Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Perjalanan Berliku Emas Dunia, Sepekan Turun Lebih dari Satu Persen

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 22 December 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Perjalanan Berliku Emas Dunia, Sepekan Turun Lebih dari Satu Persen

KABARBURSA.COM - Harga emas dunia mengalami perjalanan yang berliku sepanjang pekan ini. Harganya benar-benar terbebani oleh kebijakan hawkish The Federal Reserve (The Fed), meskipun mendapat dukungan sementara dari pelemahan dolar AS dan data inflasinya yang mulai menunjukkan perlambatan.

Berdasarkan data Refinitiv, yang dikutip Kabarbursa.com di Jakarta, Minggu, 22 Desember 2024, harga emas di pasar spot pada Jumat, 20 Desember 2024, tercatat menguat sebesar 1,04 persen menjadi USD2.620,79 per troy ons. Namun, kenaikan ini belum cukup mengimbangi tren pelemahan dalam sepekan terakhir.

Secara keseluruhan, harga emas dunia tercatat melemah 1,04 persen sepanjang pekan ini. Penurunan terbesar terjadi pada Rabu, 19 Desember 2024, saat harga emas anjlok 2,19 persen menjadi USD2.587,63 per troy ons. Anjloknya harga emas ini terjadi sehari setelah pengumuman kebijakan suku bunga oleh The Fed.

Diketahui, pada pekan ini, The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4,35–4,50 persen, sesuai dengan ekspektasi pasar. Meskipun demikian, sikap hati-hati The Fed terhadap kemungkinan pemangkasan lebih lanjut pada 2025 memberi sinyal ketatnya pendekatan kebijakan moneter.

Dalam dot plot terbaru, The Fed memperkirakan hanya akan ada dua kali pemangkasan suku bunga pada 2025—setengah dari yang diantisipasi pada pembaruan sebelumnya di bulan September. Bahkan, untuk 2026 dan 2027, bank sentral AS hanya memproyeksikan satu hingga dua kali lagi penurunan.

Chairman The Fed Jerome Powell, dalam konferensi pers usai pertemuan, menekankan pentingnya kehati-hatian dalam melakukan penyesuaian lebih lanjut terhadap suku bunga, meskipun kebijakan moneter saat ini dinilai sudah lebih longgar dibandingkan sebelumnya. Dalam jangka panjang, tingkat suku bunga "netral" dipandang akan berada di sekitar 3 persen, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya di angka 2,9 persen. Hal ini mencerminkan pergeseran pandangan komite terhadap perekonomian yang semakin kompleks.

Namun, di penghujung pekan, harga emas berhasil pulih. Pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil Treasury menjadi pemicu utama kebangkitan tersebut. Dolar AS, yang sempat mencapai level tertinggi dalam dua tahun, melemah 0,6 persen, membuat emas menjadi lebih terjangkau bagi pemegang mata uang selain dolar.

Selain itu, data ekonomi AS menunjukkan bahwa inflasi mulai melambat. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) hanya naik 0,1 persen pada November, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencatat kenaikan 0,2 persen.

Perlambatan inflasi ini memberikan sedikit optimisme bagi pasar emas. Meski demikian, ketidakpastian seputar kebijakan moneter The Fed masih membayangi, mengingat pendekatan hati-hati yang diambil oleh bank sentral. Dalam situasi ini, emas tetap menjadi instrumen penting di tengah gejolak pasar, meskipun tekanan dari kebijakan suku bunga dan prospek ekonomi global masih menahan lajunya.

Sehari sebelumnya, harga emas dunia mencatat lonjakan signifikan, didukung oleh pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi setelah data ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda perlambatan inflasi.

Dilansir dari Consumer News and Business Channel International di Jakarta, Sabtu, 21 Desember 2024, harga emas spot naik 1,1 persen menjadi USD2.623,36 per ons, sementara kontrak berjangka emas AS meningkat 1,4 persen ke level USD2.643,20 per ons.

Pelemahan dolar AS sebesar 0,4 persen dari level tertingginya dalam dua tahun membuat emas lebih murah bagi pembeli internasional sehingga meningkatkan daya tarik logam mulia ini. Penurunan imbal hasil obligasi AS dari posisi tertingginya dalam enam bulan juga memberikan dorongan tambahan.

Data ekonomi yang dirilis menunjukkan inflasi bulanan mulai melambat pada November. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) hanya naik 0,1 persen bulan lalu, lebih rendah dibandingkan kenaikan 0,2 persen pada Oktober.

Tidak hanya data PCE, tetapi juga data pendapatan pribadi dan pengeluaran pribadi semuanya lebih lemah dari ekspektasi. Kami melihat para investor kembali ke pasar emas dan membangun posisi mereka,” ujar Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures.

Menurut Streible, ekspektasi kebijakan suku bunga juga turut memengaruhi sentimen di pasar emas. Sebelumnya, pasar memperkirakan hanya dua kali pemangkasan suku bunga yang memicu aksi jual besar-besaran pada emas.

Namun, kini muncul kemungkinan adanya tiga kali pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve, meski masih terlalu dini untuk memastikannya. Suku bunga yang lebih tinggi biasanya meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas, karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil.

Catatan JP Morgan

JP Morgan dalam catatannya mencatat meskipun permintaan fisik emas tetap solid, ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga The Fed di 2025 masih cukup rendah. Namun, bank tersebut menilai bahwa jika kekhawatiran inflasi mereda, The Fed dapat memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam kebijakan moneternya yang pada akhirnya dapat mendorong kenaikan harga emas lebih lanjut.

Selain emas, pergerakan harga logam mulia lainnya juga positif. Perak spot melonjak 1,7 persen menjadi USD29,52 per ons, platinum naik 0,2 persen menjadi USD925,65 per ons, dan paladium meningkat 1,2 persen ke level USD916,88 per ons.

Kenaikan ini menunjukkan bahwa sentimen di pasar logam mulia secara keseluruhan sedang menguat, didukung oleh ekspektasi kebijakan moneter yang lebih akomodatif.(*)