KABARBURSA.COM - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengungkapkan rencana untuk membentuk sebuah holding UMKM yang bertujuan untuk menjembatani pengusaha UMKM dengan sektor industri besar.
Menurut Maman, keberadaan holding ini memberikan peluang bagi UMKM untuk berkembang lebih pesat. Kementerian UMKM akan memberikan berbagai dukungan, mulai dari pelatihan produksi, akses pembiayaan, penyusunan perencanaan bisnis, hingga penyediaan rantai pasok dan investor.
Dengan adanya ekosistem ini, UMKM dan industri besar tidak akan terpisah, melainkan terhubung dalam satu kesatuan yang saling mendukung.
"Harapan kami, holding ini akan mendorong UMKM untuk lebih berdaya, seperti dalam hal penyediaan pasokan atau suku cadang. Ini adalah contoh dari upaya kami untuk membangun konektivitas antara UMKM dengan industri besar," jelas Maman. Seperti dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa 10 Desember 2024.
Sebagai contoh konkret, Maman menyoroti industri otomotif yang sangat membutuhkan pasokan komponen. Di sektor ini, hubungan antara industri besar dan UMKM sudah terjalin dengan baik, menciptakan ekosistem yang saling mendukung, tuturnya.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan pentingnya kerja sama antara perguruan tinggi, kementerian terkait, dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam upaya meningkatkan daya saing produk lokal di pasar internasional.
Dalam konferensi pers di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Jumat, 6 Desember 2024, Budi menyampaikan bahwa sinergi tersebut bertujuan untuk mempersiapkan UMKM agar mampu bersaing secara global. Menurutnya, peran perguruan tinggi melalui program inkubasi bisnis sangat strategis dalam menciptakan wirausaha yang berorientasi ekspor.
“Kami bekerja sama dengan perguruan tinggi, Kementerian UMKM, dan UMKM itu sendiri untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan ekspor. Di sisi lain, kami juga memanfaatkan instrumen perwakilan perdagangan di luar negeri untuk memasarkan produk UMKM berkualitas ekspor,” ujar Budi.
Untuk mendorong ekspor UMKM, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menyiapkan berbagai program promosi melalui perwakilan di luar negeri, seperti Atase Perdagangan dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC).
“Kami menargetkan setiap negara memiliki kontribusi ekspor UMKM yang terukur. Perwakilan kami di luar negeri akan memberikan perhatian khusus untuk membantu produk UMKM masuk ke pasar internasional,” jelas Budi.
Ketika ditanya mengenai insentif bagi UMKM, Budi menjelaskan bahwa fokus utama saat ini adalah menyediakan program yang membuka akses pasar sekaligus meningkatkan kapasitas produksi pelaku UMKM. “Kami lebih menitikberatkan pada penguatan ekosistem ekspor, termasuk memperbaiki rantai pasok dan akses logistik yang lebih efisien,” tambahnya.
Kemendag optimis mampu meningkatkan total ekspor nasional hingga 9,6 persen pada tahun 2029. Meski demikian, kontribusi spesifik UMKM dalam target tersebut masih dalam tahap penghitungan.
“Kami sedang menyusun data yang lebih terintegrasi. Misalnya, ekspor kita ke India. Kami ingin mengetahui total ekspor ke negara tersebut, lalu menghitung berapa besar porsi yang berasal dari UMKM. Setelah data tersebut lengkap, barulah kami dapat menetapkan target peningkatannya di tiap negara,” ujar Budi.
Ia juga menekankan bahwa target ekspor UMKM akan disesuaikan dengan karakteristik pasar dan regulasi di masing-masing negara.
“Kita tidak bisa menyamaratakan target ekspor untuk China, India, atau Jepang, karena setiap negara memiliki kebutuhan dan regulasi yang berbeda. Oleh karena itu, strategi yang kami terapkan harus bersifat spesifik dan berbasis data,” tutupnya.
Salah satunya lewat program “UMKM Bisa Ekspor”. Program ini menjadi salah satu langkah strategis Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk mengoptimalkan peran perwakilan perdagangan luar negeri seperti Atase Perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC).
Perwakilan tersebut, yang tersebar di lebih dari 40 titik di 33 negara, berfungsi untuk mempromosikan produk UMKM dan membuka peluang bisnis internasional.
Tidak hanya itu, Kemendag juga fokus meningkatkan daya saing UMKM melalui berbagai inisiatif, seperti pelatihan ekspor, pendampingan desain produk, dan partisipasi dalam pameran internasional. Salah satu langkah nyata adalah penyediaan paviliun khusus di Trade Expo Indonesia, yang dirancang untuk UMKM dengan potensi ekspor tinggi.
Kemudian, Kemendag juga membantu lewat mekanisme business matching yang terjadwal mulai Januari 2025. Business matching tersebut akan mempertemukan UMKM dengan calon pembeli internasional, memberikan akses pasar yang lebih terarah.
Target ambisius Kemendag untuk meningkatkan ekspor nasional hingga 9,6 persen pada tahun 2029 juga mencakup kolaborasi dengan perguruan tinggi. Universitas berperan dalam menginkubasi bisnis yang berorientasi ekspor, menyediakan pelatihan, dan membina wirausaha agar siap bersaing di pasar global.
Dalam proses ini, Kemendag memanfaatkan data dan analisis terintegrasi untuk mengukur kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional, menargetkan pasar tertentu seperti India, China, dan Jepang berdasarkan kebutuhan spesifik masing-masing negara.
Strategi ini diperkuat dengan rencana Permendag yang menetapkan standar pameran ekspor luar negeri, termasuk desain dan kualitas ruang pameran untuk mencerminkan citra positif Indonesia.
Menteri Budi juga menekankan pentingnya hasil nyata dari pameran internasional, di mana setiap UMKM diharapkan memperoleh kontrak bisnis langsung. Sinergi antara pemerintah, universitas, dan pelaku UMKM diyakini akan memperkuat peran UMKM sebagai penggerak ekspor, memperluas jangkauan pasar, dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.