KABARBURSA.COM - Pemerintah Indonesia, melalui Utusan Khusus Presiden Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan rencana ambisius Presiden Prabowo Subianto untuk membangun 103 gigawatt pembangkit listrik baru. Rencana besar ini diperkirakan memerlukan investasi sebesar USD 235 miliar, atau sekitar Rp 3.709 triliun (kurs Rp 15.785).
"103 gigawatt berarti investasi kurang lebih 235 miliar dolar. Kita perlu investasi 15 miliar dolar tiap tahun lebih untuk mewujudkan program seperti ini," katanya di Jakarta, Rabu 4 Desember 2024.
Hashim menegaskan, dalam proyek ini, tidak akan ada tambahan penggunaan tenaga berbasis bahan bakar fosil selain gas. "Tidak akan lagi dipakai tambahan-tambahannya dari tenaga fosil fuel lain-lain selain dari gas," tambah dia.
lDia juga menyebutkan bahwa target ini membuka peluang besar bagi perusahaan-perusahaan untuk terlibat dalam proyek tersebut. Diperlukan peran puluhan hingga ratusan CEO dan perusahaan untuk menyukseskan rencana tersebut.
"Kita perlu puluhan sampai ratusan CEO dan perusahaan yang menyiapkan ini, ratusan Sebagai investor, sebagai operator, sebagai supplier, sebagai vendor, dan lain-lain," tandasnya
Sebelumnya, Hashim berhasil mengamankan pendanaan hijau sebesar EUR 1,2 miliar dari Kreditanstalt fur Wiederaufbau (KfW) dalam ajang COP 29 di Baku, Azerbaijan, pada 13 November 2024. Dana ini dialokasikan untuk pengembangan tambahan daya listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT), seperti energi panas bumi, tenaga air, hingga tenaga nuklir.
"Kita akan membangun pusat tenaga nuklir, dan seluruh rencana ini akan diselesaikan dalam 15 tahun. Ini adalah program masif yang telah ditetapkan pemerintah," jelasnya.
Sebagai bagian dari komitmen tersebut, telah ditandatangani nota kesepahaman (MoU) antara PT PLN (Persero) dan KfW untuk pengembangan proyek energi bersih seperti PLTA Pumped Storage dan transmisi yang terhubung dengan pembangkit hijau.
Hashim menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk mempercepat transisi energi. Dengan kolaborasi global, peralihan ke energi terbarukan diharapkan mampu mendukung swasembada energi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kami menargetkan pertumbuhan ekonomi minimal 8 persen secara berkelanjutan dalam lima tahun ke depan," ujar Hashim.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya untuk memperkenalkan kemampuan dan potensi industri peralatan listrik dan alat energi di Indonesia sekaligus membuka akses pasar ke kancah internasional, khususnya pasar Timur Tengah.
Langkah strategis ini direalisasikan melalui keikutsertaan pada ajang SAUDI ELENEX 2024 yang digelar di Riyadh, Arab Saudi pada 4-7 November 2024 lalu.
“Partisipasi Indonesia pada pameran SAUDI ELENEX 2024 ini merupakan wujud kerja sama antara Kemenperin RI dengan KBRI Riyadh dan Asosiasi Produsen Peralatan Listrik Indonesia (APPI),” kata Direktur Industri Permesinan dan alat Mesin Pertanian, Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Yan Sibarang Tandiele dalam keterangannya di Jakarta.
Yan mengemukakan, industri peralatan listrik dan alat energi merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN).
“Sehingga dukungan dari seluruh stakeholder sangat dibutuhkan dalam pengembangan industri peralatan listrik dan alat energi, terutama energi baru terbarukan,” ujarnya.
Kemenperin menghadirkan sembilan industri peralatan listrik dan energi dalam negeri, yaitu PT Apollo Solar Indonesia, PT Nurinda, PT Sintra Sinarindo Elektrik, PT Duraquipt Cemerlang, PT Polymindo Permata, PT Bambang Djaja, PT Trafindo Prima Perkasa, PT Symphos Elektrik, dan PT Asata Utama Electrical Industri. Mereka merupakan anggota dari APPI.
“Kami memandang pameran ini sangat potensial untuk meningkatkan akses pasar produk peralatan listrik ke Arab Saudi, mengingat Arab Saudi merupakan negara yang memiliki pasar alat kelistrikan dan alat energi yang besar. Selain itu, Arab Saudi juga menjadi salah satu hub perekonomian dan perdagangan di Timur Tengah,” paparnya.
