Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Industri Besar dan Kecil Jadi Kunci Penciptaan Lapangan Kerja

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 21 December 2024 | Penulis: Dian Finka | Editor: Redaksi
Industri Besar dan Kecil Jadi Kunci Penciptaan Lapangan Kerja

KABARBURSA.COM - Ahli Ekonomi Senior Hendri Saparini mengungkapkan pentingnya menciptakan keterkaitan yang lebih kuat antara industri besar dan kecil sebagai langkah strategis untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja di Indonesia.

Hal ini, Hendri mengatakan akan mempercepat hilirisasi produk lokal dan membuka peluang ekonomi yang lebih luas.

“Beberapa waktu lalu saya berdiskusi dengan seorang buyer dari Eropa, saya bilang, coba investasi di hilirisasi produk mangga. Indonesia bisa mengolah mangga menjadi produk bernilai tambah, seperti selai atau jus mangga. Kita sudah punya produk segar, tapi jarang ada yang memproduksi hasil olahan seperti selai mangga,” ujar Hendri di Gedung CORE Indonesia, Jakarta, Sabtu, 21 Desember 2024.

Menurutnya, Indonesia memiliki banyak potensi produk yang belum dimanfaatkan secara optimal. Namun, masalah utama adalah kurangnya koordinasi antar lembaga terkait, yang sering membuat investor bingung hendak bertanya ke siapa.

"Kita perlu lembaga yang bisa menjembatani antara pertanian dan industri, agar hilirisasi produk lokal bisa berjalan lebih efektif,” ungkapnya.

Dr. Hendri menyarankan agar pemerintah lebih fokus pada sektor-sektor tertentu yang dapat memacu penciptaan nilai tambah, dengan melibatkan industri kecil di daerah yang memiliki potensi besar. Sebagai contoh, produk berbasis kelapa atau rumput laut yang banyak ditemukan di daerah-daerah tertentu, bisa diproses menjadi produk bernilai lebih tinggi dan disalurkan ke industri kecil.

“Jika kita identifikasi lima produk yang selama ini kita impor, misalnya tepung tapioka, tepung ikan, dan tepung kelapa, kita bisa mulai dengan kebijakan yang detail, untuk memproduksi barang-barang ini di dalam negeri. Dengan anggaran yang ada, misalnya dana desa, kita bisa mengumpulkan dana untuk investasi di pabrik kecil yang mengolah produk tersebut,” jelasnya.

Namun, menurut Dr. Hendri, keberhasilan inisiatif ini memerlukan perubahan paradigma dalam kepemimpinan dan kebijakan. Dia menekankan perlunya pemerintah berpikir seperti wirausaha, siap mengambil risiko dan berinovasi. Hal ini bisa dimulai dengan strategi yang lebih terarah, seperti yang pernah dilakukan Jepang dalam mengembangkan sektor baru.

"Jepang misalnya, mereka beralih dari otomotif dan elektronik ke sektor jasa. Pendidikan pun mengikuti perkembangan tersebut. Ini bukan hanya soal regulasi, tapi tentang bagaimana strategi pemerintah menyiapkan ekosistem untuk sektor yang ingin dikembangkan," katanya.

Dr. Hendri juga menegaskan bahwa jika langkah ini berhasil, Indonesia bisa menciptakan sekitar 2 juta lapangan kerja baru setiap tahunnya, yang akan mendongkrak perekonomian dan mengurangi tingkat pengangguran.

"Jika kita mampu mengintegrasikan sektor kecil dengan sektor besar, kita tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tapi juga meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global,” pungkasnya.

Tambah Produk Lokal

Hendri menekankan perlunya hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah produk lokal. Dengan hilirisasi, produk yang dihasilkan oleh UMKM bisa diolah lebih lanjut, sehingga menciptakan lebih banyak lapangan kerja.

Ia juga mengingatkan bahwa dengan kemajuan teknologi digital saat ini, pemasaran produk lokal tidak lagi terbatas pada pasar lokal saja, tetapi bisa dijual secara luas, bahkan ke pasar internasional.

“Kita bisa menjual produk lokal melalui platform digital. Jadi, bukan hanya masalah produksi, tetapi juga bagaimana kita menyiapkan pasar untuk produk tersebut. Teknologi digital membuka banyak peluang bagi UMKM untuk mengakses pasar yang lebih luas,” imbuh Hendri.

Lebih lanjut, Hendri menyebutkan pentingnya memahami karakteristik tenaga kerja yang ingin diprioritaskan. Bagi mereka yang berpendidikan rendah, seperti petani yang hanya memiliki pendidikan dasar, pemerintah perlu menyediakan industri kecil yang dapat menyerap tenaga kerja tersebut.

“Yang penting adalah kita bisa menciptakan industri yang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik tenaga kerja di daerah tersebut. Misalnya, jika mereka bisa menghasilkan produk pertanian, kita siapkan industri yang dapat mengolah hasil pertanian tersebut,” tambahnya.

Ia menekankan bahwa menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan memerlukan kebijakan yang terpadu, mulai dari sektor pertanian hingga industri kecil.(*)