KABARBURSA.COM - Pasar semikonduktor tengah menghadapi masa yang penuh tantangan. Namun, ada secercah harapan dari permintaan smartphone berbasis kecerdasan buatan (AI) yang diprediksi bisa menjadi penyelamat industri ini.
CEO Advantes, Doug Lefever, mengatakan perlambatan investasi di pusat data oleh raksasa teknologi seperti Meta, Google, dan Microsoft bisa membawa dampak besar ke rantai pasok semikonduktor.
“Pusat data saat ini menjadi konsentrasi pasar. Kalau ada perlambatan, efeknya bakal terasa luas,” ujar Lefever dikutip dari Financial Times, Kamis, 26 Desember 2024.
Meskipun demikian, dia menegaskan siklus ini sifatnya sementara, meskipun bisa sangat kejam ketika terjadi.
Di sisi lain, Lefever optimistis dengan potensi pasar smartphone AI. Meskipun permintaannya saat ini masih lambat, ada peluang besar jika aplikasi unggulan untuk ponsel AI muncul dan memicu gelombang penggantian perangkat. “Kalau itu terjadi, pasar bakal jadi gila,” ujarnya.
Advantest—perusahaan penyedia mesin pengujian chip untuk Nvidia yang berbasis di Tokyo—menjadi salah satu pemain utama dalam memenuhi kebutuhan pengujian chip semikonduktor yang semakin canggih. Perusahaan ini kini menguasai lebih dari separuh pasar global untuk pengujian semikonduktor dengan permintaan yang melonjak seiring makin kompleks dan mahalnya teknologi chip.
Selama lima tahun terakhir, harga saham Advantest telah naik hingga 500 persen, meskipun sempat turun baru-baru ini akibat kekhawatiran perihal kebijakan presiden terpilih Donald Trump terhadap China.
Meskipun kehilangan posisinya sebagai pemimpin produksi chip sejak 1980-an, Jepang tetap menjadi kekuatan dalam rantai pasok semikonduktor global melalui perusahaan-perusahaan seperti Advantest.
Mesin pengujian chip mereka kini digunakan antara 10 hingga 20 kali untuk satu chip canggih, jauh meningkat dibanding lima tahun lalu yang hanya beberapa kali. Waktu pengujian pun kian panjang, dengan chip terbaru Nvidia membutuhkan waktu tiga hingga empat kali lebih lama dibanding generasi sebelumnya.
Kepercayaan ini membuat Advantest menaikkan target pendapatan bersih untuk tahun fiskal 2024 sebesar 16 persen menjadi ¥122 miliar (sekitar Rp12,8 triliun). Lefever yakin, meski siklus pasang-surut adalah hal yang tak terhindarkan, permintaan untuk teknologi yang lebih canggih akan terus menjadi pendorong utama pertumbuhan.
[caption id="attachment_72934" align="alignnone" width="1500"] Kantor PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)[/caption]
Transformasi digital terus menjadi perhatian utama dalam mendukung kebutuhan teknologi yang berkembang pesat, seperti kecerdasan buatan alias AI. Di Indonesia, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) tengah berfokus bagaimana pusat data dan infrastruktur digital memainkan peran penting dalam mendukung perkembangan AI.
Direktur Group Business Development Telkom, Honesti Basyir, menegaskan komitmen perusahaannya dalam mendorong transformasi digital berkelanjutan melalui acara seperti NeutraDC Summit 2024. NeutraDC merupakan perusahaan penyedia layanan pusat data di bawah naungan Telkom.
“NeutraDC Summit 2024 akan membahas peran penting pusat data dalam mendukung perkembangan AI yang semakin pesat,” ujarnya, Selasa, 20 Agustus 2024, lalu.
Hal ini selaras dengan upaya berbagai perusahaan besar yang berlomba-lomba memanfaatkan potensi AI untuk mempercepat proses bisnis sekaligus meraih peluang baru.
AI tidak hanya mengubah cara bekerja, tetapi juga membuka peluang baru di berbagai sektor. Menurut Honesti, infrastruktur digital menjadi pondasi utama untuk mewujudkan potensi tersebut.
Sementara itu, CEO NeutraDC, Andreuw, menjelaskan bahwa gelaran internasional NeutraDC Summit ini bertujuan untuk terus mendorong diskusi mengenai perkembangan teknologi dunia. “Tema tahun ini, ‘The Other Side of AI’, menyoroti tantangan dan peluang yang muncul dari penerapan AI di berbagai sektor. Di satu sisi, AI mendorong otomatisasi dan memperkuat pengambilan keputusan,” kata Andreuw.
Namun di sisi lain, kata dia, AI juga menghadirkan isu penting seperti etika, privasi, dan keberlanjutan. Andreuw ingin pihaknya memberikan perspektif yang lebih holistik tentang AI, yakni dengan mendorong peserta untuk tidak hanya melihat teknologi ini sebagai sesuatu yang canggih, tetapi juga sebagai entitas yang membutuhkan regulasi dan tanggung jawab sosial.
“NeutraDC berkomitmen untuk menjadi yang terdepan dalam menyediakan solusi pusat data yang scalable, aman, dan berkelanjutan,” kata Andreuw.
Di sisi lain, PT Metrodata Electronic Tbk (MTDL) memproyeksikan bisnis AI akan melesat pesat di masa depan. Presiden Direktur Metrodata Electronics, Susanto Djaja, mengatakan sejumlah perusahaan kini mulai mengintegrasikan AI ke dalam operasional bisnis mereka.
“Pertumbuhan bisnis AI ini akan semakin tinggi, terutama karena banyak perusahaan kini tengah mengadopsi solusi AI,” ujar Susanto kepada KabarBursa.com di Jakarta, Senin, 12 Agustus 2024.
Susanto mencermati perusahaan-perusahaan di Indonesia kini mulai menyadari pentingnya AI di era modern. Penerapan AI dapat mempercepat proses bisnis sekaligus membuka peluang baru bagi perusahaan yang memanfaatkannya.
“Jika mereka terus bekerja dengan metode konvensional, mereka akan tertinggal dari perusahaan yang sudah mengadopsi AI,” katanya.(*)