KABARBURSA.COM - Garuda Indonesia Group, yang mengoperasikan layanan penerbangan penuh (full service) melalui Garuda Indonesia dan maskapai low-cost carrier (LCC) Citilink, berhasil mengangkut 77.552 penumpang selama periode puncak arus Natal dan Tahun Baru 2024/2025.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan menyatakan bahwa jumlah penumpang pada periode puncak liburan kali ini meningkat sekitar delapan persen. Angka ini menunjukkan pertumbuhan signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di mana jumlah penumpang hanya mencapai sekitar 71 ribu orang. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat 27 Desember 2024.
Ia merinci bahwa pada periode puncak liburan ini, Garuda Indonesia mengangkut 38.992 penumpang, sedangkan Citilink membawa 38.560 penumpang. Total ada 482 penerbangan yang dilaksanakan, termasuk 44 penerbangan tambahan (extra flight), untuk memenuhi permintaan tinggi selama musim liburan ini.
Terkhusus di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Garuda Indonesia Group melayani sekitar 30.261 penumpang, terdiri dari 17.728 penumpang Garuda Indonesia dan 12.533 penumpang Citilink.
Dari 18 hingga 23 Desember 2024, Garuda Indonesia Group tercatat telah mengangkut 435.621 penumpang. Angka tersebut terbagi antara 214.461 penumpang yang menggunakan Garuda Indonesia dan 221.160 penumpang yang memilih Citilink.
Pertumbuhan jumlah penumpang yang terus berkembang ini menjadi indikasi penting bagi Garuda Indonesia Group untuk semakin mempersiapkan layanan penerbangan yang tidak hanya aman dan nyaman, tetapi juga sesuai dengan kebutuhan para pengguna jasa di masa mendatang.
DPR RI besar berharap kepada Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) Wamildan Tsani Panjaitan, dapat meningkatkan kinerja maskapai nasional tersebut.
“Kita akan berkenalan terlebih dahulu karena direktur utamanya baru. Kita beri tepuk tangan, semoga dapat membawa Garuda ke arah yang lebih baik,” kata Ketua Komisi V DPR RI Lasarus dalam Rapat Kerja bersama Menteri Pekerjaan Umum (PU) dan Menteri Perhubungan (Menhub) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 4 Desember 2024.
Seperti diketahui, Menteri BUMN Erick Thohir melantik Wamildan Tsani Panjaitan menjadi Dirut Garuda Indonesia dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 15 November 2024.
Wamildan Tsani diangkat jadi Dirut Garuda Indonesia menggantikan Irfan Saputra.
Sebelumnya, Tsani menyatakan telah menyiapkan strategi untuk memulihkan dan mengembangkan kinerja Garuda Indonesia yang saat ini masih dalam proses pemulihan setelah melalui restrukturisasi utang yang disetujui dalam keputusan homologasi pada 27 Juni 2024.
Sebagai bagian dari restrukturisasi tersebut, Garuda menerima pendanaan sebesar Rp7,5 triliun, serta tambahan Rp725 miliar melalui penyertaan modal negara (PMN) dan dukungan dari Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA).
Dengan beban operasional yang lebih ringan, Tsani menilai langkah-langkah perbaikan kinerja dapat dilakukan lebih efektif.
Fokus utama Garuda Indonesia ke depan adalah meningkatkan efisiensi operasional, mengoptimalkan pendapatan, serta memperluas jaringan rute penerbangan.
Selain itu, Tsani juga menargetkan peningkatan kualitas layanan dengan penambahan armada pesawat.
Melalui langkah-langkah tersebut, Tsani optimistis Garuda Indonesia akan kembali menjadi maskapai yang kompetitif dan memberikan kontribusi besar bagi industri penerbangan nasional.
GIAA akan memberi diskon tiket sebesar 10 persen selama hari raya Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru), terhitung mulai 19 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025.
Penurunan harga tiket tersebut dinilai sebagai langkah positif yang diambil GIAA. Namun, akankah cara ini memberikan dampak bagi kinerja saham maskapai pelat merah itu?
Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata, meyakini jika kebijakan diskon yang diterapkan Garuda Indonesia diyakini bisa memberikan dampak positif terhadap masyarakat yang ingin pergi berlibur saat Natal dan Tahun Baru menggunakan pesawat terbang.
“Penurunan harga tiket akan disambut dengan baik oleh para wisatawan. Apalagi tingkat wisman (wisatawan mancanegara) dan domestik semakin tinggi dari bulan ke bulan,” kata Liza kepada Kabar Bursa, Selasa, 3 Desember 2024.
Kendati demikian, penurunan harga tiket tersebut belum bisa mendongkrak fundamental dari saham GIAA.
“Dari sisi laporan keuangan, saya rasa masih agak jauh karena selain revenue tentu ada faktor lain yang namanya utang, yang mana ini menjadi beban utama dari Garuda saat ini,” jelas dia.
Liza mengatakan, Garuda juga perlu memperhatikan efisiensi. Sebab, revenue yang tinggi dirasa agak sulit untuk membuat profit jika efesiensi Perseroan masih belum begitu bagus.
Pada akhirnya Liza menyimpulkan, penurunan harga tiket selama Nataru mendatang belum bisa memberikan dampak signifikan terhadap performa keuangan Garuda Indonesia.(*)