Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Kredit Konsumen Tumbuh 10,88 Persen, Pinjaman Pendek Semakin Diminati

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 16 December 2024 | Penulis: Citra Dara Vresti Trisna | Editor: Redaksi
Kredit Konsumen Tumbuh 10,88 Persen, Pinjaman Pendek Semakin Diminati

KABARBURSA.COM – Pasar kredit di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit konsumen perbankan tumbuh sebesar 10,88 persen pada September 2024, lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2024 atau tumbuh sebesar 10.83 persen.

Angka pertumbuhan kredit tersebut dianggap sebagai naiknya kebutuhan masyarakat terhadap produk keuangan untuk berbagai keperluan, terutama untuk pinjaman berjangka pendek dengan nilai kecil untuk kebutuhan sehari-hari.

PT CRIF Lembaga Informasi Keuangan atau CLIK menemukan ada pertumbuhan signifikan dalam penyaluran pinjaman berjangka pendek dengan nilai kecil di Indonesia. Total penyaluran kredit pada kuartal-III 2024 mencapai Rp29,9 triliun.

Pertumbuhan ini juga didukung oleh adanya 35,75 juta kontrak aplikasi pinjaman baru. Artinya, terjadi peningkatan pada penyaluran pinjaman berjangka pendek dengan nilai kecil sebesar 24,95 persen dibandingkan kuartal kedua 2024.

Presiden Direktur PT CRIF Lembaga keuangan Leonardo Lapalorcia mengatakan peningkatan kebutuhan kredit di Indonesia ini perlu diikuti oleh inovasi dalam hal penilaian risiko kredit.

“Sangat penting bagi pelaku industri untuk memastikan praktik pemberian pinjaman yang bertanggung jawab sambil tetap menjaga pemberian akses terhadap kredit,” kata Leonardo dalam keterangan tertulis yang dikutip Senin, 16 Desember 2024.

Kemampuan akses data secara real-time terhadap kredit, kata dia, dapat membantu perusahaan menciptakan proses penilaian digital yang cepat dan ramping. Inovasi ini juga mendorong peralihan dari kebijakan pinjaman berbasis agunan ke skema pinjaman tanpa agunan dengan skor kredit yang berperan sebagai jaminan reputasi bagi calon debitur.

Sementara itu, Ketua Komite Buy Now Pay Later (BNPL) Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Anggie Setia Ariningsih optimistis jika inovasi dalam dunia kredit dapat meningkatkan ekosistem keuangan.

“Seiring dengan terus berkembangnya teknologi dan beralihnya preferensi konsumen ke solusi pembayaran yang dianggap lebih mudah, pelaku industri harus berupaya keras untuk menciptakan perjalanan debitur yang lebih aman dan terjamin,” kata Anggie.

Anggie mengatakan PT CRIF Lembaga keuangan melalui aplikasi Clik Skay dapat menjawab kebutuhan ini dengan mencatat semua data yang dibutuhkan oleh pelaku industri. “Hal ini menjadi peluang yang baik untuk kolaborasi antara penyedia jasa keuangan dan Biro Kredit,” katanya.

Inovasi Skor Kredit Berbasis AI

CLIK sebelumnya  meluncurkan skor kredit terbaru yang diberi nama Clik Skor Kredit Akselerasi Inklusi (Clik Skay) di Jakarta, Minggu, 15 Desember 2024. Direktur Komersial CLIK, Jan Tjintjelaar, menjelaskan perhitungan kredit skor memanfaatkan dua jenis sumber data, yakni data internal dan eksternal di masing-masing debitur.

Menurutnya, saat ini biro kredit diklaim masih dominan untuk digunakan di sebagian besar model dan sistem penilaian. “Clik menyediakan model skor kredit terbaru yang dirancang khusus untuk pinjaman jangka pendek dengan tenor hingga enam bulan dan jumlah pinjaman maksimal Rp8 juta,” kata Jan Tjintjelaar dalam keterangan tertulis, dikutip Senin, 15 Desember 2024.

Clik Skay dibuat untuk memberikan prediksi risiko gagal bayar pinjaman yang baru disalurkan sehingga mampu membuat pengambilan keputusan yang lebih akurat. Keunggulan dari model skor kredit terbaru ini adalah dilengkapi dengan teknologi artificial intelligence (AI), machine learning dan sumber data alternatif dalam menciptakan bureau scorecard baru yang lebih akurat.

