Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Tiket Nataru Turun, Maskapai Terbantu Diskon Avtur: Awasi Pelayanannya!

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 28 November 2024 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Redaksi
Tiket Nataru Turun, Maskapai Terbantu Diskon Avtur: Awasi Pelayanannya!

KABARBURSA.COM - Pemerintah resmi mengumumkan kebijakan penurunan harga tiket pesawat sebesar 10 persen selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025. Kebijakan ini diambil dengan memangkas sejumlah biaya operasional, termasuk tarif kebandarudaraan, harga avtur, dan fuel surcharge. Langkah ini diharapkan dapat memberikan penghematan rata-rata Rp157.500 per tiket bagi masyarakat.

Pengamat penerbangan, Gatot Rahardjo, menilai kebijakan ini sebagai upaya positif untuk meringankan beban masyarakat. Di sisi lain, maskapai masih dapat bertahan meskipun fuel surcharge dikurangi, karena penurunan tersebut diimbangi dengan diskon harga avtur.

"Soal penurunan harga tiket 10 persen, menurut saya ini langkah yang adil. Kepentingan masyarakat terpenuhi, dan pemerintah turut berperan dengan memberikan diskon avtur serta potongan tarif PSC dan PJP4U. Maskapai juga tidak terlalu dirugikan karena harga avtur yang didiskon bisa menutup pengurangan fuel surcharge," ujar Gatot kepada Kabarbursa.com, Kamis 28 November 2024.

Meski begitu, Gatot menekankan pentingnya konsistensi pemerintah dalam menjalankan kebijakan ini, terutama memastikan bahwa diskon harga avtur benar-benar diterapkan seperti yang dijanjikan.

"Pemerintah harus memastikan diskon harga avtur benar-benar terealisasi, terutama jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (November), sesuai pernyataan Menko Infrastruktur," imbuhnya.

Selain itu, Gatot menyarankan pemerintah memberikan insentif kepada pengelola bandara dan Pertamina untuk menjaga kualitas pelayanan di bandara. Ia menekankan pentingnya memastikan layanan kepada penumpang, maskapai, dan pengguna jasa bandara lainnya tetap terjaga meski ada pengurangan biaya operasional.

"Pemerintah juga perlu memberikan insentif kepada pengelola bandara dan Pertamina agar kualitas pelayanan di bandara, baik untuk penumpang maupun maskapai, tidak menurun," jelasnya.

Gatot turut menyoroti dua bandara utama, Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai, yang menjadi pusat aktivitas penerbangan. Ia menegaskan bahwa potongan tarif seperti PSC dan diskon avtur harus diberlakukan di kedua bandara ini karena dampaknya sangat besar.

"Diskon harga avtur juga harus diterapkan di Bandara Soekarno-Hatta, karena mayoritas penerbangan berpusat di sana," tutup Gatot.

Dampak Jangka Panjang

Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia, Azril Azahari, menyampaikan kritik terhadap kebijakan pemerintah yang menurunkan harga tiket pesawat sebesar 10 persen, yang berlaku hanya hingga 8 Januari 2024.

Menurutnya, langkah ini tidak akan memberikan dampak jangka panjang bagi sektor pariwisata Indonesia.

“Penurunan harga tiket ini hanya bersifat sementara, lalu setelah itu bagaimana? Ini akan membuat masyarakat kecewa. Pemerintah hanya menurunkan harga avtur dari Pertamina yang terlalu mahal, tetapi masalahnya adalah monopoli dalam tata kelola sektor energi,” kritik Azril saat dihubungi Kabarbursa.com, Kamis, 28 November 2024.

Selain mengkritik kebijakan tiket pesawat, Azril juga menyoroti tata kelola sektor pariwisata yang dinilainya masih jauh dari harapan. Ia mengungkapkan kekhawatiran terhadap pengelolaan destinasi wisata super prioritas, seperti Mandalika, yang pembiayaannya dibebankan pada anggaran negara.

“Contoh sederhana seperti Mandalika, hutang pembangunan proyek itu dibebankan kepada APBN kita. Itu tidak adil bagi rakyat. Seharusnya proyek seperti ini tidak dibiayai dengan cara yang membebani keuangan negara,” tambahnya.

Menurut Azril, pengelolaan destinasi wisata super prioritas seharusnya dilakukan secara profesional dan terencana dengan melibatkan pihak-pihak yang memahami sektor pariwisata secara mendalam. Ia menilai bahwa pendekatan yang digunakan pemerintah saat ini masih terlalu mengandalkan pola bisnis konvensional yang tidak sesuai dengan kebutuhan sektor pariwisata.

Azril menekankan pentingnya perencanaan jangka panjang berbasis data untuk memastikan sektor pariwisata dapat berkembang secara berkelanjutan.

“Pemerintah harus mengerti bahwa bisnis pariwisata itu sangat berbeda dengan bisnis biasa. Kalau kita ingin pariwisata menjadi unggulan, kita harus berinvestasi dengan cara yang bijak dan berkelanjutan,” tegasnya.

Azril mengakhiri dengan peringatan bahwa tanpa perencanaan strategis yang matang, sektor pariwisata Indonesia hanya akan menjadi potensi besar yang tidak pernah terealisasi.

“Tanpa itu, sektor ini akan terus tertinggal, dan kita hanya akan menjadi sektor dengan potensi besar yang tidak terealisasi dengan baik,” pungkas Azril.

Pemerintah Berencana Turunkan Harga Tiket

Pemerintah mengumumkan penurunan harga tiket pesawat sebesar 10 persen selama periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025..

Langkah ini diambil setelah dilakukan pemangkasan sejumlah komponen yang memengaruhi harga tiket pesawat, seperti biaya kebandarudaraan, avtur, dan fuel surcharge.

Penurunan harga tiket pesawat ini berlaku di seluruh bandara di Indonesia, sementara diskon harga avtur diterapkan di 19 bandara utama, mengikuti tarif yang berlaku di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.

Pemerintah juga menetapkan penurunan fuel surcharge untuk pesawat jet sebesar delapan persen menjadi dua persen, dan diskon untuk pesawat propeller sebesar lima persen menjadi 20 persen.

Selain itu, tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) dan Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, dan Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U) juga dipangkas masing-masing hingga 50 persen.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bersama dengan Satuan Tugas (Satgas) Penurunan Harga Tiket Pesawat lintas kementerian dan BUMN telah menggelar diskusi dengan berbagai pihak, termasuk maskapai penerbangan, untuk mencapai kesepakatan ini.(*)