Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Rusia Serang Sistem Energi Ukraina di Hari Natal

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 26 December 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Rusia Serang Sistem Energi Ukraina di Hari Natal

KABARBURSA.COM - Hari Natal 2024 menjadi kelabu bagi Ukraina. Rusia meluncurkan serangan besar-besaran ke sistem energi negara itu, membuat lebih dari setengah juta orang kehilangan akses ke pemanas, air, dan listrik. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyebut serangan ini sebagai aksi yang sengaja dirancang, menyindir, “Apa yang lebih tidak manusiawi dari ini?” melalui unggahannya di X (sebelumnya Twitter), dilansir dari FT, Kamis, 26 Desember 2024.

Serangan ini menjadi yang ke-13 sepanjang tahun, dengan Rusia meluncurkan 70 rudal dan lebih dari 100 drone. Meski 50 rudal dan sebagian besar drone berhasil dicegat, dampaknya tetap meluas. Di Kharkiv, lebih dari 500 ribu orang terjebak dalam kegelapan tanpa pemanas di suhu yang mendekati titik beku. Wilayah Ivano-Frankivsk dan Dnipropetrovsk di barat dan selatan Ukraina juga ikut terdampak.

Presiden AS Joe Biden turut mengecam serangan ini dan berjanji terus mendukung Ukraina. “Rakyat Ukraina berhak hidup dalam damai,” tegasnya dalam pernyataan resmi, sembari menginstruksikan Departemen Pertahanan AS untuk mempercepat pengiriman senjata ke Ukraina.

Sementara itu, operator jaringan energi Ukraina, Ukrenergo, meminta warganya mengurangi konsumsi listrik, mengingat sistem energi mereka masih dalam tahap pemulihan dari serangan sebelumnya pada 13 Desember. Perusahaan energi terbesar Ukraina, DTEK, melaporkan kerusakan serius pada pembangkit listrik mereka, dengan salah satu pekerjanya turut menjadi korban jiwa.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Sybiha, menyindir Presiden Rusia Vladimir Putin yang sebelumnya disebut-sebut mempertimbangkan gencatan senjata Natal sebagai ilusi belaka. Tahun ini, untuk kedua kalinya Ukraina merayakan Natal pada 25 Desember sesuai kalender Gregorian, sebagai langkah simbolis untuk menjauh dari pengaruh Rusia yang masih menggunakan kalender Ortodoks pada 7 Januari.

Pabrik Rudal Rusia di Korut

Di tengah serangan besar-besaran Rusia yang menghantam infrastruktur energi Ukraina, jejak konflik ini ternyata merambat jauh melintasi perbatasan. Dalam perkembangan terbaru, Korea Utara dilaporkan memperkuat keterlibatannya dengan memperluas fasilitas senjata yang diduga memasok rudal untuk digunakan dalam perang tersebut.

Peneliti dari sebuah lembaga think tank di Amerika Serikat (AS) menyimpulkan Korea Utara (Korut) sedang memperluas kompleks pabrik senjata utama yang merakit jenis rudal jarak pendek yang dipakai Rusia di perang Ukraina. Kesimpulan ini didapat dari analisis citra satelit.

Dilansir dari Reuters, fasilitas bernama Pabrik 11 Februari ini adalah bagian dari Kompleks Mesin Ryongsong di Hamhung, kota terbesar kedua di Korut yang terletak di pantai timur. Peneliti di James Martin Center for Nonproliferation Studies (CNS), Sam Lair, mengatakan fasilitas ini satu-satunya yang diketahui memproduksi rudal balistik berbahan bakar padat kelas Hwasong-11.

Pejabat Ukraina menyebut senjata ini—yang dikenal sebagai KN-23 di Barat—telah digunakan pasukan Rusia dalam serangan ke Ukraina. Perluasan kompleks ini sebelumnya tidak pernah dilaporkan. Baik Moskow maupun Pyongyang menyangkal adanya transfer senjata dari Korut untuk digunakan Rusia melawan Ukraina. Rusia dan Korut menandatangani perjanjian pertahanan bersama dalam sebuah pertemuan pada Juni lalu dan berjanji meningkatkan hubungan militer.

Sementara itu, misi Korut untuk PBB juga tidak memberikan komentar perihal laporan ini.

Perluasan Fasilitas: Bukti Baru dari Citra Satelit

[caption id="attachment_102079" align="alignnone" width="1200"] Gambar satelit menunjukkan bangunan perakitan rudal yang dicurigai sedang dibangun (tengah bawah foto) di "Pabrik 11 Februari" dekat Hamhung, Korea Utara dalam gambar selebaran ini yang diperoleh oleh Reuters pada 20 November 2024. Foto: Planet Labs PBC/Handout[/caption]

Citra satelit yang diambil awal Oktober oleh perusahaan komersial Planet Labs menunjukkan adanya bangunan perakitan tambahan yang sedang dibangun, serta fasilitas hunian baru yang kemungkinan diperuntukkan bagi pekerja. Analisis CNS menyebut Korut juga memperbaiki akses ke beberapa fasilitas bawah tanah di kompleks tersebut.

Sebuah derek jembatan yang tidak terpakai di depan pintu masuk terowongan telah dipindahkan yang menurut Lair menandakan adanya penekanan baru pada area tersebut.

“Kami melihat ini sebagai indikasi bahwa mereka berusaha meningkatkan kapasitas pabrik secara signifikan,” ujar Lair.

Bangunan perakitan baru ini diperkirakan berukuran 60-70 persen dari bangunan sebelumnya yang digunakan untuk merakit rudal.

Pada 2023, media negara Korut merilis foto-foto yang menunjukkan Kim Jong Un mengunjungi bangunan baru di kompleks tersebut, di mana pekerja terlihat merakit bagian ekor dan hidung rudal yang diduga KN-23. Video yang dirilis sebelumnya oleh media Korut menunjukkan kompleks ini juga memproduksi berbagai barang lain, mulai dari roda tank hingga selubung motor roket.

Rudal KN-23: Ancaman Baru Pertahanan Udara

KN-23 pertama kali diuji pada Mei 2019 dan dirancang untuk menghindari pertahanan rudal dengan jalur terbang rendah atau “depressed trajectory.” Desain ini membuatnya berguna bagi Rusia untuk menembus pertahanan udara Ukraina. Rusia telah menembakkan ribuan rudal sejak invasi dimulai. Lair mengatakan ketergantungan pada Korut untuk pasokan tambahan dapat meringankan beban pada fasilitas produksi Rusia.

Kantor berita Korut KCNA melaporkan bahwa pembangunan sedang berlangsung di Kompleks Mesin Ryongsong. KCNA menyebut fasilitas tersebut “sedang menjalankan proyek untuk mencapai target modernisasi tahun ini,” termasuk membangun kembali fasilitas produksi dan memasang peralatan di bengkel mesin dan pengecoran baja.

Peneliti di SI Analytics, sebuah perusahaan pencitraan satelit Korea Selatan yang menggunakan teknologi AI, juga mengonfirmasi pembangunan baru di Pabrik 11 Februari. Dalam laporan yang dirilis Senin, SI Analytics menyebut beberapa konstruksi dekat area pemuatan kemungkinan dirancang untuk menyembunyikan operasi pabrik di masa depan dari satelit.

“Berdasarkan banyaknya material konstruksi, kendaraan, dan gerbong kargo yang terlihat di lokasi, pembangunan ini tampaknya berjalan cepat,” tulis laporan tersebut.(*)