Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

BI Laporkan Uang Beredar M2: Naik 7 Persen

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 23 December 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
BI Laporkan Uang Beredar M2: Naik 7 Persen

KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada November 2024 mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi.

Dalam siaran pers yang dirilis di Jakarta, Senin 23 Desember 2024, BI mencatat bahwa posisi M2 pada bulan November tercatat sebesar Rp9.175,8 triliun, dengan laju pertumbuhan tahunan (yoy) mencapai 7,0 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,8 persen (yoy).

Peningkatan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) yang mencatatkan kenaikan sebesar 9,1 persen (yoy), serta uang kuasi yang tumbuh sebesar 2,3 persen (yoy).

Pertumbuhan M2 pada bulan November 2024 juga dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus).

Penyaluran kredit pada November 2024 tercatat tumbuh 10,1 persen (yoy), yang relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara itu, tagihan bersih kepada Pempus mengalami pertumbuhan 1,1 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tercatat kontraksi sebesar 0,1 persen (yoy).

Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,0 persen (yoy), meskipun lebih rendah dibandingkan dengan angka pertumbuhan 1,6 persen (yoy) yang tercatat pada Oktober 2024.

Bank Indonesia (BI) melaporkan jumlah uang beredar atau likuiditas perekonomian dalam arti luas (M2) pada Oktober 2024 mencapai Rp9.078,6 triliun. Jumlah tersebut tumbuh sebesar 6,7 persen (year-on-year/yoy).

“Lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 7,2 persen yoy,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan tertulis, Jumat, 22 November 2024.

Perkembangan M2 tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,1 persen yoy dan uang kuasi sebesar 4,2 persen yoy.

Dalam laporan BI disebutkan komponen M1 dengan pangsa pasar 55,3 persen dari M2, pada Oktober 2024 sebesar Rp5.022,2 triliun atau tumbuh sebesar 7,1 persen atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 6,9 persen yoy.

Sementara perkembangan M1 disebabkan oleh perkembangan uang kuartal di luar bank umum, BPR dan tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu.

Sementara uang kartal yang beredar di masyarakat pada bulan lalu sebesar Rp970,1 triliun. Jumlah tersebut tumbuh sebesar 12,4 persen lebih tinggi dibandingkan periode September 2024 yang mencapai 10,6 persen yoy.

Tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu, dengan kontribusi sebesar 46,3 persen terhadap M1, mencapai Rp2.324,5 triliun pada Oktober 2024, tumbuh 6,0 persen secara tahunan (yoy). Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, giro rupiah tercatat sebesar Rp1.727,6 triliun dengan pertumbuhan 5,7 persen yoy, sedikit melambat dari pertumbuhan 6,1 persen yoy pada bulan sebelumnya.

Bank Indonesia juga melaporkan bahwa pada Oktober 2024, uang kuasi yang menyumbang 43,5 persen terhadap M2 tercatat sebesar Rp3.946,5 triliun, tumbuh 4,2 persen yoy, melambat dari pertumbuhan 5,3 persen yoy pada September 2024.

Dalam komponen uang kuasi, simpanan berjangka dan tabungan lainnya masing-masing tumbuh 4,6 persen yoy dan 4,9 persen yoy, sementara giro valas tumbuh sebesar 2 persen.

Faktor yang Memengaruhi

Ramdan mengatakan, perkembangan M2 pada Oktober 2024 dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada pemerintah pusat. Penyaluran kredit pada Oktober 2024, lanjut dia, tumbuh sebesar 10,4 persen yoy, stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya.

“Tagihan bersih kepada pemerintah pusat terkonstraksi sebesar 0,1 persen yoy, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 12,3 persen yoy. Sementara itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 1,6 persen setelah terkonsentrasi sebesar 0,1 persen, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 12,3 persen yoy. Sementara itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 1,6 persen yoy setelah terkontraksi sebesar 0,3 persen yoy pada September 2024,” ujarnya.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang berlangsung pada 19-20 November 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate pada level 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility di angka 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.

Kelanjutan Pertumbuhan Ekonomi

Dalam keterangan, disebutkan bahwa keputusan tersebut sejalan dengan kebijakan moneter yang bertujuan untuk menjaga inflasi tetap terkendali, dengan sasaran inflasi 2,5±1 persen pada tahun 2024 dan 2025, serta mendukung kelanjutan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Seperti dalam keterangannya di Jakarta, Rabu 20 November 2024.

Pada sisi penawaran, pertumbuhan kredit pada Oktober 2024 menunjukkan kinerja yang solid, dengan angka pertumbuhan tahunan (yoy) mencapai 10,92 persen. Hal ini didorong oleh terjaganya minat perbankan untuk menyalurkan kredit, berlanjutnya realokasi likuiditas ke sektor kredit, serta peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK), yang juga didorong oleh dampak positif dari kebijakan KLM Bank Indonesia.

Hingga akhir Oktober 2024, Bank Indonesia telah menyalurkan insentif KLM sebesar Rp259 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp120,9 triliun disalurkan kepada kelompok bank BUMN, Rp110,9 triliun kepada bank BUSN, Rp24,7 triliun kepada BPD, dan Rp2,6 triliun kepada KCBA. Insentif ini difokuskan pada sektor-sektor prioritas, antara lain Hilirisasi Minerba dan Pangan, Otomotif, Perdagangan, Listrik, Gas dan Air (LGA), Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta UMKM.

Di sisi permintaan, pertumbuhan kredit masih didorong oleh kinerja positif sektor korporasi, seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang tetap optimis. Secara sektoral, sektor-sektor seperti Jasa Dunia Usaha, Perdagangan, dan Industri menunjukkan pertumbuhan kredit yang kuat. Berdasarkan kelompok penggunaan, kredit modal kerja tumbuh 9,25 persen (yoy), kredit investasi meningkat 13,63 persen (yoy), dan kredit konsumsi tercatat tumbuh 11,01 persen (yoy) pada Oktober 2024.(*)