KABARBURSA.COM – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau menggandeng Gethome, platform agregator properti, menyediakan layanan pengajuan kredit pemilikan rumah (KPR) melalui application programing interface (API) di aplikasi BTN Properti.
SEVP Digital Business BTN Thomas Wahyudi mengatakan, tujuan dari kerja sama ini adalah mempercepat pengajuan KPR. Kerja sama ini diharapkan dapat mengoptimalisasi alur pengajuan kredit agar dapat menjangkau lebih banyak konsumen potensial serta meningkatkan pangsa pasar di sektor perumahan.
“Kolaborasi ini merupakan wujud komitmen kami untuk dalam mempermudah masyarakat Indonesia memperoleh hunian idaman. Kami juga menawarkan kemudahan dan transparansi dalam prosesnya, sehingga memberikan nilai tambah yang menciptakan rumah yang truly home,” kata Thomas, dikutip Jumat, 20 Desember 2024.
Kolaborasi antara BTN dan Gethome bertujuan untuk mendukung pengembangan ekosistem digital BTN di sektor perumahan. BTN menjadi bank pertama di Indonesia yang menawarkan KPR pada tahun 1976 dan juga bank pertama yang menyediakan API untuk pengajuan KPR yang terintegrasi dengan platform BTN Properti.
Menurut Thomas, integrasi API ini diharapkan mampu meningkatkan volume pengajuan KPR di BTN. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kemudahan dan kecepatan proses pengajuan di era digital.
Lebih lanjut, Thomas menyatakan bahwa dengan memanfaatkan teknologi API, BTN tidak hanya menjadi pelopor digitalisasi layanan KPR di Indonesia, tetapi juga memperkuat kepercayaan nasabah melalui proses yang transparan dan efisien.
“Kami akan terus berinovasi secara teknologi untuk menghadirkan solusi atas tantangan di sektor perumahan nasional, sekaligus mendorong Program 3 Juta Rumah,” ujar Thomas.
Hingga Oktober 2024, BTN Properti telah mencatatkan 679 ribu anggota dengan total pengunjung mencapai 40 juta. Selain itu, lebih dari 30 ribu pengajuan KPR telah masuk melalui BTN Properti dengan total penyaluran kredit sebesar Rp2,2 triliun.
Sementara itu, CEO Gethome Ibnu Abdul Azis mengaku antusia dengan kolaborasi dengan Bank BTN. Menurutnya, kerja sama ini sejalan dengan komitmen Gethome untuk menjadi platform properti digital yang terpercaya.
“Dengan bermitra dengan BTN, kami semakin yakin dapat membantu lebih banyak orang untuk menemukan rumah impian mereka,” ujar Ibnu.
Sebelumnya, Bank BTN (BBTN) menyatakan komitmennya mendukung Program 3 Juta Rumah. Untuk merealisasikan dukungan ini, BTN mengajukan skema baru dalam Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menilai bahwa kombinasi antara subsidi selisih bunga (SSB) dan FLPP merupakan skema yang efektif untuk mendukung program perumahan melalui penyaluran KPR subsidi.
Dalam skema ini, bank-bank akan menyumbang 50 persen dari pendanaan FLPP, yang sebelumnya sepenuhnya didanai oleh pemerintah. Langkah ini akan mengurangi beban anggaran pemerintah, yang pada tahun fiskal 2025 diperkirakan mencapai Rp18,8 triliun, meningkat 4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Makanya kami usulkan ada SSB, karena menggunakan dana dari bank, pemerintah hanya mensubsidi selisih bunganya. Bank bisa menjual portofolio KPR-nya melalui sekuritisasi, dan dana yang diperoleh bisa digunakan untuk KPR baru. Dengan cara ini, likuiditas tidak hanya bergantung pada APBN, dan dana bisa diputar terus,” kata Nixon beberapa waktu lalu.
Dengan peran yang lebih besar dalam pendanaan, BTN memprediksi bahwa total perumahan bersubsidi yang disalurkan akan mencapai Rp209 triliun pada tahun 2025, naik 16 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Selain peningkatan kontribusi dalam pendanaan FLPP, BTN juga mengusulkan untuk menaikkan suku bunga rumah bersubsidi dari 5 persen menjadi 7 persen, serta memperpanjang tenor pinjaman dari 20 tahun menjadi 30 tahun.
Menurut perhitungan BTN, perubahan ini akan memungkinkan bank untuk tetap menjaga kemampuan pembayaran angsuran yang stabil bagi debitur. Skema baru ini juga diperkirakan akan meningkatkan hasil EA (Earnings Asset) menjadi 7,4 persen, dari sebelumnya 7,0 persen.
Secara keseluruhan, perubahan tersebut akan memperbaiki Net Interest Margin (NIM) BBTN, yang diproyeksikan meningkat dari 2,8 persen menjadi 2,9 persen.
BTN terus mendominasi pasar perumahan Indonesia, terutama dalam sektor perumahan bersubsidi. Pada September 2024, BBTN memiliki portofolio pinjaman perumahan terbesar di antara bank-bank BUMN, yang mencakup 85,2 persen dari total pinjaman.
Dari jumlah tersebut, sekitar 56,9 persen merupakan perumahan bersubsidi yang ditujukan untuk masyarakat berpendapatan rendah.
Seiring dengan pencapaian ini, BBTN berhasil mempertahankan pangsa pasar FLPP yang signifikan, dengan kontribusi mencapai 67 persen, 71 persen, dan 69 persen pada 2022, 2023, dan 2024, berturut-turut. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.