja mengatakan, kondisi perekonomian global akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Perekonomian ke depan tidak akan mudah. Tantangan global, seperti konflik Rusia-Ukraina, perang Israel di Gaza, dan kerentanan sektor keuangan, terus memengaruhi outlook ekonomi Indonesia," ujar Hakam dalam keterangannya, pada Sabtu 29 Desmeber 2024.

Namun, di tengah bayang-bayang resesi global ini, Hakam menyoroti celah emas dari pertumbuhan ekonomi syariah yang digadang-gadang mampu menggerakkan perekonomian nasional yang menurutnya saat ini masih jauh dari kata optimal.

“Ekonomi syariah bisa menjadi penggerak pertumbuhan yang ditargetkan mencapai 8 persen pada 2028,” jelasnya.

Berdasarkan laporan State of Global Islamic Economy Report (SGIER) 2023/2024, Indonesia menempati peringkat ketiga dalam pengembangan sektor ekonomi syariah. Posisi ini masih berada di bawah Malaysia yang kokoh di peringkat pertama selama 10 tahun berturut-turut, diikuti oleh Arab Saudi di peringkat kedua.

“Dari enam indikator SGIER seperti Islamic finance, halal food, dan modest fashion, skor Indonesia hanya sepertiga dari Malaysia,” jelas Hakam.

Kendati demikian, Hakam optimistis bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengejar ketertinggalan ini.

“Dengan populasi Muslim yang besar dan industri halal yang terus berkembang, Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan peringkatnya di masa depan,” pungkasnya.

Potensi Ekonomi Syariah

Seperti diberitakan sebelumnya, sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Eko SA Cahyanto menegaskan bahwa ekonomi syariah berpotensi mendominasi pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya melalui industri halal.

Eko mengungkapkan bahwa pada triwulan kedua 2024, pertumbuhan ekonomi nasional tercatat mencapai 5,05 persen, dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor industri pengolahan yang mencapai 0,79 persen.

“Industri halal, sebagai bagian dari sektor ini, menunjukkan performa yang positif. Pada triwulan pertama 2024, Halal Value Chain (HVC) tumbuh 1,94 persen year on year (yoy), dengan sektor makanan dan minuman halal serta modest fashion masing-masing tumbuh 5,87 persen dan 3,81 persen,” kata Eko di acara Pameran Halal Indonesia International Industry Expo (Halal Indo) di ICE BSD, Tangerang, akhir September 2024 lalu.

Menurut Eko, menurut State of the Global Islamic Economy Report (SGIER), potensi besar ekonomi syariah dan industri halal terlihat dari proyeksi konsumsi produk halal yang diperkirakan mencapai USD2,4 triliun pada tahun 2024,

Selain itu, populasi Muslim global diprediksi mencapai 2,2 miliar jiwa pada tahun 2030, yang merupakan 26,5 persen dari total populasi dunia, menurut Pew Research Center.

“Pertumbuhan populasi ini tentunya akan meningkatkan permintaan terhadap produk halal. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar kedua di dunia, Indonesia, dengan 241,7 juta jiwa, memiliki potensi pasar yang sangat besar untuk ekonomi syariah dan industri halal,” ujar Eko.

Dia juga mencatat bahwa posisi ekonomi syariah Indonesia di tingkat global terus meningkat. Dalam SGIER 2023-2024, Indonesia berhasil naik satu peringkat ke posisi ketiga dalam Global Islamic Economy Indicator.

Tiga dari lima indikator penilaian yang mendukung peringkat ini berkaitan dengan upaya Kementerian Perindustrian dalam industri halal, termasuk sektor makanan dan minuman halal, farmasi dan kosmetik halal, serta tekstil.

Kemenperin berkomitmen untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen halal terkemuka melalui program pemberdayaan industri halal. Langkah-langkah tersebut meliputi peningkatan kesadaran halal, penguatan struktur industri, perluasan akses pasar, fasilitasi sertifikasi produk halal, dan penyelenggaraan Indonesia Halal Industry Award (IHYA).

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menegaskan bahwa OJK terus mendorong pengembangan industri perbankan syariah guna memperkuat pertumbuhan ekonomi, khususnya di daerah.

Menurut Dian, kolaborasi strategis antara OJK, pemerintah daerah, Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS), serta industri perbankan syariah diharapkan menjadi fondasi kokoh bagi pertumbuhan sektor ini.

“Kemitraan ini penting dalam mendukung program ekonomi dan prioritas pembangunan daerah,” ujarnya di Jakarta, Jumat 25 Oktober 2024.

Dian mengungkapkan bahwa perbankan syariah telah menunjukkan kinerja solid dan resilien, meski menghadapi berbagai tekanan ekonomi, termasuk krisis global dan pandemi COVID-19. Hingga Agustus 2024, pangsa pasar perbankan syariah tumbuh menjadi 7,33 persen, dengan aset yang naik sebesar 10,37 persen, atau mencapai Rp902,39 triliun.

Untuk mendorong pengembangan sektor ini, OJK telah meluncurkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah Indonesia (RP3SI) 2023-2027. Roadmap ini menekankan pentingnya sinergi dalam ekosistem ekonomi syariah. “Ekspansi layanan perbankan syariah di seluruh transaksi keuangan syariah merupakan langkah kunci dalam pengembangan lebih lanjut,” tambahnya.

Tak hanya itu, pada 14 Oktober 2024, OJK juga meluncurkan Roadmap Penguatan Bank Pembangunan Daerah (BPD) 2024-2027, yang bertujuan untuk memperkuat sinergi antara BPD dan program-program pemerintah daerah. Dian menambahkan, roadmap ini akan memfasilitasi pembangunan yang lebih terarah, dengan memperkuat keterlibatan BPD dalam mendukung agenda daerah.

Dian berharap sinergi dalam ekosistem keuangan syariah akan membuka peluang pembiayaan baru, sekaligus memperluas akses keuangan. Sektor-sektor strategis seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, dan infrastruktur dinilai akan diuntungkan melalui pembiayaan syariah yang semakin solid. (*)