KABARBURSA.COM - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mempercepat pengembangan smart grid sebagai langkah strategis mendukung transisi energi serta pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) demi mencapai target Emisi Nol Bersih (Net Zero Emission/NZE).
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Hutajulu menjelaskan bahwa smart grid telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 berdasarkan Undang-Undang No. 59 Tahun 2024. Seperti dalam keterangannya di Jakarta, Minggu 29 Desember 2024.
"Pengembangan smart grid dirancang melalui empat tahapan, yaitu Penguatan Transformasi pada 2025-2029, Akselerasi Transformasi 2030-2034, Ekspansi Global di 2035-2039, hingga Perwujudan Indonesia Emas pada 2040-2045," ujar Jisman dalam acara Workshop on International Knowledge and Experience Sharing for Distribution Smart Grid and Operations.
Menurutnya, smart grid menjadi elemen kunci untuk mewujudkan pembangunan sektor energi yang berkelanjutan dan efisien. "Teknologi ini mengintegrasikan sistem kelistrikan dengan teknologi informasi dan komunikasi, yang tidak hanya meningkatkan efisiensi distribusi, tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional," jelasnya.
Di kesempatan yang sama, Koordinator Pengaturan Operasi Usaha Ketenagalistrikan, Wahid Pinto Nugroho, menegaskan bahwa pengembangan smart grid telah dimulai di wilayah Jawa-Bali sejak 2020. "Implementasi bertahap di wilayah lain di luar Jawa-Bali juga dilakukan untuk mendorong peningkatan porsi EBT," kata Wahid.
Sementara itu, Executive Vice President Perencanaan Strategis Distribusi PT PLN (Persero), Adams Yogasara, mengungkapkan bahwa pengembangan smart grid telah diintegrasikan ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. "Prinsip pengembangan ini adalah mengintegrasikan energi terbarukan ke dalam sistem kelistrikan sebagai bagian dari langkah menuju NZE pada 2060," ucap Adams.
Di tengah era transisi energi, kebutuhan akan listrik yang andal, efisien, dan ramah lingkungan kian mendesak. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong fleksibilitas dan adaptivitas sistem kelistrikan.
"Teknologi smart grid menjadi solusi utama dalam menjawab tantangan ini. Dengan kemampuan memantau, mengendalikan, dan mengoptimalkan operasi jaringan listrik secara real-time, smart grid tak hanya menjaga stabilitas sistem, tetapi juga memungkinkan integrasi energi terbarukan dalam skala besar," pungkas Jisman.
Pemerintah menyatakan akan fokus menggenjot investasi berkelanjutan atau investasi hijau guna mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen. Target ekonomi ini merupakan ambisi dari Presiden Terpilih Prabowo Subianto yang menginginkan Indonesia bisa keuar dari kutukan ekonomi lima persen.
Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, mengatakan investasi menjadi faktor kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. “Semua pihak harus menjalankan langkah-langkah berkelanjutan,” kata Rosan dalam forum CEO Kompas 100 di Istana Negara IKN, Kalimantan Timur, Jumat, 11 Oktober 2024.
Mantan Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran ini menambahkan, perusahaan global kini semakin selektif memilih lokasi investasi. Tak hanya infrastruktur yang memadai, mereka juga mencari komitmen negara terhadap keberlanjutan. Ia mencontohkan Sembcorp, perusahaan energi terbarukan asal Singapura, yang sangat tertarik dengan kawasan industri berbasis energi hijau di Indonesia.
Rosan mengatakan Sembcorp sudah mengembangkan 13 kawasan industri hijau di Vietnam dan akan meningkat menjadi 18 kawasan tahun ini. Pemerintah, kata Rosan, pun bertekad menarik investasi serupa ke Indonesia untuk mendukung pengembangan kawasan industri energi bersih.
“Apabila kita mau bicara manufaktur kendaraan listrik, mobil listrik, dan baterai kendaraan listrik. Mereka juga menuntut power-nya, tenaganya dari energi bersih,” tegas Rosan.
Selain itu, Rosan mengatakan Sembcorp juga tertarik memasuki sektor pusat data, asalkan basis energinya bersih. Rosan pun memastikan pemerintah akan terus mendorong pengembangan kawasan industri berbasis energi hijau di Indonesia.
Percepatan investasi berkelanjutan yang diusung oleh pemerintah tidak hanya sejalan dengan kebutuhan global akan energi bersih, tetapi juga menjadi landasan penting dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan mencapai delapan persen. Institute for Essential Services Reform (IESR), menilai bahwa pengembangan sektor energi hijau akan memainkan peran krusial dalam mendukung target delapan, terutama melalui transisi energi yang lebih cepat dan terarah.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, mengatakan percepatan transisi energi sangat penting untuk memenuhi komitmen Indonesia yang telah meratifikasi Persetujuan Paris demi membatasi kenaikan suhu bumi hingga 1,5 derajat Celcius. Menurut Fabby, potensi pertumbuhan ekonomi dari transisi energi dapat dicapai melalui tiga jalur utama.
“Pertama, dengan diversifikasi industri energi bersih, yang mencakup pengembangan industri energi terbarukan seperti sel surya, turbin angin, dan komponen mobil listrik. Kedua, pembangunan infrastruktur hijau yang menarik investasi, misalnya transmisi, jaringan pintar, dan penyimpanan energi. Ketiga, inisiatif ekowisata yang ramah lingkungan, seperti Bali Net Zero Emission 2045 yang dapat menambah daya tarik pariwisata Bali,” kata Fabby dalam Webinar Road to Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024, Kamis, 10 Oktober 2024.
Fabby juga mengajak pemerintah melakukan reformasi kebijakan guna membuka peluang investasi di sektor energi terbarukan. Menurutnya, reformasi pertama adalah penghapusan subsidi energi fosil dan penetapan harga karbon. Langkah ini penting untuk memastikan energi terbarukan bisa bersaing di pasar.
Reformasi kedua adalah pembiayaan infrastruktur melalui instrumen dana publik, seperti green bond dan blended finance. Ketiga, pentingnya membangun kemitraan internasional dengan negara-negara yang menguasai teknologi energi bersih untuk alih teknologi dan pendanaan proyek.(*)