Inovasi baru ini diciptakan untuk menyederhanakan proses di lembaga keuangan sehingga bisa lebih mudah menilai kelayakan kredit calon debitur sebelum memberikan pinjaman dengan minim risiko gagal bayar. Jan mengatakan akses data yang akurat berkat teknologi canggih merupakan salah satu cara pelaku industri di era digital dalam peniaian risiko kredit yang inovatif.

Menurut Jan, industri yang membutuhkan inovasi ini adalah perusahaan bank, peer-to-peer lending (P2P lending), penyedia jasa Buy Now Pay Later (BNPL), multifinance, dan penyedia jasa kredit lainnya. Melalui inovasi tersebut, perusahaan-perusahaan tersebut bisa lebih mudah mengolah data calon debitur dengan lebih komprehensif dan lebih tepat sasaran.

Inovasi ini juga memungkinkan perusahaan tersebut mampu memperkuat inklusi keuangan dan mendorong praktik pemberian pinjaman yang lebih akurat dan bertanggung jawab dalam menghadapi perkembangan pasar.

Penyaluran Kredit Baru Tumbuh, Tapi Melambat di Triwulan III 2024

Inovasi dalam penilaian risiko kredit dan teknologi berbasis AI seperti Clik Skay memberikan angin segar bagi perkembangan ekosistem kredit di Indonesia, khususnya untuk penyaluran kredit berjangka pendek. Namun, di sisi lain, pertumbuhan penyaluran kredit baru masih menghadapi tantangan perlambatan sebagaimana terlihat dalam survei perbankan Bank Indonesia pada triwulan III 2024.

Survei Perbankan Bank Indonesia menunjukkan penyaluran kredit baru di triwulan III 2024 mencatat pertumbuhan positif, meski mengalami perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Saldo Bersih Tertimbang atau SBT penyaluran kredit baru tercatat 80,6 persen, turun dari 89,1 persen yang tercatat pada triwulan sebelumnya.

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit konsumsi menjadi pendorong utama pertumbuhan dengan SBT sebesar 84,3 persen. Di sisi lain, kredit investasi dan kredit modal kerja menunjukkan angka yang lebih rendah. Kredit investasi tercatat memiliki SBT 77,1 persen, sedangkan kredit modal kerja berada di level 72,5 persen, keduanya turun dibandingkan triwulan sebelumnya.

Peningkatan kredit konsumsi terutama didorong oleh penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yang mencatatkan SBT sebesar 75,9 persen. Meskipun demikian, penurunan SBT secara keseluruhan mengindikasikan adanya perlambatan permintaan kredit di luar segmen konsumsi.

Secara sektoral, pertumbuhan kredit baru pada triwulan III 2024 mencatatkan kinerja tertinggi di Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 59,3 persen. Sektor ini diikuti oleh Sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang mencatatkan SBT sebesar 54,7 persen, serta Sektor Pertambangan dan Penggalian dengan SBT sebesar 38,9 persen.

[caption id="attachment_106613" align="alignnone" width="2112"] Data pertumbuhan kredit perbankan. Sumber: Bank Indonesia.[/caption]

Penyaluran Kredit Baru Diprediksi Meningkat di Triwulan IV 2024

Penyaluran kredit baru pada triwulan IV 2024 diperkirakan mengalami peningkatan secara triwulanan. SBT diproyeksikan mencapai 88,3 persen, naik dari 80,6 persen pada triwulan sebelumnya. Responden survei menyatakan prioritas utama dalam penyaluran kredit baru pada periode ini tetap tidak berubah, yaitu kredit modal kerja, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi.

[caption id="attachment_106622" align="alignnone" width="2112"] Data perkiraan pertumbuhan kredit perbankan di kuartal IV. Sumber: Bank Indonesia.[/caption]

Di segmen kredit konsumsi, KPR dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) masih menjadi prioritas utama, diikuti oleh Kredit Multiguna dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). Sementara itu, berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit baru pada triwulan IV diprioritaskan untuk Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, disusul oleh Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Perantara Keuangan.

Lebih Ketat

Meski penyaluran kredit diperkirakan meningkat, kebijakan penyaluran kredit di triwulan IV 2024 diproyeksikan akan sedikit lebih ketat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh Indeks Lending Standard (ILS) yang mencatat nilai positif sebesar 2,2 persen.

Pengetatan kebijakan kredit diperkirakan akan terjadi di semua jenis kredit, terutama dalam aspek persyaratan administrasi. Namun, di sisi lain, kebijakan perihal suku bunga kredit, biaya persetujuan kredit, dan jangka waktu kredit diprediksi akan lebih longgar sehingga memberikan fleksibilitas tambahan bagi calon debitur.(*)