KABARBURSA.COM - Ekonomi Inggris mengalami kontraksi yang tak terduga pada bulan Oktober, demikian disampaikan oleh Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS).
Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat turun sebesar 0,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya, ujar ONS pada hari Jumat. Penurunan ini, menurut para pejabat, disebabkan oleh penurunan produksi. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters sebelumnya memperkirakan adanya kenaikan PDB sebesar 0,1 persen pada bulan Oktober.
Ini menjadi penurunan ekonomi kedua berturut-turut, setelah PDB juga turun 0,1 persen pada bulan September. Seperti dilansir CNBC di Jakarta, Jumat 13 Desember 2024.
PDB riil diperkirakan mengalami pertumbuhan 0,1 persen dalam tiga bulan hingga Oktober, dibandingkan dengan periode yang berakhir pada bulan Juli, menurut ONS.
Menteri Keuangan Inggris, Rachel Reeves, dalam keterangannya pada Jumat, mengakui bahwa data Oktober ini mengecewakan. Namun, ia tetap membela kebijakan ekonomi pemerintah yang kontroversial.
Inflasi Inggris pada Mei 2024 kembali mencapai level 2 persen. Ini adalah pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir inflasi turun ke angka tersebut. Data dari Office for National Statistics (ONS) menunjukkan bahwa inflasi ini adalah yang terendah sejak Juli 2021 dan lebih rendah dibandingkan April 2024 yang mencapai 2,3 persen.
Penurunan ini sejalan dengan target Bank of England (BOE) akibat melambatnya kenaikan harga bahan pangan seperti roti, sereal, sayuran, gula, selai, sirup, dan cokelat.
Inflasi jasa juga turun menjadi 5,7 persen dari 5,9 persen meskipun angka ini masih jauh di atas konsensus proyeksi sebesar 5,5 persen. Kenaikan tarif transportasi, akibat lonjakan harga bahan bakar, tetap menyumbang inflasi jasa.
Penurunan inflasi ini membuka peluang pemangkasan suku bunga. Gubernur BOE Andrew Bailey mungkin menjadi orang paling bahagia di Square Mile pagi ini, ujar Michael Brown, Ahli Strategi Riset Senior Pepperstone, seperti dikutip Reuters. Namun, dia menambahkan bahwa BOE akan menunggu hingga Agustus sebelum memangkas suku bunga.
Inflasi di Inggris pada bulan Maret 2024 mencapai 3,2 persen. Angka ini sedikit lebih rendah dari bulan Februari yang mencatat 3,4 persen.
Capaian ini masih lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters, yang memprediksi inflasi berada di level 3,1 persen. Kenaikan ini dipicu oleh harga makanan dan bahan bakar yang meningkat.
Inflasi inti, yang tidak mencakup energi, makanan, alkohol, dan tembakau, mencapai 4,2 persen dibandingkan dengan proyeksi sebesar 4,1 persen Inflasi jasa, yang menjadi perhatian utama para pembuat kebijakan moneter Inggris, turun dari 6,1 persen menjadi 6 persen
Minggu ini, investor mencermati tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja Inggris, dengan tingkat pengangguran yang secara tak terduga meningkat menjadi 4,2 persen pada periode antara Desember dan Februari. Pertumbuhan upah, tidak termasuk bonus, turun dari 6,1 persen di bulan Januari menjadi 6 persen di bulan Februari.
“Saya melihat bukti kuat bahwa suku bunga yang lebih tinggi berfungsi untuk menjinakkan laju kenaikan harga, yang telah mereda dari puncak 11,1 persen pada Oktober 2022,” kata Gubernur Bank of England, Andrew Bailey, pada Rabu 17 Maret 2024 lalu.
Namun, inflasi inti bulan Maret yang lebih tinggi dari perkiraan di atas 4 persen kemungkinan akan meningkatkan spekulasi bahwa inflasi lebih sulit dijinakkan dari perkiraan sebelumnya. Ini juga mungkin akan mempercepat waktu penurunan suku bunga pertama.
Perkiraan pasar berubah pada hari Rabu. Mayoritas investor kini memprediksi pemotongan suku bunga pertama sebesar 25 basis poin akan terjadi pada bulan September atau November, dari tingkat saat ini yang berada di level 5,25 persen.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.