SAUDI ELENEX 2024 yang digelar bersama dengan Saudi Build 2024 di Riyadh Convention Center and Exhibition Center, merupakan pameran international yang digelar secara rutin setiap tahun dan telah dilaksanakan sebanyak 25 kali. Pameran bergengsi ini secara khusus menampilkan berbagai produk ungulan kelistrikan, lighting, air conditioning, energi alternatif dan teknologi pengairan terbesar di Timur Tengah. Terdapat sekitar lebih dari 600 exhibitor dari 31 negara yang hadir pada pelaksanaan tahun ini.
Yan juga menyampaikan apresiasi kepada KBRI Riyadh yang telah mewujudkan Paviliun Indonesia pada gelaran SAUDI ELENEX 2024. Ia menambahkan, keikutsertaan Indonesia pada SAUDI ELENEX 2024 ini diyakini dapat meningkatkan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan dan kinerja ekspor sektor ILMATE.
“Fasilitasi dan kepesertaan industri pada promosi kemampuan produk ILMATE di kancah internasional diharapkan menjadi salah satu upaya dalam peningkatan akses pasar, daya saing dan pertumbuhan investasi sektor ILMATE,” imbuhnya.
Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Abdul Aziz Ahmad mengemukakan, KBRI Riyadh sangat mendukung keterlibatan industri Indonesia dalam pameran SAUDI ELENEX 2024. Apalagi, saat ini Arab Saudi sedang mengembangkan tiga jenis energi baru terbarukan (EBT), yaitu gelombang laut, surya, dan angin.
“Dengan demikian, produk peralatan listrik Indonesia khususnya modul surya memiliki potensi yang besar untuk masuk ke pasar Arab Saudi,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Umum APPI Yohanes Purnawan Widjaja juga menyatakan, keikutsertaan industri peralatan listrik Indonesia dalam SAUDI ELENEX 2024 membuktikan bahwa industri peralatan listrik Indonesia memiliki kualitas dan daya saing untuk masuk ke pasar internasional.
“Melalui pameran ini, diharapkan produk peralatan listrik Indonesia dapat memasuki pasar Arab Saudi dan kedepannya ke pasar Timur Tengah,” ucapnya.
Selama mengikuti pameran SAUDI ELENEX 2024, industri peralatan listrik juga menghadiri undangan business meeting dengan perusahaan sektor alat kelistrikan di Riyadh, Arab Saudi. Misalnya, Enviro System, perusahaan trading dan kontraktor alat kelistrikan di Riyadh, yang tertarik untuk bekerjasama dalam pemasaran produk transformator, panel TR, jointing dan terminating cable TM ke pasar Arab Saudi.
Selanjutnya, Desert Machinery yang merupakan perusahaan perakitan generator listrik di Riyadh dengan berbagai merek seperti Cummins, Kubota, Perkins, dan Volvo ini tertarik untuk menggunakan produk transformer dan panel buatan Indonesia.
Selain itu, Raissy Trading and Contracting Company Ltd, perusahaan penyedia barang dan kontraktor pekerjaan listrik dengan klien utama adalah Saudi Electric Company, yang tertarik untuk kerja sama investasi produk alat kelistrikan terutama produk transformator dan panel listrik.
Sebelumnya, APPI menargetkan industri peralatan listrik dapat tumbuh sebesar 10 persen hingga 15 persen pada akhir tahun 2024, dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi COVID-19, yakni pada tahun 2019.
“Harapan kami, industri ini dapat tumbuh minimal 10 persen hingga 15 persen,” ujar Yohanes, perwakilan dari APPI.
Ia menambahkan bahwa hingga saat ini, sekitar 85 persen dari total penyerapan produk peralatan listrik masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik, sementara sisanya, sekitar 10-15 persen, masih tersedia untuk pasar ekspor.
“Untuk pasar ekspor, porsi produk yang dikirim mungkin masih berkisar antara 10{9aa1bb259712806fa89468ca095aa3419cf9105023fc9dc50e5829db57ca82d5} hingga 15 persen. Negara tujuan ekspor utama kami mencakup kawasan Timur Tengah, seperti Yordania dan Arab Saudi, serta Amerika, Malaysia, dan Timor Leste,” jelas Yohanes. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.