Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Pasar Kripto Melemah tapi Bitcoin Semringah, Sentuh Harga ini

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 26 December 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Pasar Kripto Melemah tapi Bitcoin Semringah, Sentuh Harga ini

KABARBURSA.COM - Pasar kripto global mengalami pelemahan dalam 24 jam terakhir, dengan kapitalisasi pasar turun tipis sebesar 0,11 persen menjadi USD3,44 triliun. Namun, di tengah suasana liburan yang tenang, Bitcoin (BTC) berhasil mencatatkan penguatan, memperlihatkan tren yang tetap positif.

Berdasarkan data Coinmarketcap pada Kamis, 26 Desember 2024, pukul 07.14 WIB, harga Bitcoin naik 0,29 persen dalam 24 jam terakhir. Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD99.117 per koin atau sekitar Rp1,6 miliar, dengan kurs Rp16.172 per dolar AS.

Kenaikan tidak hanya dialami Bitcoin, beberapa aset kripto utama lainnya juga bergerak di zona hijau. Ethereum (ETH) naik 0,15 persen, berada di level USD3.488 per koin, sementara Binance Coin (BNB) mencatatkan kenaikan 0,85 persen ke posisi USD701 per koin. Meski secara keseluruhan pasar terlihat stagnan, penguatan ini mencerminkan daya tahan beberapa aset utama di tengah tekanan pasar.

Momentum bullish pada Bitcoin mencuri perhatian banyak analis dan trader, termasuk Skew, seorang trader terkenal. Dalam pengamatannya di platform X, ia menggarisbawahi divergensi bullish yang ‘bersih’ pada indikator Relative Strength Index (RSI) pada grafik 4 jam. Selain itu, ia mencatat bahwa kegagalan pasar untuk menekan harga BTC/USD ke level yang lebih rendah menunjukkan adanya "lelang yang gagal". Artinya, ada kekuatan permintaan yang signifikan di pasar.

Skew juga menekankan bahwa tren kenaikan harga Bitcoin saat ini konsisten dengan pola pergerakan sebelumnya yang membawa harga dari level USD68 ribu menuju USD108 ribu. Meski optimis, ia tetap memperingatkan pentingnya memantau metrik lain untuk memastikan keberlanjutan tren ini.

Namun, tidak semua indikator menguatkan sentimen bullish tersebut. Aliran keluar dari dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin berbasis AS menunjukkan tekanan likuiditas di tengah pasar. Dalam empat hari terakhir, rekor penarikan mencapai USD1,5 miliar, dengan USD338,4 juta terjadi pada Malam Natal, menurut laporan Farside Investors yang berbasis di Inggris. Fenomena ini mengisyaratkan adanya kehati-hatian investor meskipun harga aset utama menunjukkan penguatan.

Sementara itu, pengamat lain seperti Satoshi Stacker menghubungkan penguatan Bitcoin dengan penutupan pasar keuangan tradisional AS selama liburan. Dengan absennya tekanan jual yang biasanya terjadi di pasar saham dan obligasi, Bitcoin mendapat kesempatan untuk bernapas dan mempertahankan momentumnya.

"Pasar tradisional AS tutup hari ini, jadi Bitcoin mendapat jeda dari tekanan jual baru-baru ini," ujarnya.

Meskipun sentimen pasar bercampur, optimisme tetap membayangi ruang kripto. Harga Bitcoin yang mendekati tonggak psikologis USD100.000 dan stabilitas Ethereum serta Binance Coin menunjukkan ketahanan pasar di tengah fluktuasi musiman. Namun, perkembangan indikator makro, termasuk kebijakan ekonomi global, akan tetap menjadi faktor penentu bagi pergerakan pasar kripto dalam beberapa pekan mendatang.

Rusia Gunakan Bitcoin

Rusia kembali bikin gebrakan. Kali ini, negara itu resmi memanfaatkan Bitcoin dan mata uang kripto lainnya untuk perdagangan internasional. Langkah ini bukan sekadar gaya-gayaan atau ikut tren, tapi strategi menghadapi gempuran sanksi Barat yang selama ini bikin pusing kepala.

Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, dengan bangga mengumumkan langkah ini sambil memperkenalkan aturan baru yang memungkinkan transaksi lintas negara menggunakan kripto.

“Perdagangan dengan mitra utama kami seperti China dan Turki terganggu. Bank-bank lokal takut kena cekal dari regulator Barat,” ujar Siluanov saat wawancara dengan Russia24, dikutip Rabu, 25 Desember 2024.

Sanksi memang bikin repot. Tapi, alih-alih menyerah, Rusia memilih melawan dengan cara memanfaatkan Bitcoin.

Sebagai salah satu raja mining Bitcoin di dunia, Rusia kini memanfaatkan tambang digitalnya untuk menopang perdagangan internasional.

“Bitcoin yang ditambang di Rusia sudah mulai digunakan dalam transaksi perdagangan. Tahun depan, penggunaannya akan lebih luas lagi,” kata Siluanov.

Presiden Vladimir Putin, yang tak pernah ketinggalan urusan besar seperti ini, ikut angkat bicara. Ia dengan tegas mengkritik dolar AS yang, menurutnya, terlalu dipolitisasi.

“Mereka (AS) memaksa negara-negara lain mencari alternatif. Bitcoin adalah salah satunya,” ujarnya.

Putin juga menyebut keunggulan Bitcoin yang desentralisasi dan bisa diterima secara global sebagai daya tarik utama.

Namun, langkah Rusia ini penuh kontradiksi. Di satu sisi, mereka pro-kripto untuk perdagangan internasional. Di sisi lain, pemerintah baru-baru ini melarang penambangan Bitcoin di 10 wilayah hingga tahun 2031. Meski begitu, Rusia tetap memimpin dalam industri mining Bitcoin global.

Rusia memang sedang memainkan strategi dua arah. Dengan melegalkan penggunaan kripto untuk perdagangan internasional sambil mengatur dampak lokal dari aktivitas mining, negara ini berusaha menahan gempuran sanksi Barat yang diterapkan karena konflik di Ukraina.(*)