KABARBURSA.COM - Apple dilaporkan tengah melakukan pembicaraan dengan Tencent dan ByteDance, pemilik TikTok, mengenai integrasi teknologi kecerdasan buatan (AI) mereka ke dalam perangkat iPhone yang dijual di China. Hal ini dikemukakan oleh tiga sumber yang mengetahui perkembangan tersebut.
Langkah ini menyusul peluncuran ChatGPT OpenAI oleh Apple bulan ini, sebagai bagian dari produk Apple Intelligence yang memungkinkan asisten suara Siri untuk memanfaatkan kemampuan chatbot tersebut, termasuk dalam menjawab pertanyaan pengguna terkait foto dan dokumen, seperti presentasi. Seperti dikutip reuters di Jakarta, Kamis 19 Desember 2024.
Namun, keberadaan ChatGPT di China terbatas karena regulasi negara tersebut mengharuskan layanan AI generatif untuk mendapatkan persetujuan dari pemerintah sebelum dapat dirilis. Ketentuan ini memaksa Apple untuk mencari mitra lokal guna menghadirkan fitur AI-nya di tengah penurunan pangsa pasar perusahaan di negara tersebut.
Menurut sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, diskusi dengan Tencent dan ByteDance terkait penggunaan model AI mereka masih berada di tahap awal. Baik ByteDance maupun Apple, sementara itu, enggan memberikan komentar, dan Tencent tidak segera menanggapi permintaan klarifikasi.
Mitra yang berhasil untuk Apple di sektor AI di China bisa menjadi pemain utama dalam pasar yang semakin kompetitif ini. Saat ini, sejumlah perusahaan teknologi besar dan rintisan telah meluncurkan berbagai model bahasa besar di China, termasuk Doubao milik ByteDance, Hunyuan dari Tencent, serta Ernie yang dikembangkan oleh Baidu.
Sebagai informasi, Apple juga dilaporkan telah melakukan pembicaraan dengan Baidu untuk menggunakan model AI milik perusahaan mesin pencari terbesar di China tersebut. Namun, kabarnya diskusi tersebut terhambat oleh berbagai masalah teknis, salah satunya terkait penggunaan data pengguna iPhone untuk melatih model AI, menurut laporan The Information.
Baidu sendiri belum memberikan tanggapan terkait hal ini. Ketiadaan kemampuan AI pada iPhone yang dipasarkan di China menjadi tantangan besar bagi Apple, yang kini tengah berusaha mempertahankan posisi di pasar ponsel pintar terbesar di dunia. Persaingan dengan merek domestik seperti Huawei semakin ketat, terlebih Huawei baru-baru ini meluncurkan seri Mate 70 yang dilengkapi dengan kemampuan AI berbasis model bahasa besar mereka.
Pada kuartal kedua, Apple sempat terlempar dari lima besar vendor ponsel pintar di China. Meskipun sempat pulih pada kuartal ketiga, penjualan iPhone di China tercatat menurun 0,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, penjualan Huawei meroket hingga 42 persen, berdasarkan data yang dirilis oleh IDC.
Apple melaporkan penurunan penjualan di China sebesar 6,5 persen menjadi USD14,7 miliar pada kuartal ketiga, di bawah proyeksi USD15,3 miliar. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa Apple kehilangan pangsa pasar di salah satu pasar luar negeri terpentingnya.
Apple menghadapi persaingan ketat di China dan pembatasan penggunaan teknologi asing oleh pemerintah. Meskipun demikian, Apple menyebut sebagian besar penurunan ini akibat dari dolar yang kuat, bukan karena penurunan permintaan produk mereka.
Saham Apple telah naik tahun ini didorong harapan investor pada teknologi AI baru. Namun, situs berita setempat melaporkan fitur AI yang akan datang dari Apple mungkin tertunda, memberi perusahaan lebih banyak waktu untuk memperbaiki masalah teknis.
Jim Shanahan dari Edward Jones mengatakan skala penjualan saham Apple oleh Buffett pada kuartal kedua menunjukkan kemungkinan Buffett belum selesai dengan aksi jualnya. Menurut Shanahan, meskipun menjual sisa saham Apple tampak tidak masuk akal, namun saat ini, tidak ada yang mustahil.
Persaingan pasar ponsel di China saat ini sangat ketat, dengan berbagai merek berlomba-lomba untuk mendapatkan pangsa pasar. Pada kuartal pertama 2024, pasar smartphone China mengalami pertumbuhan sebesar 6,5 persen year-over-year (YoY), didorong oleh kinerja kuat dari merek-merek lokal seperti Honor dan Huawei. Keduanya bahkan menduduki posisi teratas dalam hal pangsa pasar, meskipun Apple mengalami penurunan 6,6 persen dalam periode yang sama.
Merek-merek lokal seperti Vivo dan Xiaomi juga menunjukkan kinerja yang kuat, dengan Vivo berhasil meraih pangsa pasar tertinggi sebesar 17,4 persen berkat penjualan kuat dari model Y35 Plus dan Y36 di segmen low-end, serta model S18 di segmen mid-end. Honor berada di posisi kedua dengan pangsa pasar 16,1 persen, disusul oleh Apple di posisi ketiga dengan 15,7 persen.
Persaingan yang ketat ini sebagian besar didorong oleh promosi besar-besaran selama festival Tahun Baru Imlek, di mana penjualan mingguan meningkat hingga 20 persen dibandingkan minggu biasa. Selain itu, permintaan untuk perangkat low-end dan mid-range juga meningkat, terutama dari pekerja migran yang mencari smartphone dengan harga terjangkau.
Merek-merek lokal terus berinovasi dengan menambahkan fitur-fitur baru, termasuk teknologi AI dan perangkat lipat, untuk membedakan diri dari Apple dan menarik minat konsumen di China. Ini menciptakan lingkungan persaingan yang sangat dinamis dan menuntut para vendor untuk terus memperkenalkan inovasi baru agar tetap relevan di pasar.
Hal ini bermula dari Berkshire Hathaway Inc. memangkas kepemilikan sahamnya di Apple Inc. hampir 50 persen sebagai bagian dari penjualan besar-besaran pada kuartal kedua. Aksi ini membawa cadangan kas miliarder Warren Buffett mencapai rekor USD276,9 miliar (setara Rp4.479 triliun).
Secara keseluruhan, Berkshire menjual saham senilai USD75,5 miliar (Rp1.221 triliun) secara net pada periode tersebut. Laporan keuangan menunjukkan pendapatan operasional naik menjadi USD11,6 miliar dari USD10 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Buffett melakukan penjualan saat indeks S&P 500 mencapai rekor tertinggi pada pertengahan Juli, meskipun menurun dalam tiga minggu terakhir karena kekhawatiran euforia kecerdasan buatan yang berlebihan. Data tenaga kerja yang lemah pada Jumat, 2 Agustus 2024, menggarisbawahi risiko penurunan ekonomi, menyebabkan S&P turun 1,8 persen.(*)