KABARBURSA.COM - Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China mengumumkan bahwa negara tersebut akan memperpanjang pengecualian tarif untuk impor sejumlah produk asal Amerika Serikat (AS) hingga 28 Februari 2025.
Produk-produk yang terdaftar, seperti bijih logam tanah jarang, desinfektan medis, dan baterai nikel-kadmium, akan tetap dibebaskan dari tarif tambahan yang diberlakukan sebagai respons terhadap kebijakan Bagian 301 AS, demikian pernyataan komisi tersebut, yang dikutip Reuters di Jakarta pada Senin, 2 Desember 2024.
Namun, di sisi lain, China memberikan peringatan tegas terkait kemungkinan langkah-langkah pengendalian chip yang lebih ketat dari AS. Langkah ini diambil setelah munculnya laporan bahwa Pemerintahan Joe Biden berencana untuk mengumumkan pembatasan ekspor baru dalam waktu dekat.
Pada pekan lalu, Kamar Dagang AS menginformasikan kepada anggotanya melalui email bahwa pemerintahan Biden tengah mempertimbangkan untuk menambah 200 perusahaan chip China ke dalam daftar hitam perdagangan, yang akan membatasi sebagian besar pemasok AS dalam mengirimkan barang kepada mereka.
Menyikapi hal tersebut, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, He Yadong, menegaskan bahwa China sangat menentang ekspansi konsep keamanan nasional oleh AS dan penyalahgunaan kebijakan pengendalian yang ditujukan kepada perusahaan-perusahaan China.
He menambahkan bahwa jika AS tetap melanjutkan kebijakan pengendalian tersebut, China akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi hak-hak sah perusahaan-perusahaan China.
Kebijakan tarif selalu menjadi senjata utama Donald Trump dalam negosiasi perdagangan internasional, termasuk saat ia menjabat sebagai Presiden AS di periodepertama.
Dalam upayanya melindungi industri dalam negeri dan menekan negara-negara mitra dagang seperti Meksiko, Kanada, dan China, Trump berencana memberlakukan tarif besar-besaran yang berpotensi mengubah dinamika harga barang impor di pasar domestik.
Namun, di balik kebijakan ini, terdapat pertanyaan mendasar: bagaimana tarif ini bekerja, siapa yang sebenarnya membayar, dan seperti apa dampaknya terhadap harga dan ekonomi secara keseluruhan?
Tarif kembali menjadi sorotan setelah Presiden terpilih Donald Trump berjanji akan menerapkan tarif 25 persen untuk impor dari Meksiko dan Kanada, serta bea tambahan sebesar 10 persen untuk barang-barang dari China. Ancaman ini ditujukan untuk menekan negara-negara tersebut menghentikan arus imigran ilegal dan narkoba ke AS.
Dilansir dari Business Insider, Jumat, 29 November 2024, ancaman tarif Trump mungkin digunakan sebagai taktik negosiasi untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik dengan tiga mitra dagang utama AS. Namun, jika tarif benar-benar diberlakukan, dampaknya bisa dirasakan pada harga barang, lapangan kerja, dan ekonomi AS secara keseluruhan. Selain itu, risiko balasan dari Meksiko, Kanada, dan China dalam bentuk tarif baru dapat memicu perang dagang.
Tarif adalah pajak yang diberlakukan pemerintah untuk membawa barang dari luar negeri ke dalam negara. Perbedaan tarif dengan pajak biasa adalah tarif hanya diterapkan pada barang impor.
Tarif telah ada selama lebih dari 200 tahun dan dulunya digunakan untuk meningkatkan pendapatan negara. Sebelum pajak penghasilan diperkenalkan pada awal 1900-an, pemerintah AS mengandalkan tarif sebagai sumber pendapatan utama. Saat ini, tarif lebih sering digunakan untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan asing atau menghukum negara mitra dagang yang dianggap melanggar aturan.
Ketika tarif diberlakukan, pihak yang membayar adalah individu atau bisnis yang mengimpor barang tersebut ke AS. Uang tarif kemudian disetor ke Departemen Keuangan AS.
Sebagai contoh, jika perusahaan General Motors mengimpor suku cadang dari pabriknya di Meksiko untuk merakit mobil di AS, perusahaan itu harus membayar tarif atas suku cadang yang diimpor.
Petugas Bea dan Cukai AS mengumpulkan tarif di 328 pintu masuk, termasuk pelabuhan, bandara, dan pos perbatasan.
Tarif membuat biaya impor menjadi lebih mahal bagi para importir. Untuk menjaga agar keuntungan mereka tetap stabil, para importir biasanya membebankan tambahan biaya ini kepada pelanggan di dalam negeri, baik itu perusahaan maupun konsumen, dengan cara menaikkan harga jual barang mereka.
Kenaikan harga ini dapat menguntungkan produsen lokal karena membuat barang mereka relatif lebih murah dibandingkan produk impor. Sebagai contoh, tarif dapat membantu produsen pakaian di AS bersaing dengan perusahaan mode cepat dari China seperti Shein dan Temu.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.