KABARBURSA.COM – PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mengumumkan aksi korporasinya melalui rencana akuisisi saham 91,99 persen PT Suryamas Dutamakmur Tkb (SMDM).
Aksi korporasi yang dilakukan BSDE berpeluang menjadi katalis positif bagi pertumbuhan saham perseroan. Melalui akuisisi mayoritas saham SMDM, BSDE berpeluang menuai hasil positif dalam jangka menengah.
“Menurut kami aksi korporasi yang dilakukan BSDE ini dapat menjadi katalis positif untuk emiten dalam mencapai pertumbuhan bagi suatu perusahaan. Ya, aksi korporasi ini berpeluang memberikan hasil positif dalam jangka menengah,” kata Analis Kiwoom Sekurias, Vicky Rosalinda, kepada Kabar Bursa, Sabtu, 3 Agustus 2024.
Rosalinda menyebut, kinerja apik yang dipertahankan BSDE hingga pertengahan semester 2024 ini juga menopang langkah perseroan mencapai target tahunannya. Sebagaimana diketahui, BSDE membukukan marketing sales di semester awal 2024 ini sebesar Rp4,84 triliun dengan tumbuh 1 persen dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp4,79 triliun. Hasil ini merupakan sekitar 51 persen dari proyeksi prapenjualan sepanjang 2024 senilai Rp9,50 triliun.
Kendati demikian, Rosalinda menilai, kinerja keuangan tak cukup untuk mengukur prospek jangka panjang BSDE. Menurutnya, para investor perlu melihat dari beberapa sektor untuk mengukur keberhasilan aksi korporasi BSDE yang mencaplok mayoritas saham SMDM.
“Kami mengira hal itu disebabkan ekspektasi para pelaku pasar terhadap SMDM yang akan bertumbuh sehingga pergerakan saham SMDM melonjak naik,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, saham SMDM sendiri terpantau mengalami lonjakan yang signifikan di pekan ini. Adapun lonjakan saham SMDM sendiri menjadikannya masuk dalam kategori emiten unusual market activity (UMA) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan data perdagangan RTI Business, saham SMDM ditutup menguat atau 24,59 persen dari rentang harga Rp90 hingga Rp456 per lembar saham pada perdagangan kemarin, Jumat, 2 Agustus 2024. Adapun jumlah lot yang diperdagangkan hingga 352 ribu saham dengan nilai transaksi Rp16 miliar.
“Dari kinerja keuangan kuartal I 2024, SMDM lebih tumbuh signifikan dari sisi pendapatan dan laba bersihnya dibandingkan BSDE,” ungkap Rosalinda.
Lebih jauh, Kiwoom sendiri memberi rekomendasi untuk BSDE Trading Buy dengan target price di rentang harga Rp1.120–Rp1.140. Sementara untuk SMDM, Kiwoom merekomendasikan untuk wait and see mengingat harga sahamnya yang mulai tinggi.
Senior Investment Information Mirae Asset, Nafan Aji Gusta menuturkan, sektor properti mengalami perbaikan kinerja yang baik jika ditinjau secara benchmark. Dia menilai, sektor properti melakukan berbagai langkah strategis yang cukup progresif sebagaimana yang dilakukan BSDE.
“Jadi kalau selama improve-nya terus menunjukkan kinerja yang progresif, nanti ya kedepannya akan menjadi leading sector,” kata Nafan saat dihubungi Kabar Bursa, Jumat, 2 Agustus 2024.
Nafan menilai, pertumbuhan sektor properti juga tak terlepas dari berbagai kebijakan yang diterapkan pemerintah dan Bank Indonesia (BI). Karenanya, dia menila sektor properti masih akan tetap mempertahankan kinerja positifnya hingga kuartal IV 2024.
Nafan menuturkan, kinerja apik sektor properti juga ditopang oleh stabilitas dan pertumbuhan perekonomian domestik. Di sisi lain, ekspansi di berbagai lokasi strategis yang dilakukan sektor properti juga dinilai tepat dalam menopang pertumbuhannya.
Ditambah lagi dengan berbagai kebijakan yang akan dijalankan oleh pemerintah, seperti Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Di sisi lain, kata Nafan, golongan kelas menengah juga mulai menaruh minat membeli unit perumaha.
”Kalau implementasinya berjalan dengan baik ya itu juga akan membantu perkembangan sektor properti ya. Ini juga misalnya bisa kalau implementasi bagus, itu yang paling penting,” ungkapnya.
“Ya, paling tidak ini juga mampu menciptakan pertumbuhan marketing sales. Ya, realisasi pertumbuhan marketing sales,” tutupnya.
Sementara itu, berdasarkan analisa Phintraco Sekuritas, sektor properti akan tetap prospektif meski suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) naik. Phicantraco Sekuritas menyebut, pembiayaan KPR masih mencatatkan pertumbuhan meski terbatas di periode suku bunga yang tinggi di tahun 2023.
KPR pada FY23 tumbuh 10,24 persen secara tahunan (yoy) jika dibandingkan FY22. Sementara pada Februari 2024, KPR tercatat tumbuh sebesar 13,01 persen yoy. Dari sisi kualitas aset, Non-Performing Loan (NPL) sektor properti pada FY23 relatif stabil dengan rata-rata NPL 2,4 persen dari total KPR.
Sementara NPL pada Maret 2024 sebesar 2,5 persen dari total KPR. Dalam analisanya, Phicantraco Sekuritas menilai, kedua hal tersebut membuktikan ketahanan pasar properti ditengah kondisi suku bunga yang tinggi. (*)