KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap tengah mengkaji sejumlah calon emiten yang berencana melantai di bursa, salah satunya berasal dari industri kripto. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengatakan proses penelaahan sedang berjalan.
"Saat ini kami sedang dalam proses penelaahan beberapa calon emiten, salah satunya bergerak di sektor kripto," ujar Inarno dalam pernyataan tertulisnya, Sabtu, 14 Desember 2024.
Meski begitu, detail terkait nama perusahaan, jumlah aset, atau nilai penawaran umum (IPO) belum dapat diungkapkan. Informasi tersebut baru akan disampaikan setelah calon emiten mendapatkan izin publikasi untuk memulai proses penawaran awal (bookbuilding).
Direktur Utama Datindo Entrycom, E Agung Setiawati, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima permintaan dari perusahaan kripto untuk bertindak sebagai Biro Administrasi Efek (BAE). Perusahaan tersebut dikabarkan menargetkan dana sekitar Rp1 triliun dari IPO ini dan telah menunjuk dua perusahaan sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi. Namun, hingga kini, nama perusahaan masih dirahasiakan.
Langkah perusahaan kripto untuk melantai di bursa sejalan dengan tren positif di sektor aset digital. OJK mencatat nilai transaksi kripto hingga Oktober 2024 mencapai Rp475,13 triliun, melesat 352,89 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK, Hasan Fawzi, menambahkan bahwa jumlah investor kripto di Indonesia juga terus meningkat. Hingga Oktober 2024, total investor mencapai 21,63 juta, naik dari 21,27 juta pada bulan sebelumnya.
“Pada periode yang sama, nilai transaksi aset kripto Oktober 2024 tercatat sebesar Rp48,44 triliun, meningkat 43,87 persen dibandingkan bulan sebelumnya,” kata Hasan dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK.
Hasan menjelaskan bahwa lonjakan transaksi kripto tidak lepas dari dinamika global, terutama kemenangan Donald Trump sebagai presiden terpilih AS. Trump dianggap lebih mendukung pengembangan mata uang digital dibandingkan kandidat dari Partai Demokrat, Kamala Harris.
CEO Indodax, Oscar Darmawan, menyebutkan data ekonomi Amerika Serikat, khususnya Consumer Price Index (CPI), turut memengaruhi optimisme pasar. Data CPI November 2024 mencatat level indeks 315,493, naik 2,7 persen dari bulan sebelumnya.
"Jika data ekonomi terus mendukung dan kebijakan moneter global tetap kondusif, Bitcoin bisa mencetak rekor tertinggi baru,” ujar Oscar.
Sebuah perusahaan perdagangan kripto diisukan akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui initial public offering (IPO).
Di tengah kondisi pasar kripto yang semakin menguat, rasanya IPO emiten kripto cukup menjanjikan. Apalagi, secara global, pertumbuhan aset kripto, terutama Bitcoin, mendapat dukungan penuh dari presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump.
Namun, tetap saja ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan oleh para investor. Global Markets Strategist Maybank Myrdal Gunarto, mengatakan hingga saat ini dirinya masih belum melihat prospek jangka panjang dari perdagangan kripto ini. Apalagi di Indonesia, produk kripto belum seperti saham.
“Memang, saat ini jumlah pemegang kripto, terutama Bitcoin, naik cukup signifikan. Kalau saya lihat peminatnya dan demand-nya ada, pasti akan kuat juga untuk satu atau dua hari. Tapi kalau untuk berkesinambungan, saya rasa perlu hati-hati,” jelas Myrdal kepada Kabarbursa.com, Selasa, 10 Desember 2024.
Myrdal melanjutkan, peluang jangka panjang emiten kripto di Indonesia bisa muncul jika produk ini digunakan secara masif, seperti halnya El Salvador yang telah menggunakan kripto sebagai cadangan devisa.
“Apalag,i kita menunggu lebih lanjut pemerintah Trump terkait dengan penggunaan kripto. Kita masih akan simak lebih lanjut perkembangannya,” pungkas dia.
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) melaporkan, jumlah transaksi aset kripto di Indonesia telah mencapai Rp475,13 trilun sepanjang Januari – Oktober 2024.
Angka tersebut melonjak 352,89 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp104,91 triliun.
“Hal ini membuktikan perdagangan aset kripto merupakan salah satu pilihan perdagangan yang diminati masyarakat,” ujar Kepala Bappebti Kasan, dalam keterangannya, Kamis, 21 November 2024.
Kasan mengatakan, bahwa perkembangan transaksi aset kripto akan mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak. Perlu diketahui penerimaan pajak dari transaksi aset kripto mencapai Rp942,88 miliar sejak 2022 hingga Oktober 2024.
Kasan menuturkan, jumlah pelanggan aset kripto hingga Oktober 2024 mencapai 21,63 juta pelanggan. Sementara itu, pelanggan yang aktif bertransaksi melalui Calon Pedagang Fisik Aset Kripto (CPFAK) dan Pedagang Fisik Aset Kripto (PFAK) pada Oktober 2024 berjumlah 716 ribu pelanggan.
Adapun jenis aset kripto dengan nilai transaksi terbesar di PFAK pada Oktober 2024 yaitu Tether (USDT), Ethereum (ETH), Bitcoin (BTC), Pepe (PEPE), dan Solana (SOL).
Peningkatan jumlah pelanggan saat ini menunjukkan potensi pasar aset kripto di tanah air yang masih sangat besar. Ke depan, Indonesia diharapkan mampu menjadi salah satu pemimpin pasar kripto di dunia. (*)