Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Pertamina Pasarkan Biovatur dari Minyak Jelantah untuk Bahan Bakar Pesawat

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 19 November 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Pertamina Pasarkan Biovatur dari Minyak Jelantah untuk Bahan Bakar Pesawat

KABARBURSA.COM - PT Pertamina (Persero) berencana untuk memasarkan Sustainable Aviation Fuel (SAF), atau biovatur, yang terbuat dari minyak goreng bekas, atau lebih dikenal dengan minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO), pada tahun 2025.

Langkah ini menjadi bagian dari upaya perusahaan dalam mendukung dekarbonisasi industri penerbangan global dan memperkenalkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Inovasi ini juga menjadi sorotan dalam forum internasional, The 29th Conference of the Parties (COP29) UNFCCC, yang digelar di Baku, Azerbaijan.

Pada kesempatan tersebut, SVP Research & Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza, menjelaskan bahwa sebelumnya, pengembangan SAF menggunakan bahan baku minyak kelapa sawit dalam bentuk crude palm oil (CPO) atau refined bleached deodorized palm kernel oil (RBDPKO).

Namun, dalam upaya lebih lanjut, perusahaan mengadopsi teknologi pengolahan baru yang berbasis pada jalur Hydroprocessed Esters and Fatty Acids (HEFA), yang memungkinkan konversi minyak jelantah menjadi bahan bakar yang kompatibel dengan infrastruktur penerbangan yang ada. Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan SAF yang lebih terjangkau dan berkelanjutan.

"Penggunaan SAF berbahan baku minyak jelantah ini menjadi langkah signifikan, di mana pada kuartal pertama tahun 2025, kami menargetkan untuk mulai mengoperasikan SAF dalam joy-flight di pesawat Pelita Air, maskapai yang berada di bawah naungan Pertamina Group," ujar Oki Muraza dalam keterangannya pada Senin, 18 November 2024.

Joy-flight ini adalah penerbangan percobaan yang bertujuan untuk menunjukkan penggunaan bahan bakar alternatif ini dalam operasional penerbangan.

Untuk distribusi dan pemasaran SAF berbasis UCO, Pertamina akan menggandeng Pertamina Patra Niaga, yang merupakan Subholding Commercial & Trading perusahaan tersebut.

Pada ajang Bali International Air Show pada September 2024, Pertamina Patra Niaga sudah memulai langkah pra-pemasaran dengan melakukan kerja sama dengan beberapa maskapai penerbangan di kawasan Asia Tenggara. Kerja sama tersebut menjadi landasan untuk memperkenalkan SAF lebih luas sebelum produksi massal dimulai pada kuartal pertama tahun 2025.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, mengungkapkan bahwa pengembangan bahan bakar pesawat berbasis minyak jelantah ini bukan hanya sebagai solusi ramah lingkungan, tetapi juga sebagai strategi inovatif yang sejalan dengan upaya dekarbonisasi industri penerbangan.

"Dengan SAF berbasis UCO, kami bisa mengurangi emisi hingga 84 persen dibandingkan dengan bahan bakar jet konvensional," kata Riva.

Ini merupakan langkah besar dalam mengurangi dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi karbon dari sektor transportasi udara.

Selain mengurangi emisi karbon, SAF berbasis UCO juga memberikan nilai tambah dari sisi pemanfaatan bahan baku yang sebelumnya dianggap sebagai limbah.

Minyak jelantah, yang banyak dihasilkan oleh industri kuliner dan rumah tangga, kini dapat dimanfaatkan secara produktif.

Pertamina Patra Niaga berperan penting dalam menjaring dan mengumpulkan minyak jelantah dari berbagai sumber. Perusahaan ini memanfaatkan jaringan distribusi SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) yang tersebar di seluruh Indonesia sebagai hub pengumpulan UCO.

Setelah minyak jelantah terkumpul, minyak tersebut akan dikirim ke anak perusahaan Pertamina, yakni Kilang Pertamina Internasional (KPI), untuk diproses menjadi SAF.

Setelah proses pengolahan, SAF kemudian dipasarkan kembali oleh Pertamina Patra Niaga untuk digunakan oleh industri penerbangan. Saat ini, potensi pengumpulan minyak jelantah di Indonesia diperkirakan mencapai 1,24 juta kiloliter per tahun, yang menunjukkan potensi besar dalam mendukung produksi bahan bakar ramah lingkungan ini.

Namun, tantangan terbesar dalam produksi SAF berbasis UCO adalah kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mengumpulkan minyak jelantah. Pertamina berencana meningkatkan volume pengumpulan UCO secara signifikan.

"Kami menargetkan pengumpulan minyak jelantah bisa meningkat dari 0,3 juta ton pada 2023 menjadi 1,5 juta ton pada 2030, yang akan mendukung produksi SAF dan bahan bakar rendah karbon lainnya," ujar Riva Siahaan.

Upaya ini akan membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengumpulkan minyak jelantah secara teratur.

Inisiatif ini juga merupakan bagian dari strategi Pertamina One Solution, sebuah pendekatan holistik yang mengintegrasikan berbagai solusi energi berkelanjutan.

Dari pengumpulan limbah minyak goreng hingga distribusi bahan bakar ramah lingkungan, Pertamina berkomitmen untuk menghadirkan solusi yang tidak hanya mendukung keberlanjutan energi di Indonesia, tetapi juga berkontribusi terhadap upaya global dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

Riva menambahkan, pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku SAF juga mendukung prinsip ekonomi sirkular. Di mana limbah tidak hanya dibuang, tetapi diolah dan dimanfaatkan kembali untuk menghasilkan produk yang bernilai tinggi.

Selain itu, SAF berbasis UCO diharapkan dapat berperan penting dalam upaya dekarbonisasi sektor penerbangan yang selama ini menjadi salah satu kontributor emisi karbon terbesar.

Sebagai perusahaan energi nasional, Pertamina berkomitmen untuk mempercepat transisi energi menuju sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Melalui program Pertamina One Solution, perusahaan terus berinovasi untuk menyediakan berbagai solusi energi yang tidak hanya mendukung keberlanjutan di Indonesia, tetapi juga secara global.

Program ini menegaskan peran penting Pertamina dalam mendukung transformasi energi dan upaya dekarbonisasi di sektor-sektor utama, termasuk industri penerbangan.

Dengan langkah ini, Pertamina tidak hanya berfokus pada peningkatan volume produksi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tetapi juga berperan dalam menciptakan ekosistem yang lebih berkelanjutan, di mana limbah dapat berputar kembali menjadi sumber daya yang memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat. Langkah ini menjadi contoh nyata dari bagaimana perusahaan energi dapat berperan dalam solusi terhadap tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak.