Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Wall Street Minggu Depan Fokus pada Black Friday

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 24 November 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Wall Street Minggu Depan Fokus pada Black Friday

KABARBURSA.COM - Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street pekan depan diprediksi akan lebih fokus pada Black Friday atau musim belanja liburan 2024.

Black Friday adalah hari belanja terbesar di Amerika Serikat yang jatuh pada hari Jumat di minggu ketiga November. Di hari tersebut, toko-toko akan menawarkan diskon besar-besaran dan promosi menarik kepada para pembeli.

Black Friday juga dikenal sebagai "Hari Belanja Sedunia". karena kebiasaan ini menyebar ke berbagai negara.

Nah, musm belanja liburan di Amerika Serikat ini menjadi indikatoe penting untuk melihat daya beli masyarakat di tengah tantangan ekonomi seperti sekarang ini.

Diketahui, tahun ini sektor ritel menghadapi tantangan inflasi yang mereda, tetapi masih sangat membebani daya beli masyarakat.

Dengan konsumen yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi Amerika Serikat, maka perilaku mereka selama musim liburan akan memberikan dampak signifikan mengenai kesehatan ekonomi negara tersebut.

Kinerja Pasar dan Laporan Keuangan

Pada sepekan kemarin, indeks S&P 500 mencatatkan kenaikan sebesar 1,7 persen. Kenaikan ini mendekati rekor tertinggi setelah hasil kuartal ketiga yang solid dengan pertumbuhan laba perusahaan, yaitu 9 persen dibandingkan tahun lalu.

Sayangnya, hasil laporan keuangan dari dua peritel besar, memberikan sinyal yang kontras.

Walmart melaporkan terjadinya peningkatan prospek penjualan dan laba tahunan yang naik untuk ketiga kalinya. Artinya, ketangguhan bisnis Walmart sangat terlihat.

Sebaliknya, target mengalami penurunan tajam, utamanya dalam harga sahan setelah proyeksi penjualan dan laba yang lebih rendah. Hal ini mencerminkan tekanan yang terjadi pada konsumen untuk memilih barang-barang esensial di tempat lain, selain Walmart.

Di sini sangat terlihat, bahwa konsumen masih berada di bawah tekanan.

Meskipun tingkat inflasi berhasil diturunkan dari puncaknya pada 40 tahun lalu, banyak konsumen masih merasa daya beli mereka melemah.

"Konsumen terus merasa uang mereka tidak cukup untuk membeli, seperti sebelumnya," kata Abby Roach dari Allspring Global Investments.

Survey Morgan Stanley mendukung hal tersebut. Survey mengungkap, sebanyak 35 persen konsumen optimis akan menghabiskan liburan mereka dengan lebih banyak berbelanja dibandingkan tahun lalu. Tetapi, mereka akan tetap selektif dan membatasi pengeluaran hanya pada kategori tertentu.

Kinerja Saham Peritel

Sepekan kemarin, saham peritel menunjukkan kinerja yang beragam. Walmart, misalnya, mengalami lonjakan lebih dari 70 persen sepanjang tahun ini. Kenaikan signifikan tersebut didorong oleh pengelolaan bisnis yang efisien.

Selanjutnya, Costco juga naik sebanyak 46 persen, begitu pula dengan amazon - yang mengandalkan bisnis komputasi awan - naik 30 persen.

Sebaliknya, peritel diskon seperti Dollar General dan Dollar Tree, mengalami penurunan masing-masing 40 persen dan 50 persen. Kondisi ini mencerminkan dampak inflasi pada konsumen berpenghasilan rendah.

Saham target juga turun sebesar 12 persen, dengan analisis mencatat adanya tantangan perusahaan dalam mempertahankan identitas uniknya di sektor ritel.

Terkait dengan Black Friday, akan erat kaitannya dengan pengaruh terhadap kebijakan dan ekonomi.

Musim belanja liburan ini menjadi perhatian serius Federal Reserve. Dengan dirilisnya Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) pada 27 November, maka diketahui bahwa inflasi tahunan naik sebesar 2,3 persen untuk Oktober kemarin.

Data ini nantinya akan  mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed di masa depan. Pengeluaran konsumen yang kuat dapat mendukung narasi pemulihan ekonomi, tetapi juga meningkatkan risiko rebound inflasi.

Selanjutnya, meskipun ada optimisme kenaikan daya beli masyarakat, namun melanjang akan tidak merata di semua kategori.

Peritel besar seperti Best Buy, Macy's, Nordstrom, dan Urban Outfitters, yang akan melaporkan pendapatan mereka di pekan depan, akan menjadi sorotan untuk memahami tren ini lebih dalam.

"Perusahaan bisa merasakan lebih banyak kegembiraan liburan tahun ini. Tetapi ingat, konsumen akan tetap selektif," begitu menurut analisis Morgan Stanley.

Jadi, dapat disimpulkan, bahwa musim belanja liburan 2024 atau yang dikenal dengan Black Friday, akan menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi sektor ritel.

Beberapa peritel besar seperti Walmart, akan menunjukkan ketangguhannya, sementara yang lain tetap menghadapi tekanan dari konsumen yang semakin selektif dan cermat dalam pengeluaran.

Dengan ekonomi yang terus beradaptasi dari dampak inflasi tinggi dalam beberapa tahun terakhir, musim liburan ini sepertinya akan menjadi indikator penting untuk menentukan arah ekonomi AS di tahun depan.

Artinya, jika konsumen dapat mempertahankan pengeluaran yang stabil, maka ini akan memberikan dorongan pada ekonomi menjadi lebih baik.

Tetapi, peritel tetap harus memastikan bahwa mereka menawarkan nilai yang cukup untuk menarik pembeli tanpa mengorbankan margin keuntungan mereka.(*)