KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu, 5 Februari 2025 ditutup melemah 0,70 persen ke level 7.024, dengan tekanan jual yang masih cukup kuat. Dalam jangka pendek, IHSG masih berpotensi melanjutkan tren koreksinya dan menguji kisaran 6.974-7.007 sebelum menentukan arah selanjutnya.
Dalam analisis MNC Sekuritas yang disampaikan pagi ini, Kamis, 6 Februari 2025, disampaikan jika indeks mampu bertahan di atas area support 6.931, ada peluang bagi IHSG untuk rebound dan mengarah ke target terdekat di kisaran 7.129-7.176. Namun, jika tekanan jual semakin dalam dan IHSG menembus 6.931, maka skenario bearish akan semakin kuat dengan potensi koreksi lanjutan menuju level 6.742-6.853.
Di tengah tren pelemahan IHSG, beberapa saham masih menunjukkan peluang menarik bagi para investor. Berikut adalah analisis beberapa saham pilihan:
Bank Jago (ARTO): Peluang Rebound di Tengah Koreksi
ARTO terkoreksi 0,89 persen ke level 2.230 dengan tekanan jual yang masih terasa. Namun, selama harga saham ini mampu bertahan di atas level 2.190, ada peluang bagi ARTO untuk menguat kembali. Saat ini, saham ARTO diperkirakan masih dalam bagian dari wave iv dari wave (c), yang berarti koreksi yang terjadi merupakan bagian dari proses konsolidasi sebelum potensi kenaikan lebih lanjut.
Surya Esa Perkasa (ESSA): Buy on Weakness di Tengah Tekanan Jual
ESSA turun 1,82 persen ke level 810 dengan dominasi tekanan jual yang cukup besar. Saat ini, posisi saham ESSA diperkirakan berada dalam fase wave [b] dari wave B, yang mengindikasikan bahwa koreksi masih bisa berlanjut sebelum akhirnya terjadi rebound. Investor yang mencari peluang di harga murah dapat mempertimbangkan skenario buy on weakness dengan memperhatikan area support krusial di 775-805. Jika tekanan jual mereda, saham ini berpotensi menguji target harga di 860-905.
Indofood Sukses Makmur (INDF): Koreksi Terbatas, Peluang Spec Buy
INDF terkoreksi cukup dalam, turun 2,27 persen ke level 7.525 dengan tekanan jual yang cukup dominan. Namun, koreksi ini diperkirakan masih dalam bagian dari wave c dari wave (b), sehingga potensi pelemahannya relatif terbatas. Dengan mempertimbangkan kondisi ini, INDF berpeluang mengalami rebound dalam waktu dekat dan mengarah ke level 7.875-8.075.
Bukit Asam (PTBA): Berada di Awal Tren Penguatan
Berbeda dengan saham lainnya, PTBA justru mengalami penguatan sebesar 1,12 persen. ke level 2.720, didukung oleh volume pembelian yang cukup tinggi. Namun, kenaikan ini masih tertahan oleh Moving Average 200 (MA200), yang menjadi batas teknikal penting. Saat ini, PTBA diperkirakan berada di awal wave iii dari wave (c) dari wave [b], yang menandakan potensi kenaikan lebih lanjut jika momentum positif tetap terjaga.
Secara keseluruhan, meskipun IHSG masih dalam tren koreksi, beberapa saham menunjukkan peluang spekulatif yang dapat dimanfaatkan oleh investor. Saham seperti ARTO dan INDF menawarkan peluang rebound, sementara ESSA dan PTBA dapat menjadi target buy on weakness bagi investor yang ingin mengambil posisi di harga yang lebih rendah. Namun, tetap diperlukan kehati-hatian dalam menghadapi volatilitas pasar yang masih tinggi.
VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menyampaikan proyeksinya terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk esok hari, Kamis, 6 Februari 2025. Ia menyebut bahwa pasar modal dalam negeri akan bergerak beragam (mixed).
Menurut Audi, pergerakan IHSG akan menguat terbatas sehingga ruang geraknya menjadi cukup sempit, dengan resistance pada level 7.100. “Untuk level support esok hari, kami perkirakan berada di level 7.000,” ujarnya dalam segmen Dialog Analis di acara Kabar Bursa Hari Ini pada YouTube Kabarbursa.com, Rabu, 5 Februari 2025.
Audi mengidentifikasi tiga sentimen utama yang akan membatasi dan menekan IHSG ke depan. Sentimen pertama adalah fluktuasi nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Pelemahan rupiah yang terjadi kemarin karena adanya penguatan indeks dolar pada beberapa hari terakhir,” tutur Audi.
Namun demikian, Kiwoom Sekuritas, kata Audi, sudah melihat adanya normalisasi dari nilai tukar rupiah terhadap mata uang Paman Sam tersebut. Hal ini dinilai menjadi sentimen positif bagi pergerakan indeks saham domestik.
Sentimen berikutnya adalah penantian rilis kinerja keuangan 2024 para perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) oleh pelaku pasar.
“Di satu sisi kita melihat bahwa asing menekan cukup besar di pasar kita secara year to date,” jelas analis Kiwoom Sekuritas tersebut.
Lebih lanjut, Audi menyatakan bahwa para investor juga terus mengamati pergerakan positif harga emas akibat ketidakpastian ekonomi global. Pelaku pasar tengah memerhatikan aset investasi berisiko rendah.(*)