Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Inflasi November China Turun, Stimulus Ekonomi Belum Berdampak Maksimal

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 09 December 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Inflasi November China Turun, Stimulus Ekonomi Belum Berdampak Maksimal

KABARBURSA.COM - Inflasi konsumen di China mencapai titik terendah dalam lima bulan terakhir atau pada November 2024. Penurunan harga pangan segar menjadi salah satu penyebab utama, begitupun deflasi di sektor pabrik masih berlanjut. Data ini menunjukkan upaya Beijing untuk mendongkrak permintaan ekonomi tampaknya belum memberikan dampak signifikan.

Sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, China sedang bersiap menghadapi tarif baru dari kemungkinan pemerintahan Donald Trump yang kedua. Ditambah lagi, ada berbagai hambatan lain yang memperlambat laju pertumbuhan. Hal ini menunjukkan China mungkin perlu meluncurkan stimulus kebijakan tambahan untuk menjaga pertumbuhan ekonominya tetap stabil.

Dilansir dari Reuters, Senin, 9 Desember 2034, Data dari Biro Statistik Nasional China (NBS) menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) naik hanya 0,2 persen secara tahunan pada November 2024. Angka ini lebih rendah dibandingkan kenaikan 0,3 persen pada Oktober dan prediksi kenaikan 0,5 persen dalam jajak pendapat Reuters.

[caption id="attachment_104835" align="alignnone" width="1420"] Inflasi Konsumen (CPI) dan Produsen (PPI) di China menunjukkan tren deflasi, dengan inflasi konsumen turun ke level terendah dalam lima bulan terakhir pada November 2024. Data ini menggarisbawahi tekanan ekonomi, ditambah ancaman tarif baru dari pemerintahan Donald Trump.[/caption]

Secara bulanan, CPI turun 0,6 persen pada November, lebih tajam dari penurunan 0,3 persen pada Oktober dan proyeksi penurunan 0,4 persen. Statistisi NBS, Dong Lijuan, mengatakan penurunan bulanan ini dipicu oleh turunnya harga pangan sebesar 2,7 persen akibat faktor cuaca.

“Suhu rata-rata nasional pada November adalah yang tertinggi untuk periode serupa sejak 1961. Hal ini mendukung produksi dan transportasi hasil pertanian sehingga menekan harga pangan segar,” jelas Dong.

Deflasi Pabrik Berlanjut, Inflasi Inti Naik Tipis

Inflasi inti, yang mengecualikan harga makanan dan bahan bakar, naik tipis menjadi 0,3 persen pada November dari 0,2 persen pada Oktober.

Sementara itu, indeks harga produsen (PPI) turun 2,5 persen secara tahunan pada November. Meskipun penurunan ini lebih lambat dibandingkan penurunan 2,9 persen pada Oktober dan proyeksi penurunan 2,8 persen, deflasi di sektor pabrik telah berlangsung selama 26 bulan berturut-turut.

“Inflasi inti sedikit meningkat dan deflasi PPI mulai mereda yang menunjukkan bahwa langkah-langkah stimulus mendukung tekanan harga secara mendasar, meskipun belum cukup kuat. Kami memperkirakan kelebihan kapasitas akan terus menekan inflasi hingga 2025 dan seterusnya,” ujar Gabriel Ng, asisten ekonom di Capital Economics.

Pertumbuhan Ekonomi Masih Tertahan

Walaupun belanja rumah tangga meningkat dalam beberapa bulan terakhir–didorong oleh subsidi untuk kendaraan dan peralatan rumah tangga–hal ini belum cukup untuk membalikkan arah ekonomi China. Alih-alih menyuntikkan uang langsung ke pasar, Beijing mengumumkan paket utang sebesar 10 triliun yuan (sekitar USD1,37 triliun atau Rp21,79 triliun) pada November untuk meringankan beban pembiayaan pemerintah daerah.

Penasihat pemerintah China mendorong target pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen untuk 2025. Mereka meminta stimulus fiskal yang lebih kuat guna mengurangi dampak tarif baru Amerika Serikat terhadap ekspor China

Namun, prospek ekonomi China masih suram. Tantangan berupa tarif baru dari pemerintahan Donald Trump di Amerika Serikat dan sektor properti yang masih rapuh terus membayangi.

Fitch Ratings bahkan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk 2025 menjadi 4,3 persen dari 4,5 persen, sementara untuk 2026 menjadi 4,0 persen dari 4,3 persen. Penurunan ini disebabkan oleh risiko tarif AS yang lebih tinggi pada produk China.

Jadi, meskipun ada secercah perbaikan dari beberapa indikator, jelas ekonomi China masih menghadapi jalan terjal. Beijing perlu bertindak lebih agresif jika ingin menjaga ekonomi tetap bertumbuh dalam jangka panjang.

Tren Pelemahan

Berdasarkan survei yang dirilis pada Senin, 30 September 2024, tanda-tanda kebutuhan akan dukungan lebih besar semakin kuat di tengah upaya pemerintah menggencarkan stimulus.

Dilansir dari AP, Survei Caixin mengenai indeks manajer pembelian (purchasing managers) di China menunjukkan pesanan baru untuk sektor manufaktur pada September 2024 mengalami penurunan tercepat dalam dua tahun terakhir.

Data resmi yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China memperlihatkan penurunan yang lebih moderat, tetapi tetap mencatatkan kontraksi untuk bulan kelima berturut-turut. Indeks purchasing managers mencapai angka 49,8 pada September 2024, sedikit naik dari posisi terendah enam bulan di 49,1 pada Agustus. Angka di bawah 50 mengindikasikan kontraksi, sementara angka di atasnya menandakan ekspansi.

Survei tersebut menunjukkan produksi pabrik meningkat, sementara pesanan baru justru merosot.

Pasar saham China melonjak pada Senin, 30 September 2024, menyusul antusiasme terhadap sejumlah kebijakan stimulus yang diumumkan pekan lalu, termasuk penurunan suku bunga, pengurangan syarat uang muka untuk hipotek, serta pemangkasan cadangan wajib perbankan.

Indeks utama di pasar saham Shenzhen melesat 8,2 persen, sementara Indeks Shanghai Composite naik 5,7 persen.

“Stimulus yang diumumkan pekan lalu akan membantu meningkatkan aktivitas dalam beberapa bulan mendatang,” kata Gabriel Ng dari Capital Economics dalam sebuah laporan.

Namun, ia mencatat ketidakseimbangan antara kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan masih bertahan. Selain itu, kebijakan dagang terhadap China, seperti kenaikan tarif untuk kendaraan listrik dan barang-barang lainnya, juga akan membebani perekonomian.

“Dalam kondisi seperti ini, pemulihan yang signifikan memerlukan stimulus fiskal yang besar,” kata dia. “Hingga saat ini belum ada pengumuman resmi terkait dukungan fiskal, meski beberapa laporan media menunjukkan hal tersebut mungkin akan segera datang.”(*)