KABARBURSA.COM - Bank Indonesia melaporkan bahwa posisi utang luar negeri Indonesia pada Oktober 2024 meningkat sebesar USD 2,7 miliar, menjadi USD 427,8 miliar, dibandingkan dengan posisi pada Agustus yang tercatat sebesar USD 425,1 miliar.
Secara tahunan, utang luar negeri mengalami pertumbuhan sebesar 8,3 persen (year on year / YoY). Dalam rupiah, posisi utang luar negeri (ULN) tersebut setara dengan Rp 6.790,9 triliun (dengan kurs 15.874 per dolar AS).
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Ramdan Denny Prakoso, menyampaikan bahwa perkembangan ULN tersebut sebagian besar berasal dari sektor publik.
“Posisi ULN kuartal III/2024 juga dipengaruhi oleh pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip di Jakarta pada Sabtu, 16 November 2024.
Meski terjadi kenaikan secara keseluruhan, Denny menekankan bahwa utang luar negeri pemerintah tetap terjaga dengan baik. Pada kuartal III/2024, posisi ULN pemerintah tercatat sebesar USD 204,1 miliar, atau tumbuh 8,4 persen YoY, setelah sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 0,8 persen pada kuartal II/2024.
Perkembangan ini dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri serta peningkatan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik, yang menunjukkan tetap terjaganya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia.
Di sisi lain, ULN swasta justru mengalami penurunan. Pada kuartal III/2024, posisi ULN swasta tercatat sebesar USD 196 miliar, atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,6 persen YoY, setelah mencatatkan pertumbuhan tipis sebesar 0,02 persen pada kuartal II/2024. Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan yang tercatat sebesar 3,2 persen YoY.
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari sektor Industri Pengolahan, Jasa Keuangan dan Asuransi, Pengadaan Listrik dan Gas, serta Pertambangan dan Penggalian. Total kontribusi sektor-sektor tersebut mencapai 79,3 persen dari total ULN swasta.
Denny menekankan bahwa untuk menjaga struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah akan terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
“Peran ULN akan terus dioptimalkan untuk mendukung pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” ujarnya.
Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2024 mencapai sebesar USD425,1 miliar, tumbuh 7,3 persen secara tahunan (year on year/yoy). Hal ini dipicu oleh pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, masih pada Agustus 2024, posisi ULN pemerintah tumbuh 4,6 persen (yoy) mencapai USD200,4 miliar. Dari bulan sebelumnya, angka ini naik tipis 0,6 persen (yoy).
“Perkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik, seiring dengan semakin terjaganya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin, 14 Oktober 2024.
Sebagai salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tutur Ramdan, pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
“ULN pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja,” sambung Ramdan.
Lebih lanjut, ia merinci belanja pada sektor-sektor tersebut. Sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (20,9 persen dari total ULN pemerintah), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (18,9 persen), jasa pendidikan (16,8 persen), konstruksi (13,6 persen), serta jasa keuangan dan asuransi (9,3 persen).
Sementara itu, posisi ULN pemerintah tetap terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah.
Di sisi lain, pada Agustus 2024, Ramdan menyampaikan bahwa posisi ULN swasta tercatat sebesar USD197,8 miliar, atau tumbuh sebesar 1,3 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Juli 2024 sebesar 0,5 persen (yoy).
Perkembangan ULN tersebut terutama didorong oleh ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang mencatatkan pertumbuhan 1,6 persen(yoy).
“Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 79,3 persen dari total ULN swasta. ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,5 persen terhadap total ULN swasta,” papar Ramdan.
Karena itu, ia menambahkan, struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal ini tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang terjaga sebesar 31,0 persen, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 84,3 persen dari total ULN.
Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.(*)