KABARBURSA.COM - Pengamat pajak dari Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA), Fajry Akbar, mengungkapkan bahwa potensi penerimaan negara dari penerbitan obligasi perumahan atau housing bond belum bisa diprediksi dengan jelas.
Menurutnya, konsep dasar dari obligasi itu sendiri, yang pada dasarnya adalah hubungan utang piutang antara dua pihak, belum cukup memberikan gambaran mengenai dampaknya terhadap penerimaan negara.
Fajry menjelaskan bahwa jika pemerintah menjadi penerbit obligasi dan masyarakat kaya Indonesia menjadi investor, hubungan tersebut tetap bersifat sebagai utang piutang, di mana pemerintah berperan sebagai peminjam dan investor sebagai pemberi pinjaman.
“Hubungan keperdataan utang piutang di atas tidak memunculkan potensi penerimaan negara karena pemerintah harus mengembalikan pinjamannya kepada investor,” ujar Fajry kepada Kabarbursa.com, Kamis 8 Februari 2025.
Selain itu, pemerintah juga harus membayar bunga obligasi kepada investor. Untuk menarik minat investor, Fajry menyarankan agar pemerintah memberikan insentif berupa pembebasan PPh atas bunga obligasi, sehingga housing bond bisa lebih menarik bagi para calon investor.
Namun, Fajry juga menekankan bahwa pemerintah perlu merancang skema kebijakan housing bond secara komprehensif agar lebih jelas. "Saat ini, siapapun investornya masih menunggu alias wait & see," tambahnya.
Sebelumnya, utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Sujono Djojohadikusumo, mengungkapkan bahwa pemerintah sedang mengkaji gagasan penerbitan obligasi perumahan atau housing bond, yang tengah dipertimbangkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Hal ini disampaikan Hashim pada acara ESG Sustainability Forum 2025 yang diselenggarakan oleh CNBC Indonesia pada Jumat 3 Februari 2025.
Menurut Hashim, gagasan ini dinilai lebih baik daripada pengampunan pajak atau tax amnesty, yang saat ini tengah menjadi topik pembicaraan setelah isu tentang tax amnesty jilid III muncul. Ia berpendapat bahwa obligasi perumahan jauh lebih efektif dibandingkan dengan tax amnesty.
“Daripada tax amnesty, yang dampaknya masih dipertanyakan, ada ide untuk mengeluarkan obligasi perumahan. Orang Indonesia yang memiliki dana di luar negeri bisa membeli obligasi melalui BTN atau BRI untuk khusus perumahan,” ujar Hashim.
Ia menjelaskan bahwa dengan menyimpan dana dalam obligasi perumahan selama 5-10 tahun, hal tersebut bisa digunakan sebagai pengurang pajak penghasilan (PPh).
“Setelah 5-10 tahun, obligasi yang di-redeem bisa dimasukkan ke dalam SPT masing-masing. Dari situ, dana yang berasal dari obligasi perumahan tersebut bisa memperoleh pemutihan,” tutupnya.
Selama sepekan kemarin, periode 6 hingga 10 Januari 2025, Bursa Efek Indonesia atau BEI mencatatkan lima perusahaan melakukan Initial Public Offering atau IPO, tiga obligasi, dua sukuk, dan satu waran.
Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad, memaparkan perdagangan pada Rabu, 8 Januari, dibuka oleh tiga perusahaan, yakni PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII), PT Kentanix Supra International Tbk (KSIX), dan PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU).
Dalam keterangan tertulisnya yang dikutip pada Minggu, 12 Januari 2025, Kautsar menjelaskan saham YOII, yang terdaftar di papan pengembangan, bergerak di sektor keuangan dengan sub industri asuransi umum, menjadi perusahaan pertama yang tercatat di BEI pada tahun 2025 dengan penggalangan dana sebesar Rp41,21 miliar.
Selanjutnya, KSIX yang juga terdaftar di papan utama, lewat IPO. KSIX bergerak di sektor properti dan real estate dengan penggalangan dana sebesar Rp144,95 miliar.
Sementara itu, RATU, yang juga terdaftar di papan pengembangan, beroperasi di sektor energi dengan sub industri minyak dan gas. RATU mencatatkan penggalangan dana mencapai Rp624,46 miliar dari hasil penawaran saham perdananya.
Tidak hanya itu, Kautsar juga mengatakan, bahwa pada hari yang sama BEI juga mencatatkan dua obligasi dan satu sukuk. Sebanyak tiga efek utang yang dicatat BEI yakni obligasi berkelanjutan I Pindo Deli Pulp and Paper Mills tahap I Tahun 2024 dengan nilai pokok sebesar Rp1,75 triliun. Kemudian sukuk Mudharabah berkelanjutan I Pindo Deli Pulp and Paper Mills Tahap I Tahun 2024 diterbitkan oleh PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills senilai Rp1,196 triliun. Serta obligasi berkelanjutan V Medco Energi Internasional Tahap III Tahun 2025 dari PT Medco Energi Internasional Tbk yang turut dicatatkan dengan nilai pokok Rp2,5 triliun.
Kautsar menjelaskan, kegiatan BEI pada Kamis, 9 Januari 2025 juga mencatatkan dua perdagangan perusahaan. Perusahaan pertama bergerak di sektor makanan olahan PT Raja Roti Cemerlang Tbk (BRRC) dengan dana yang dihimpun sebesar Rp61,21 miliar.
Sementara, perusahaan kedua adalah perusahaan yang bergerak di sektor infrastruktur atau utilitas listrik PT Hero Global Investment Tbk (HGII). Perusahaan anyar ini berhasil mengumpulkan nilai dun-raised mencapai Rp260 miliar.
Catatan Obligasi dan Sukuk
Selain lima perusahaan yang mencatatkan saham perdananya di BEI, perdagangan bursa juga diramaikan dengan pencatatan obligasi dan juga sukuk lainnya.
Dua aktivitas itu terjadi pada hari yang sama, yaitu pada Kamis, 9 Januari 2025. Pertama adalah aktivitas obligasi I Indonesian Paradise Property tahun 2025 senilai Rp500 miliar. Selanjutnya, aktivitas penerbitan sukuk ijarah berkelanjutan I pos Indonesia tahap I tahun 2024 senilai Rp96,48 miliar.
Secara keseluruhan, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang tahun 2025 mencapai lima emisi dengan nilai Rp7 triliun.
Saat ini, BEI memiliki 590 emisi obligasi dan sukuk dengan nilai outstanding Rp476,56 triliun dan USD85,71 juta, serta 234 seri Surat Berharga Negara (SBN) dengan nominal Rp6.126,51 triliun dan USD502,10 juta.
Data perdagangan periode tersebut menunjukkan rata-rata frekuensi transaksi harian meningkat 0,89 persen menjadi 1,04 juta transaksi. Kapitalisasi pasar tercatat turun 0,34 persen menjadi Rp12.403 triliun, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,05 persen ke level 7.088,866.
Rata-rata nilai transaksi harian berkurang 10,45 persen menjadi Rp8,72 triliun, dan volume transaksi harian turun 17,37 persen menjadi 17,66 miliar saham. Kautsar menyebut investor asing mencatatkan penjualan bersih Rp201,56 miliar pada hari terakhir pekan ini, dengan total penjualan bersih Rp2,94 triliun sepanjang tahun berjalan.
Dengan dinamika tersebut, Kautsar menegaskan BEI mencatat aktivitas yang semakin menggeliat dan menunjukkan minat investor yang terus berkembang.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.