KABARBURSA.COM - Dana ekuitas global mengalami rebound signifikan dalam seminggu hingga 25 Desember, setelah sebelumnya mencatat aksi jual bersih. Sentimen positif datang dari laporan inflasi Amerika Serikat yang lebih jinak dari ekspektasi dan kelegaan karena Washington berhasil menghindari potensi government shutdown. Kondisi ini memulihkan kepercayaan investor terhadap aset berisiko.
Dilansir dari Reuters yang mengutip data London Stock Exchange Group (LSEG), Junat, 27 Desember 2024, investor dunia menyuntikkan dana sebesar USD34,38 miliar (sekitar Rp550 triliun) ke dana ekuitas global, jumlah terbesar dalam enam minggu terakhir. Hal ini terjadi setelah net sales mencapai USD36,84 miliar (sekitar Rp590 triliun) pada minggu sebelumnya.
Laporan Departemen Perdagangan AS pekan lalu menunjukkan indeks harga PCE naik hanya 0,1 persen pada November 2024, lebih rendah dari perkiraan analis. Data ini memunculkan kembali harapan pemangkasan suku bunga Federal Reserve pada tahun depan.
Dana ekuitas AS menarik perhatian terbesar dengan aliran masuk mencapai USD20,56 miliar (sekitar Rp329 triliun), menandai arus masuk (inflow) ketujuh dalam delapan minggu terakhir. Dana ekuitas Eropa dan Asia juga mendapat aliran masuk yang signifikan, masing-masing sebesar USD5,11 miliar (sekitar Rp81,7 triliun) dan USD2,84 miliar (sekitar Rp45,4 triliun).
Namun, dana sektor global mengalami tekanan dengan arus keluar bersih (net outflows) selama tiga minggu berturut-turut mencapai USD2,48 miliar (sekitar Rp39,7 triliun). Sektor kesehatan, barang konsumsi diskresioner, dan logam serta pertambangan masing-masing mencatat penarikan sebesar USD810 juta (sekitar Rp12,9 triliun), USD639 juta (sekitar Rp10,2 triliun), dan USD480 juta (sekitar Rp7,7 triliun).
Di pasar obligasi, tren negatif berlanjut dengan net sales global mencapai USD1,47 miliar (sekitar Rp23,5 triliun) untuk minggu kedua berturut-turut. Obligasi hasil tinggi (high yield bond) mencatat net sales terbesar dalam delapan bulan terakhir, yakni sebesar USD2,99 miliar (sekitar Rp47,8 triliun). Sebaliknya, dana obligasi jangka pendek justru menarik aliran masuk hingga USD1,78 miliar (sekitar Rp28,5 triliun).
Dana pasar uang atau money market funds kembali menarik perhatian investor dengan aliran masuk bersih sebesar USD16,95 miliar (sekitar Rp271,2 triliun) setelah dua minggu aksi jual bersih.
Di sektor komoditas, dana emas dan logam mulia mencatat aliran masuk terbesar dalam sembilan minggu terakhir sebesar USD1,25 miliar (sekitar Rp20 triliun). Namun, dana energi justru mengalami net sales sebesar USD212 juta (sekitar Rp3,4 triliun).
Di pasar negara berkembang, tren negatif masih berlanjut. Data dari 29.565 dana menunjukkan ekuitas mencatat net sales sebesar USD1,75 miliar (sekitar Rp28 triliun) untuk minggu ketujuh berturut-turut, sementara obligasi mencatat outflows sebesar USD957 juta (sekitar Rp15,3 triliun).
Momentum positif di pasar global ini mencerminkan kembali optimisme investor meski tantangan ekonomi masih membayangi, terutama di pasar negara berkembang yang masih mencatat tren pelemahan.
Di penghujung 2024, pasar keuangan domestik mencatat fluktuasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari peningkatan premi risiko hingga aksi jual beli bersih oleh investor asing.
Data Bank Indonesia menunjukkan Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor 5 tahun menunjukkan peningkatan risiko pasar. Per 19 Desember 2024, premi CDS tercatat naik ke level 75,79 basis poin (bps), lebih tinggi dibandingkan posisi 71,81 bps pada 13 Desember.
Berdasarkan data transaksi periode 16-19 Desember 2024, nonresiden melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp8,81 triliun. Penjualan ini terdiri dari Rp3,67 triliun di pasar saham, Rp4,43 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan Rp0,71 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Meski demikian, sepanjang tahun 2024 hingga 19 Desember, aliran modal asing menunjukkan tren positif. Nonresiden mencatat beli bersih (net buy) sebesar Rp17,45 triliun di pasar saham, Rp37,81 triliun di pasar SBN, dan Rp171,97 triliun di SRBI.
Jika dilihat lebih spesifik pada semester kedua 2024, aksi beli bersih nonresiden semakin kuat, mencapai Rp17,10 triliun di pasar saham, Rp71,77 triliun di pasar SBN, dan Rp41,62 triliun di SRBI.
Sebelumnya, Bank Indonesia mencatatkan aliran modal asing keluar dari pasar keuangan Indonesia sebesar Rp5,13 triliun selama transaksi periode 2-5 Desember 2024.
Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menjelaskan bahwa selama periode tersebut, tercatat adanya transaksi jual neto oleh nonresiden di beberapa pasar keuangan.
Secara rinci, aliran modal keluar itu terdiri dari jual neto sebesar Rp1,37 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), Rp5 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta beli neto sebesar Rp1,24 triliun di pasar saham.
“Berdasarkan data transaksi 2-5 Desember 2024, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp5,13 triliun, yang berasal dari beli neto Rp1,24 triliun di pasar saham, jual neto Rp1,37 triliun di pasar SBN, dan jual neto Rp5 triliun di SRBI,” kata Denny, Jumat, 6 Desember 2024.(*)