Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

MicroStrategy Siapkan Langkah Ambisius Kejar Rp672 Triliun Demi Bitcoin

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 24 December 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
MicroStrategy Siapkan Langkah Ambisius Kejar Rp672 Triliun Demi Bitcoin

KABARBURSA.COM - CEO MicroStrategy, sekaligus salah satu pendukung fanatik Bitcoin (BTC), Michael Saylor, baru-baru ini menyampaikan rencana perusahaannya untuk melangkah ke fase baru dalam strategi investasinya. Setelah merampungkan rencana ambisius yang disebut sebagai "rencana 21/21", perusahaan ini kini bersiap untuk masuk ke fase baru dengan mengandalkan apa yang disebut Saylor sebagai intelligent leverage atau leverage pintar.

Pada Oktober 2024, MicroStrategy meluncurkan rencana besar 21/21 untuk mengumpulkan USD42 miliar (sekitar Rp672 triliun) melalui penerbitan saham dan obligasi. Dana itu seluruhnya dialokasikan untuk membeli Bitcoin. Tidak tanggung-tanggung, hingga Desember 2024, perusahaan ini sudah berhasil mengakuisisi 444.262 BTC dengan nilai hampir USD42,5 miliar (sekitar Rp680 triliun).

“Kami tidak menyangka pasar akan merespons dengan begitu antusias. Kami bergerak jauh lebih cepat dari yang kami perkirakan,” kata Saylor dikutip dari CCN di Jakarta, Selasa, 24 Desember 2024.

Dengan harga rata-rata pembelian USD61.725 per BTC (sekitar Rp987 juta), investasi ini sekarang mencatatkan keuntungan 65,85 persen. Tapi Saylor menegaskan, perjalanan ini belum selesai.

Langkah berikutnya, menurut Saylor, adalah fokus pada instrumen keuangan berbasis pendapatan tetap, bukan hanya bergantung pada saham dan obligasi konversi. Saat ini, MicroStrategy memiliki obligasi konversi senilai USD7,2 miliar (sekitar Rp115,2 triliun), di mana USD4 miliar (sekitar Rp64 triliun) di antaranya lebih mirip ekuitas.

Lalu, apa itu leverage? Dalam dunia keuangan, leverage adalah strategi menggunakan dana pinjaman untuk meningkatkan potensi keuntungan. Dalam kasus MicroStrategy, mereka ingin mengelola leverage ini dengan lebih cerdas, yakni dengan memanfaatkan instrumen keuangan yang lebih stabil seperti obligasi pendapatan tetap untuk menjaga struktur keuangannya tetap sehat.

Saylor mengatakan keputusan final tentang arah leverage akan disesuaikan dengan kondisi pasar pada kuartal pertama 2025. “Kami akan fokus pada pasar pendapatan tetap, tapi semua tergantung situasi saat itu,” katanya.

Langkah MicroStrategy ini jelas mengundang banyak kritik. CEO CryptoQuant, Ki Young Ju, mengatakan strategi perusahaan ini hampir mustahil digoyahkan kecuali terjadi kiamat finansial. Sebaliknya, skeptis Bitcoin seperti Peter Schiff memperingatkan Bitcoin pada akhirnya akan runtuh dan membawa MicroStrategy ke jurang kebangkrutan.

Saylor tidak menampik adanya tantangan, tetapi ia tetap yakin bahwa strategi leverage pintar akan menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham. Ia juga mengisyaratkan kemungkinan diversifikasi aset di masa depan.

Dengan investasi besar di Bitcoin yang sejauh ini terbukti menguntungkan, MicroStrategy tampaknya percaya langkah ini adalah permainan jangka panjang. Namun, apakah strategi ini akan terus menjadi mesin pencetak keuntungan atau justru memperbesar risiko? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Dari 252 Ribu Bitcoin Menuju Strategi Rp672 Triliun

Setelah sukses mengakuisisi lebih dari 444 ribu Bitcoin hingga akhir 2024, seperti yang dilaporkan baru-baru ini, perjalanan MicroStrategy sebenarnya dimulai beberapa bulan sebelumnya. Pada Oktober 2024, perusahaan ini mengumumkan rencana ambisius yang menjadi fondasi strateginya saat ini, yakni rencana 21/21.

