Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Serangan Rudal Balistik Rusia ke Ukraina Tanda Bahaya untuk NATO

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 22 November 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Serangan Rudal Balistik Rusia ke Ukraina Tanda Bahaya untuk NATO

KABARBURSA.COM - Sebuah rudal balistik baru yang ditembakkan oleh Rusia menghantam fasilitas industri militer di kota Dnipro, Ukraina, pada Kamis, 21 November 2024. Serangan kali ini memberi pesan lebih berbahaya: peringatan langsung kepada NATO.

Beberapa jam setelah serangan itu, publik berspekulasi tentang penggunaan rudal balistik antarbenua. Presiden Vladimir Putin pun muncul secara mengejutkan di televisi Rusia untuk menjelaskan. Ia menyebut rudal itu sebagai jenis baru dengan kategori rudal balistik jarak menengah yang mampu melesat menuju target dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara.

“Sistem pertahanan udara modern dan pertahanan rudal buatan Amerika di Eropa tidak bisa mencegat rudal semacam ini,” tegas Putin dengan nada dingin, dikutip dari AP, Jumat, 22 November 2024.

Serangan ini menandai penggunaan pertama rudal jenis tersebut, baik dalam perang ini maupun dalam konflik mana pun.

Eskalasi di Tengah Ketegangan

Peristiwa dramatis ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat. Ukraina melancarkan serangan ke target Rusia menggunakan rudal jarak jauh buatan Amerika setelah pembatasan penggunaannya dilonggarkan. Sebagai tanggapan, Putin menurunkan ambang batas penggunaan arsenal nuklir Rusia.

Putin menyebut rudal itu “Oreshnik,” yang berarti "pohon hazelnut" dalam bahasa Rusia, dan menyatakan uji coba tempur pertama rudal ini berjalan sukses. Rudal ini dikembangkan sebagai respons terhadap pengembangan rudal jarak menengah Amerika.

Menurut pejabat militer Ukraina, rudal itu diluncurkan dari wilayah Astrakhan, Rusia, di Laut Kaspia, sekitar 800 kilometer dari Dnipro. Rudal ini memiliki kemampuan membawa hulu ledak konvensional berat dan bahkan beberapa hulu ledak nuklir.

Ancaman Baru untuk Barat

Putin memuji rudal tersebut sebagai bagian terbaru dari persenjataan hipersonik Rusia yang mampu mencapai target pada kecepatan Mach 10. Kemampuan ini membuat sistem pertahanan Barat, termasuk Patriot buatan AS, nyaris tak berdaya.

“Rudal ini mampu melepaskan beberapa hulu ledak secara independen dengan kecepatan tinggi. Bahkan sistem Patriot akan kesulitan mencegatnya,” kata Direktur Ilmu Militer di Royal United Services Institute, Matthew Savill.

Savill menilai serangan ini adalah peringatan mengerikan dari Rusia. “Pesannya jelas: kami memiliki senjata yang tidak bisa Anda hadapi, dan ya, ini bisa dilengkapi dengan nuklir,” katanya.

Pesan Putin untuk NATO

Putin menggambarkan penggunaan Oreshnik sebagai tanggapan atas serangan Ukraina yang menggunakan senjata buatan Barat di wilayah Rusia. “Kami percaya kami memiliki hak untuk menggunakan senjata kami terhadap fasilitas militer negara-negara yang mengizinkan senjatanya digunakan melawan fasilitas kami,” ujar Putin.

Sebagai langkah “kemanusiaan,” Rusia akan memperingatkan terlebih dahulu jika meluncurkan rudal ini kembali dan memungkinkan warga sipil untuk mencari perlindungan. Namun, Putin menegaskan, peringatan itu tidak akan mengurangi efektivitas serangan.

Ia juga memperingatkan negara-negara Barat agar berhati-hati. “Saya sarankan elite penguasa negara-negara yang berencana menyerang Rusia untuk berpikir ulang,” katanya.

Tanggapan Ukraina dan Barat

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengecam serangan ini. Ia menuding Rusia menjadikan negaranya sebagai “medan uji coba.” “Hari ini, tetangga gila kita kembali menunjukkan siapa mereka sebenarnya: tidak menghormati martabat, kebebasan, atau nyawa manusia,” katanya.

Sementara itu, pejabat AS menyebut Rusia hanya memiliki beberapa rudal jenis ini yang masih dalam tahap eksperimen dan tidak akan digunakan secara rutin.

Menteri Pertahanan Inggris John Healey menyatakan perang telah memasuki momen serius dengan garis depan yang lebih tidak stabil dibandingkan sebelumnya. “Kita melihat eskalasi nyata dari Putin dan pasukannya dalam beberapa minggu terakhir,” ujarnya.

Serangan ini menambah ancaman dalam konflik yang telah menelan korban tak terhitung di kedua sisi, sekaligus mempertegas ancaman nyata penggunaan senjata hipersonik dalam konflik modern.

AS Tutup Kedutaan

AS sebelumnya menutup kedutaannya di Kyiv, Ukraina, pada Rabu, 20 November 2024. Negeri Paman Sam itu beralasan adanya ancaman serangan udara besar sehari setelah Ukraina menggunakan rudal AS untuk menyerang Rusia. Rusia pun menyebut tindakan ini sebagai eskalasi perang.

Di siang hari, kemarin, sirene serangan udara berbunyi di Kyiv dan kangsung memicu kepanikan. Badan intelijen militer Ukraina menyatakan Rusia berusaha menciptakan ketakutan melalui penyebaran pesan palsu secara daring tentang ancaman serangan rudal dan drone besar-besaran.

“Musuh, yang tidak mampu menundukkan rakyat Ukraina dengan kekuatan, menggunakan intimidasi dan tekanan psikologis terhadap masyarakat. Kami meminta Anda tetap waspada dan tegar,” kata badan tersebut, dikutip dari Reuters, Kamis, 21 November 2024.

Seorang sumber pemerintah AS mengatakan penutupan kedutaannya di Ukraina lantaran adanya ancaman serangan udara yang sedang berlangsung. Kedutaan Italia dan Yunani juga dilaporkan menutup pintunya, sementara kedutaan Prancis tetap buka tetapi memperingatkan warganya untuk berhati-hati.

Departemen Luar Negeri AS menyatakan kedutaan di Kyiv diperkirakan akan melanjutkan operasi normal pada Kamis. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menegaskan pesan-pesan yang menciptakan kepanikan hanya menguntungkan Rusia, tetapi meminta rakyat Ukraina untuk tetap memperhatikan peringatan serangan udara.

“Sebanyak apa pun serangan brutal dan licik Rusia yang telah kita hadapi… sangat penting untuk selalu memperhatikan peringatan serangan udara,” kata Zelenskiy dalam pidato malamnya. “Kita memiliki tetangga yang tidak waras.”

Zelenskiy juga menyampaikan terima kasih atas paket bantuan militer baru dari Amerika Serikat senilai USD275 juta, yang meliputi amunisi, drone, dan rudal.(*)