Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Trump Ancam Uni Eropa jika tidak Borong Minyak AS

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 22 December 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Trump Ancam Uni Eropa jika tidak Borong Minyak AS

KABARBURSA.COM - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali melontarkan peringatan keras kepada Uni Eropa (UE).

Trump menegaskan bahwa negara-negara anggota UE harus membeli lebih banyak minyak dan gas dari AS, jika tidak, mereka akan dikenakan tarif perdagangan.

Pernyataannya itu semakin memperjelas ketegangan perdagangan yang mungkin akan timbul antara AS dan UE, yang sudah lama terjalin, terutama setelah Trump menang dalam pemilu bulan lalu.

“Saya memberi tahu Uni Eropa bahwa mereka harus menutupi defisit besar mereka dengan Amerika Serikat melalui pembelian minyak dan gas kami dalam skala besar. Jika tidak, mereka akan dikenakan tarif!!!,” tulis Trump melalui unggahan di platform media sosial Truth Social, yang dikutip dari Bloomberg, Minggu, 22 Desember 2024,

Amerika Serikat memang telah menjadi produsen minyak mentah terbesar di dunia dan juga pengexport gas alam cair (LNG) terbesar. Namun, meskipun Eropa menjadi salah satu pembeli terbesar LNG dari AS, negara-negara di kawasan itu tetap menghadapi tantangan besar terkait pasokan energi, terutama setelah sanksi terhadap Rusia akibat invasi negara tersebut ke Ukraina.

Dalam beberapa tahun terakhir, UE terus mencari cara untuk mengurangi ketergantungan pada energi Rusia, termasuk gas pipa dan LNG. Beberapa pembeli energi, baik dari UE maupun negara-negara lain seperti Vietnam, mulai meningkatkan pembelian LNG dari AS sebagai langkah preventif untuk menghindari ancaman tarif dari pemerintahan Trump yang baru.

Berdasarkan data dari Kantor Perwakilan Dagang AS, defisit perdagangan barang dan jasa AS dengan UE tercatat mencapai USD131,3 miliar pada tahun 2022. Ini menunjukkan betapa besar ketidakseimbangan perdagangan antara kedua belah pihak. Situasi ini membuat UE bersiap menghadapi potensi serangan dagang dari AS, terlebih setelah kemenangan Trump dalam pemilu.

Reaksi Uni Eropa terhadap Ancaman Trump

Ancaman tarif ini membawa kenangan akan kebijakan proteksionis yang pernah diterapkan Trump pada masa jabatannya yang pertama.

Pada tahun 2017, Trump mengenakan tarif pada baja dan aluminium impor dari Uni Eropa dengan alasan ancaman terhadap keamanan nasional. Langkah tersebut memicu reaksi keras dari UE yang merasa kebijakan tersebut tidak adil.

Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock mengungkapkan sikap hati-hati Uni Eropa terhadap kebijakan yang mungkin diterapkan oleh pemerintahan AS yang baru.

“Kami sangat siap menghadapi kemungkinan bahwa keadaan akan menjadi berbeda dengan pemerintahan AS yang baru,” ujar Baerbock pada akhir November 2024 usai pertemuan Kelompok Tujuh di Italia.

Ia juga menegaskan bahwa respons UE terhadap kebijakan America First di sektor iklim atau perdagangan adalah Eropa bersatu.

Sementara itu, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen pada bulan lalu mengusulkan agar impor LNG dari AS dapat menggantikan pasokan gas Rusia yang sebelumnya sangat bergantung pada negara tersebut.

Dalam percakapan dengan Trump, von der Leyen menilai LNG AS lebih murah dibandingkan gas Rusia dan bisa menurunkan harga energi di Eropa.

“Kami masih mendapatkan banyak LNG melalui Rusia, dari Rusia. Dan mengapa tidak menggantinya dengan LNG Amerika yang lebih murah?” kata von der Leyen.

Menurut dia, dengan LNG dari AS maka bahwa Eropa dapat mengurangi ketergantungan pada energi Rusia.

Kapasitas AS Menambah Pengiriman Energi

Meskipun AS menjadi penyedia LNG terbesar di Eropa, masih ada tantangan besar dalam meningkatkan pasokan energi lebih jauh lagi.

Sebagai contoh, saat ini, gas alam cair (LNG) di pasar internasional dijual melalui kontrak jangka panjang. Artinya, untuk menambah pengiriman LNG ke Eropa, pembeli harus setuju untuk mengalihkan sebagian pengirimannya ke Eropa. Namun, hal ini tidak akan meningkatkan volume ekspor LNG AS secara keseluruhan.

Selain itu, dalam hal pasokan minyak, AS telah mengambil peran yang semakin penting, terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Pengiriman minyak AS ke Eropa kini meningkat sekitar 2 juta barel per hari, melebihi jumlah yang dikirimkan oleh negara-negara penghasil minyak besar lainnya, seperti Arab Saudi dan negara-negara di Afrika Barat.

Minyak AS kini juga semakin mendominasi pasar global, berperan dalam menentukan harga Dated Brent, yang merupakan patokan harga utama untuk transaksi pasar fisik.

Namun, meski AS kini menjadi pemasok utama, pembeli energi di Asia tetap bersaing untuk mendapatkan pasokan minyak.

Kilang-kilang di kawasan tersebut mengoptimalkan produksi untuk memproses minyak mentah yang tepat untuk kebutuhan mereka. Situasi ini menunjukkan kompleksitas pasar energi global yang mempengaruhi kebijakan perdagangan internasional.

Uni Eropa, meskipun dihadapkan pada ancaman tarif dari AS, telah memperkuat alat-alat kebijakan perdagangan dan anti-paksaan.

Sebagai respons terhadap ancaman tersebut, UE telah mengadopsi berbagai kebijakan, seperti peraturan subsidi asing, yang memungkinkan mereka untuk mencegah perusahaan-perusahaan yang menerima bantuan negara yang tidak adil untuk berpartisipasi dalam tender publik atau akuisisi di wilayah UE.

Kebijakan ini diharapkan dapat memperkuat pertahanan perdagangan UE, jika mereka terpaksa menghadapi serangan tarif dari AS.

Selain itu, Uni Eropa juga memiliki instrumen anti-paksaan yang dapat dikenakan sebagai tanggapan atas tindakan politik yang dianggap merugikan kepentingan ekonomi blok tersebut.

Kebijakan-kebijakan tersebut dirancang untuk memastikan bahwa negara-negara anggota UE dapat menghadapi tantangan perdagangan dengan lebih efektif, tanpa mengorbankan kestabilan pasar domestik mereka.

Perspektif Trump terhadap Uni Eropa

Trump selama ini dikenal dengan retorika kerasnya terhadap Uni Eropa, yang sering kali ia kritik karena dianggap tidak cukup membelanjakan uang untuk pertahanan.

Bahkan, dalam beberapa kesempatan, Trump pernah menyebut Brussels sebagai “lubang neraka”.

Presiden AS ke-45 ini juga dikenal dengan kebijakannya yang sangat fokus pada pengurangan defisit perdagangan dengan negara-negara lain, termasuk Uni Eropa.

Baru-baru ini, Trump juga menyatakan kepada salah seorang anggota NATO bahwa AS akan membiarkan Rusia melakukan apa pun yang mereka inginkan jika negara-negara NATO tidak mencapai target pengeluaran pertahanan yang telah disepakati.

Pernyataan ini semakin menegaskan pendekatan Trump yang sangat berorientasi pada kepentingan nasional Amerika Serikat, terutama dalam hal ekonomi dan perdagangan internasional. (*)