Strategi ini menargetkan pengumpulan modal segar sebesar USD42 miliar (sekitar Rp672 triliun) antara 2025 hingga 2027. Modal tersebut akan diperoleh dari dua sumber utama, yakni USD21 miliar (sekitar Rp336 triliun) dari penerbitan saham baru dan USD21 miliar dari obligasi pendapatan tetap.

[caption id="attachment_108532" align="alignnone" width="709"] Dengan 252.220 Bitcoin, MicroStrategy Inc. menjadi perusahaan publik terbesar dalam hal kepemilikan Bitcoin, melampaui Marathon Digital dan Tesla. Strategi agresif mereka terus mengukuhkan posisinya di puncak pasar aset digital. Sumber: Forbes[/caption]

“Kami fokus pada peningkatan nilai bagi pemegang saham melalui transformasi digital di dunia keuangan. Hari ini, kami mengumumkan target strategis untuk mengumpulkan USD42 miliar dalam tiga tahun ke depan,” ujar Presiden dan CEO MicroStrategy, Phong Le, dikutip dari Forbes.

Rencana ini mencakup pengumpulan modal secara bertahap:

  • 2025: USD10 miliar (sekitar Rp160 triliun), terdiri dari USD5 miliar saham dan USD5 miliar obligasi.
  • 2026: USD14 miliar (sekitar Rp224 triliun), terdiri dari USD7 miliar saham dan USD7 miliar obligasi.
  • 2027: USD18 miliar (sekitar Rp288 triliun), terdiri dari USD9 miliar saham dan USD9 miliar obligasi.

Ketua Eksekutif MicroStrategy, Michael Saylor, menjelaskan strategi ini menggabungkan pendekatan leverage, yaitu menggunakan pasar obligasi konversi dan pendapatan tetap untuk mendanai pembelian Bitcoin. Dalam praktiknya, leverage berarti menggunakan dana pinjaman untuk meningkatkan kapasitas investasi dengan harapan keuntungan yang diperoleh lebih besar dari biaya pinjaman.

Untuk menjaga efisiensi, MicroStrategy menggunakan metrik BTC Yield, yang mengukur jumlah Bitcoin yang dibeli terhadap saham baru yang diterbitkan. Antara 2025 dan 2027, mereka menargetkan 106-110 Bitcoin per 100 saham baru. Pada 2024, mereka bahkan melampaui target ini, mencapai hampir 118 Bitcoin per 100 saham.

Hasil Kuartal Ketiga 2024: Bitcoin dan Pengurangan Biaya Pinjaman

Per 30 September 2024, MicroStrategy memiliki 252.220 Bitcoin senilai USD16,007 miliar (sekitar Rp256 triliun), dengan harga rata-rata pembelian USD39.266 (sekitar Rp628 juta) per Bitcoin. Pada kuartal ketiga, perusahaan ini berhasil mengumpulkan USD2,1 miliar (sekitar Rp33,6 triliun) untuk menambah kepemilikan Bitcoin mereka:

  • USD1,1 miliar (sekitar Rp17,6 triliun) dari penjualan 8 juta saham biasa.
  • USD1 miliar (sekitar Rp16 triliun) melalui obligasi konversi senior, yang dapat diubah menjadi saham pada harga USD183,19 (sekitar Rp2,93 juta) per saham pada 2028.

Uang dari obligasi baru ini digunakan untuk melunasi utang lama senilai USD500 juta (sekitar Rp8 triliun) dengan bunga tinggi sebesar 6,125 persen. Langkah ini menurunkan total biaya bunga tahunan perusahaan sebesar USD24 juta (sekitar Rp384 miliar), sekaligus membebaskan 252.220 Bitcoin mereka dari jaminan utang.

Saat ini, MicroStrategy memiliki total utang sebesar USD4,3 miliar (sekitar Rp68,8 triliun) dengan rata-rata suku bunga rendah 0,811 persen. Dengan strategi pengurangan biaya pinjaman yang agresif, perusahaan ini tidak hanya memperkuat posisinya di pasar Bitcoin, tetapi juga menunjukkan bagaimana pengelolaan leverage yang cerdas dapat membuka peluang baru.(*)